Part 3

5.6K 396 65
                                    

Setelah ditarik dengan cara yang sangat tidak elit oleh Naufal, akhirnya mereka berdua sampai tepat di depan ruang guru.

"Ini ruang gurunya, bang?" tanya Ana pada Naufal sembari menunjuk pintu ruangan besar di depannya.

"Bukan." jawab Naufal singkat.

Ana mengernyit bingung "Lah terus ini ruang apa?"

"Toilet." balas Naufal ngasal.

"Ngapain ke toilet? Abang kebelet?" tanya Ana lagi dengan masih dalam mode bego nya.

"Ini ruang guru, Na." ucap Naufal jengah. Si Ana emang susah nyambungnya kalo diajakin bercanda.

"Terus kenapa tadi bang Opal bilang ini toilet?"

"Bercanda, Na. Yaelah" balas Naufal kesal sambil mengusap wajahnya kasar.

Entah ini bahan candaan Naufal yang terlalu garing atau memang humor Ana yang terlalu berkelas.

"Tapi ini beneran ruang guru kan, bang? Bukan toilet." tanya Ana masih meragukan bahwa ruangan di depannya tersebut adalah ruang guru.

"Demi kegantengan gue yang gak akan pudar selamanya, gue pengen nyeburin lo ke kolam, Na." ucap Naufal kelewat gemas "Itu udah jelas-jelas ada tulisannya,Na." sambung nya sembari menunjuk papan bertuliskan "Ruang Guru" di depan pintu ruangan tersebut.

"Ya siapa tau kan bang ruangan ini tuh toilet bercover ruang guru." balas Ana ngawur.

Naufal tertawa ringan mendengar kalimat Ana "Mana ada toilet tapi covernya ruang guru."

Ana mendelik "Ih, ada ya."

"Siapa bilang?"

"Ada cewek cantik, baik hati, rajin menabung dan juga tidak sombong." jawab Ana menjelaskan secara detail cewek yang dia maksud.

"Siapa namanya?" tanya Naufal pura-pura penasaran. Padahal cowok tersebut sudah tahu arah bicara cewek di depannya.

"Yaitu, aku. Ariana Lova Abigail." balas Ana menyebutkan nama lengkapnya sambil mengibaskan rambutnya.

"Pede banget anjir." ejek Naufal.

"Kenyataan ya, bang. Aku emang cantik." ucap Ana masih dengan percaya dirinya.

"Gini ya, Na. Cantik itu diakui bukan mengakui." balas Naufal dengan kata-kata bijaknya.

"Padahal sendirinya tadi ngaku-ngaku ganteng." sindir Ana tidak terima dengan perkataan Naufal terhadapnya.

"Dih, mana pernah gue ngaku-ngaku." elak Naufal.

"Terus tadi yang bilang demi kegantengan gue yang gak akan pudar selamanya itu maksudnya apa?" tanya Ana mengikuti cara bicara Naufal tadi.

"Yang gue bilang kan bener, kegantengan gue emang gak akan pudar." balas Naufal.

"Emang abang ganteng?" tanya Ana enteng.

"Ganteng lah." jawab Naufal menyisir rambut menggunakan jemarinya. Ditambah dengan gayanya yang songong.

Ana menatap Naufal dengan melipat tangannya di dada "Gini ya, bang. Ganteng itu diakui bukan mengakui."

Setelah mengatakan itu, Ana masuk ke dalam ruang guru meninggalkan Naufal yang masih terdiam di tempat.

Setelah beberapa detik cowok itu tersadar dan bergumam "Itu tadi kalimat dari gue kan?"

***

Sasana kelas XI IPA 2 sangat riuh. Suara teriakan dan tawa yang nyaring terdengar sampai ke kelas lorong kelas. Selalu seperti itu. Kelas itu memang sangat terkenal dengan muridnya yang pintar tapi bobrok. Nakalnya gak ketulungan.

AlderaksaWhere stories live. Discover now