Part 9

2.6K 254 64
                                    


Ana berjalan dengan menunduk, sungguh ia merasa sangat risih dengan berbagai macam tatapan yang tertuju kepadanya.

Bruk!

Alder yang berjalan di depannya berhenti tiba-tiba membuat kepala Ana terbentur dengan punggungnya.

"Kok berenti sih?!" tanya Ana sambil mengusap keningnya yang cukup sakit. Ini orang kok badannya keras banget sih? Heran.

"Kenapa jalan di belakang gue?" tanya Alder.

Cowok itu berbalik lalu mendekati Ana. Tangannya terangkat untuk menggantikan tangan Ana yang sedang mengusap keningnya. Perlakuannya itu membuat Ana terkejut bukan main.

"Sakit?" tanyanya pelan.

"Eng-enggak," Ana berucap dengan gugup. Ia mundur sedikit menjauh dari Alder.

Saat menyadari kelakuannya, Alder segera menarik tangannya. Ia sendiri cukup kaget dengan apa yang ia lakukan. Itu refleks. Cowok itu dengan segera menetralkan ekspresinya menjadi datar seperti biasa.

Alder berdehem pelan.

"Jalan di samping gue," ucap Alder seperti sebuah perintah. "Jangan kek babu jalan di belakang."

Ana berdesis pelan. Tapi karena tidak mau memperpanjang masalah Ana memilih mengikuti. "Iya-iya."

Keduanya pun kembali melangkah berdampingan. Untuk menuju kantin, mereka melewati lapangan futsal. Di sana Ana melihat beberapa murid sedang asik bermain.

"Woi Al!"

Ana ikut menoleh ke arah suara dan mendapati seorang cowok yang memegang sebuah bola ditangannya berjalan ke arah mereka.


"Ohh jadi ini anak baru yang digosipin deket sama lo, Al?" tanya Tomi dengan sambil melirik Ana yang berdiri diam di samping Alder.

Alder hanya memasang wajah datar tanpa berniat membantah atau mengiyakan pertanyaan Tomi.

"Nama lo siapa?" tanya Tomi pada Ana.

"Ana, kak," jawab Ana tersenyum tipis.

"Cantik juga ni cewek." batin Tomi memperhatikan Ana.

"Kenalin gue Tomi." Tomi menjulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Ana.

"Tunggu bentar," cowok itupun berlari ketempat ia menyimpan tasnya.

Ana menoleh sekilas ke arah Alder sedangkan cowok itu hanya mengendikkan bahu cuek.

Setelah mengambil sesuatu dari dalam tasnya Tomi kembali ke hadapan Ana.

Tomi menyodorkan sebungkus cokelat batang kepada Ana. "Buat lo."

Ana awalnya terlihat bingung sebelum akhirnya menolak dengan nada sopan. "Eh, gak usah, Kak. Makasih."

"Gak papa ambil aja. Anggap aja tanda perkenalan dari gue." ucap Tomi kekeuh tanpa peduli pada Alder yang menatapnya tajam.

Dengan ragu Ana mengambil cokelat tersebut. "Makasih ya, Kak."

Tomi mengangguk dan tersenyum tipis. "Sama-sama."

AlderaksaWhere stories live. Discover now