Part 8

2.6K 231 37
                                    

Sudah terhitung tiga hari Ana bersekolah di SMA Pramudya. Tidak sulit baginya untuknya berdaptasi di sekolah barunya ini.

"Temen abang yang tinggi ganteng itu siapa namanya sih, Bang?" tanya Ana sambil mengikat tali sepatunya. Ia sekilas mendongak kepada Naufal yang berdiri di sampingnya.

"Tinggi ganteng?" tanya Naufal bingung. "Alder?" Tebaknya.

"Oh namanya Kak Alder." ucap Ana mengerti.

"Naksir lo sama dia?"

"Gak ya!" Elak Ana.

"Terus ngapain nanya?"

"Semalam aku ketemu sama dia, Bang," beritahu Ana.

"Ketemu dimana?" tanya Naufal sembari menyenderkan bahunya pada dinding dan menunduk memperhatikan Ana.

"Ketemu di pasar lagi ngantri sembako." ucap Ana asal.

"Yang bener," ucap Naufal gemas. Dengan sabar ia menunggu Ana yang tidak selesai selesai dengan kegiatannya.

Ana tertawa pelan. Kini ia beralih mengikat tali sepatunya sebelah kiri.

"Ketemu di jalan depan sana, deket supermarket," ucap Ana. "Dia lagi kelahi gitu sama orang," sambungnya menceritakan kejadian semalam.

Naufal mengernyit. "Kelahi?"

Ana mengangguk. "Iya. Dia lawan sekitar lima orang kalo gak salah,"

Cewek itu pun berdiri setelah selesai mengikat kedua tali sepatunya.

"Kan aku niatnya mau nolongin gitu," ucap Ana kembali bercerita. "Eh, dia malah marah-marah, Bang. Harusnya seneng dong lawannya langsung kabur pas aku dateng."

Naufal berdecak, ia menyentil kening Ana. "Itu lo bukannya bantu, tapi malah ganggu kesenangannya si Alder."

"Kesenangan gimana? Gelud gitu kok malah senang." ucap Ana sambil mengelus keningnya sama ang terasa perih.

Naufal menghela napas.

"Gini loh, Na. Setiap orang punya cara masing-masing untuk menyenangkan diri, Na." ucap Naufal pelan. "Dan berkelahi itu mungkin caranya Alder."

Ana terdiam mencoba memahami kata-kata Naufal yang menurutnya sangat berbelit-belit.

Naufal berdecak ketika melihat Ana yang terlihat dongkol. "Simple nya gini deh. Misal lo lagi asik-asik makan ice cream nih, tapi tiba-tiba ada yang nabrak lo terus ice cream lo jatuh. Apa yang lo rasain?"

"Marah," ucap Ana refleks.

"Nah, sama hal nya dengan Alder. Dia lagi asik-asik kelahi terus lo dateng-dateng ganggu. Ya jelas marah lah, " jelas Naufal.

"Ya daripada dia babak belur lawan lima orang, kan?" Naufal menggeleng.

"Alder gak mungkin babak belur kalau cuman lawan lima orang," ucap Naufal.

"Terus harus lawan orang sekampung dulu baru babak belur?" tanya Ana dongkol.

"Iya kali," balas Naufal sambil berjalan mendekati motornya. 

"Ini jadi berangkat sekolah gak sih?" tanyanya ketika melihat Ana masih saja diam berdiri di tempatnya.

Ana menatap Naufal dengan tampang memelas. "Gak usah sekolah yuk, Bang. Kita bolos aja,"

Naufal lagi-lagi menyentil kening Ana lalu berteriak. "Bunda, anak gadisnya nakal nih, mau bolos."

Ana dengan cepat menutup mulut Naufal dengan kedua tangannya.

AlderaksaWhere stories live. Discover now