Part 10

2.2K 218 54
                                    

"Jadi pacar gue, gimana?

"Hah?" Ana cengo. Wajahnya tegang mengingat bagaimana jarak wajahnya dan Alder yang sangat dekat.

"Be-becanda, kan?" tanya Ana memastikan dengan kikuknya.

Alder terkekeh pelan melihat wajah Ana yang menegang. Ia segera menjauhkan tubuhnya dan kembali duduk di atas motor ninjanya.

"Iyalah becanda, santai gak usah tegang." Alder berucap ringan.

Ana menarik napas pelan lalu menghembuskannya pelan menahan diri agar tidak mengumpat saat itu juga. "Yaudah, aku mau masuk. Sekali lagi terimakasih, Kak"

"Bentar dulu,"

"Kenapa, kak?" tanya Ana menahan kesal.

"Gue gak diajak masuk?"

"Maaf tidak menerima tamu," Ana menjawab dengan cepat lalu berbalik dan berjalan masuk ke rumah. Tapi lagi-lagi ditahan oleh Alder.

"Kenapa lagi, kak?" Ana bertanya dengan kesabaran di ambang batas.

Alder tersenyum kecil. "Lo cantik kalau lagi kesel gitu,"

Ana memicingkan matanya. "Dasar GGS,"

"Ganteng-ganteng serigala?"tanya Alder mencoba menebak.

"Ganteng-ganteng sinting!"

Alder tertawa lepas. Tidak merasa terhina sama sekali.

"Secara gak langsung lo ngakuin kalau gue ganteng," ucap Alder menyisir rambutnya ke belakang menggunakan sela-sela jemarinya.

Ana mengaga tak percaya. Ia tidak menyangka sosok yang dikiranya cool dan cuek itu ternyata senarsis ini.

"Terserah deh kak, aku mau masuk ke rumah. Ada lagi yang ingin ditanyakan?" tanya Ana dengan formal.

"Ada," raut wajah Alder seketika berubah seratus delapan puluh derajat.

"Jangan deket-deket ya sama sama Tomi." Alder berucap dengan raut wajah serius tetapi terselip kelembutan di dalamnya.

"Kenapa gak boleh deket-deket?"

"Jangan aja,"

"Ya kenapa jangan?" Tanya Ana lagi merasa belum puas.

"Lo kebanyakan nanya. Kalau gue bilang jangan ya jangan!" ucap Alder tak mau dibantah. Cowok itu bergerak naik ke atas motornya.

"Emang kamu siapa ngatur-ngatur?!" tanya Ana dengan wajah menantang.

"Calon pacar lo," ucap Alder enteng lalu memakai helmnya.

Ana melotot.

"Becanda lagi, kan?" Ana bertanya sambil melipat tangannya di depan dada.

Alder hanya mengendikkan bahu dan langsung melajukan motornya meninggalkan Ana yang menyimpan banyak pertanyaan.

***

Ana berencana akan bermalam di rumah Falen bersama kedua temannya yang lain. Tapi, disaat ia sedang asik mengemas barang yang ia perlukan Naufal tiba-tiba datang dan mengusiknya dengan berbagai pertanyaan konyol.

"Beneran mau nginap lo di rumah temen lo itu? Siapa lagi namanya?" tanya Naufal yang sedang berbaring sambil memperhatikan Ana membereskan barang-barangnya.

"Falen,"

"Ah iya, Palen."

"Falen Abang Falen! Pake F bukan P," ucap Ana berusaha sabar.

"Sama ajalah. Nama gue Naufal aja lo ubah jadi Opal," balas Naufal tak mau kalah.

"Kan Opal imut, Bang."

"Imut pala lo!" timpal Naufal greget. "Imut itu-"

"Aku? Iya, makasih." Ana berujar dengan kalem.

"Dih." 

Ana tidak lagi membalas celotehan-celotehan Naufal dan kembali sibuk membereskan barang-barangnya.

"Yakin tuh orang tuanya mau nampung lo semalam?" tanya Naufal bangkit dari kasur dan beralih duduk di kursi belajar milik Ana.

Ana berdesis. "Air hujan kali pake ditampung segala,"

Naufal tertawa renyah. "Jaga-jaga lo kalau di rumah orang. Makannya jangan banyak-banyak, beras mahal."

Karena sudah kelewat kesal, Ana melemparkan botol kosong yang kebetulan ada di dekatnya ke arah Naufal yang langsung dengan sigap ditangkap oleh cowok itu. "Eitss, gak kena."

"Mending Abang keluar deh, ganggu tau?!"

"Males ah, di kamar gabut. Mending di sini gangguin lo," ucap Naufal dengan jailnya.

Ana mendengus kesal.

"Nanti malem gue tidur sini ya, Na." Ucap Naufal.

"Ngapain? Punya kamar sendiri kok numpang di kamar orang," ucap Ana.

"AC di kamar gue rusak. Ayolah, semalam doang sampe lo balik," ucap Naufal mencoba membujuk Ana agar membiarkannya tidur di kamar gadis itu.

"Gak ah. Kalau Abang tidur di sini, bisa-bisa kamar aku berubah jadi kandang singa."

Naufal melotot tak terima. "Sembarangan kalau ngomong,"

"Nyinyinyi," Ana mencibir pelan.

Dengan gerakan cepat Naufal naik ke atas kasur dan melompat-lompat.

"Abang turun! "

Naufal tidak peduli dan berpura-pura tuli. Ia malah semakin genjar melompat membuat bed cover nya menjadi berantakan.

"Ntar kasurnya jebol, Bang!" Ana kembali berteriak sambil menghampiri Naufal.

"Turun gak?!" ucapnya galak.

Naufal menuruti, namun sebelum turun ia sempat menendang bantal-bantal hingga berjatuhan ke bawah.

"Keluar sana!" usir Ana.

"Iya ini gue keluar,"

Cowok itu sudah berjalan menuju pintu. Tapi setelah beberapa langkah ia berhenti.

"Eh, bentar."

Ana mengamati dalam diam. Persaannya tidak enak.

Brott!

"Ahh lega,"

Setelah mengeluarkan gas baunya, Naufal segera kabur keluar meninggalkan Ana yang bersiap mengeluarkan amukannya. 

"ABANGGGG!!!"

AlderaksaWhere stories live. Discover now