Chapter 4 - Rag

261 75 356
                                    

Jika melihat Larissa dan Clarissa, orang-orang mungkin tidak mengetahui kalau mereka sebenarnya kembar. Perbedaan keduanya dilihat dari penampilan sangat jauh. Larissa bukan tidak mau berdandan, hanya saja ia sudah nyaman dengan tampilannya yang seherhana. Neneknya atau obaasan biasa mereka menyebutnya, selalu mengajarkan rendah hati dan kesederhanaan walau mereka tumbuh di keluarga yang berada.

Tidak perlu barang-barang branded atau kekinian untuk membuatnya nyaman dan bergaya. Tidak perlu skincare mahal untuk membuat kulitnya mulus dan glowing, dia juga tidak terlalu suka make up karena membutuhkan waktu lama. Apalagi jika ke sekolah, Larissa lebih menyukai tampil sederhana yang penting nyaman, walau memang gayanya yang dikepang dua, no make up banyak disebut sebagai gadis culun, tetapi masa bodoh karena dia nyaman.

Kalau Larissa tak suka make up, Clarissa tipe yang cinta dirinya sendiri, jadi dia banyak menghabiskan uang dan waktu untuk merawat dirinya. Dia lahir kaya raya. Untuk membeli baju, sepatu, tas, jam tangan branded tidak akan kesulitan, dan dia sadar hal itu. Makanya terkadang dia kalap jika shopping baju dan make up. Namun, Clarissa melalukannya bukan untuk bergaya dan memuaskan diri sendiri, tetapi juga untuk mendukung cita-citanya menjadi model. Dari kecil, dia dan Larissa kerap kali mengikuti mamanya ke acara Fashion Week di Paris.

Dari sana keinginan Clarissa tumbuh. Dia pikir akan sangat keren dan menyenangkan jika mendapat banyak perhatian dari orang-orang. Berjalan di panggung yang disorot lampu berkilauan dan kamera.

Berjalan penuh percaya diri diiringi musik dan ditatap penuh kekaguman. Dia ingin seperti itu, berjalan dengan baju yang bagus rancangan designer ternama dan menjadi pusat perhatian banyak orang. Oleh sebab itu, Larissa dan Clarissa punya penampilan yang berbeda. Larissa juga lebih suka melukis dan membuat parfum, sedangkan Clarissa modeling.

Anak-anak BIHS sudah cukup mengenal keduanya karena sejak masuk sekolah perbedaan keduanya cukup mencolok dan menjadi perbincangan banyak siswa. Seperti saat mereka ke gedung kelas 12 banyak yang menatap keduanya lama.

Selama ini, anak-anak British hanya mengetahui gosipnya saja, wajahnya belum terlalu dikenal. Maka dari itu, saat mereka di sini dan berjalan dengan Dean yang juga termasuk laki-laki populer, menuju basecamp dream semakin membuat gempar. Karena hanya orang-orang tertentu saja yang boleh masuk.

"Haiii," sapa Kaisar ketika pintu basecamp dibuka dan menampilkan sosok Larissa dan Clarissa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haiii," sapa Kaisar ketika pintu basecamp dibuka dan menampilkan sosok Larissa dan Clarissa. Mereka hanya diam di depan pintu, ragu untuk ke dalam karena rasanya asing.

"Malah diem. Ayo, deh." Dean melangkah ke dalam dengan merangkul Larissa dan Clarissa bersamaan di sisi kanan dan kirinya. Jadi, Dean diapit oleh si kembar.

"Hands up or I'll kick you." Baru tiga langkah suara Clarissa menghentikannya. "Kakak gue ga nyaman, singkirin tangan lo, Udin!"

"Ehh, sorry, Miyabi." Dean melepaskan rangkulannya pada Larissa lalu menatap Clarissa, "berarti lo nyaman dong sama gue?" katanya mengeratkan rangkulannya pada Clarissa sambil senyum ganteng. Kalau gadis lain yang di posisi ini mungkin sudah ambyar, tapi ini Clarissa.

Paris Changed My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang