Chapter 18 - Missing you

167 56 323
                                    

"Jadi kalian yang nyanyiin zombie lagu doraemon?" Seorang lelaki mendekat membawakan air mineral.

"Bang Kaisar!" "Kak Dylan!"

Ternyata lelaki itu Kaisar, dia adalah salah satu panitia di sini dan bertugas menjaga pintu keluar. Dia menghampiri mereka dan tertawa.

"Kocak banget si, sejak kapan zombie suka doraemon?" kata Kaisar tak bisa berhenti tertawa heran.

"Tau ni sih bego, otaknya udah jatuh tempo!" Zayn mendorong kepala Clarissa yang menyender padanya.

"Lo kalau punya ide yang lebih bagus dari itu boleh nyalahin gue!" sungut Clarissa dan dimulailah perdebatan tak jelas antara mereka.

Kaisar tersenyum melihat keduanya, tidak pernah dia melihat Zayn berdebat dengan perempuan. Biasanya hanya dengan Keenan dia berkelahi, sepertinya mereka memang sudah sangat akrab.

Asyik menertawakan Zayn dan Clarissa, Kaisar tersadar jika ada satu gadis lagi yang menyender pada tembok. Wajahnya pucat, sepertinya badannya juga lemas. Kaisar memutuskan untuk mendekatinya.

"Nih, minum." Memberikan botol air mineral padanya.

"Makasih, Kak." Larissa mencoba membuka botol tersebut tapi dia masih tidak punya tenaga. Melihat itu Kaisar mengambilnya lagi.

"Takut banget ya? Lemes gini." Membuka botol dan menyodorkannya.

"Hmm ... ga mau lagi. Kapok," jelasnya merasa ketakutan.

"Ambil." Kaisar kini memberikan tisu pada Larissa. Diperhatikannya gadis di depannya ini dengan lamat. Wajahnya masih basah dengan air mata, hidungnya juga memerah persis anak kecil. Ekspresi cemberutnya membuat siapa saja gemas ingin mencubit pipinya. Hari ini dia juga tidak mengepang rambutnya tapi dibiarkan saja tergerai indah. Kaisar baru pertama kali melihatnya.

Sudah sangat lama dia tidak bertemu gadis ini.

Larissa... Selalu manis ya

"Bang bagi minum." Perhatian Kaisar teralihkan karena suara Zayn.

"Ah, nih," katanya agak tersentak.

"Gue jadi khawatir ke Keenan," kata Zayn yang tau kalau temannya itu penakut.

"Dia main juga?" tanya Kaisar.

"He'eh sama Ale, tapi kayanya Ale berani-berani aja si. Untunglah."
.
.
.
.
"Keenan, I can't go inside!" Ale mencengkram lengan Keenan kuat.

"Kenapa lo iya-iya aja tadi?" desah Keenan tak mengerti.

"G-gu-gue kira rumah hantu!"

"Hp mulu si lo, udah di sini gimana lagi."

"Pokoknya jangan tinggalin gue." Suara Ale hampir seperti menangis.

Keenan belum pernah melihat Ale takut seperti ini, dia pun menelan ludah diam-diam. Dia kira Ale tak takut zombie, kalau begini sama saja bohong karena dia sejatinya mau mengandalkan Ale. Dia menarik nafas dalam sebelum melanjutkan berjalan.

"Ayo." Menggandeng Ale, dirasakannya dingin menjalar di telapak tangannya. Ternyata Ale benar-benar takut.

"Keenaaannn..." Ale tak bisa berhenti merengek

Tiba-tiba bunyi bang snap mengejutkan mereka.

"AAAAAA!" Ale kaget sampai terjatuh, kalau Keenan teriak karena kaget mendengar Ale berteriak.

"Hey Ale.. Ale!" Keenan mengguncang bahunya pelan, "gapapa ini namanya bang snap jangan takut, suara itu ada karena kita yang buat."

"Nih! Nih!" Keenan menghentak-hentakan kakinya dan benar saja, setiap hentakan kakinya diikuti bunyi petasan.

Paris Changed My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang