Chapter 29 - Secret in Paris

150 33 422
                                    

Kali ini beneran panjang :)
So, please sit comfortably and relax :)

Happy reading!

Perancis saat ini tengah memasuki musim dingin yang puncaknya diprediksi terjadi pada bulan Januari 2021. Meski masih bulan Desember tapi suhu rata-rata mencapai 5℃ setiap harinya. Mesin penghangat hotel serasa kurang untuk menghangatkan ruangan. Hawa dingin membuat Larissa enggan bangun dari tidur lelapnya.

Sayup-sayup Larissa mendengar suara dering ponsel yang asing dipendengarannya. Matanya masih setia terpejam karena tubuhnya sangat lelah, mungkin efek keliling kota dengan berjalan kaki. Sesaat tempat tidurnya bergoyang lalu suara mengganggu itu pun hilang. Larissa merasa ada yang memeluk tubuhnya. Mmm, hangat. Dia semakin membenamkan wajahnya mencari kenyamanan. Aroma mint kini membuainya.

Belaian lembut di wajah membuatnya menggeliat merasa terganggu. Apa tidak tau jika dia lelah sekali. Mengapa ada saja yang mengganggu.

"Mmm, apa sih," gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Larissa membuka mata perlahan. Manik matanya menangkap paras tampan yang juga tengah menatap dirinya. Sambil mengumpulkan nyawa, otaknya berpikir keras memahami apa yang terjadi.

"AAAAA!"

"Ngapain lo di sini?" tuduh laki-laki di ranjangnya.

"Kakak yang ngapain di kamarku!"

Gadis itu terduduk menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Bersandar pada ranjang dengan wajah kalut memandang laki-laki yang memperhatikan sekeliling.

"K-kak Dylan kenapa bisa masuk sini," lirihnya. Mencoba menepis pikiran negatif yang memasuki kepalanya.

"Gue juga ga inget," geram Kaisar. Tolong ini bukan seperti yang dia pikirkan kan?

Kaisar mengedarkan pandangan lagi, meyakinkan sekali lagi bahwa ini adalah kamarnya. Tapi berkali-kali dia memandangi kamar ini, tetap saja jawabannya sama. Kamar Larissa. Dinding biru tosca, furniture putih gading, dan lagi ada pakaian yang berserakan di lantai.

Dia mengusap wajah kasar dan mengusak rambut kebelakang. Kepalanya pening merasa frustasi dengan situasi yang menyeret mereka. Menoleh ke samping, dia bisa melihat wajah takut Larissa. Bahkan bulir air mata sudah membasahi pipi.

Gue ga jebolin dia kan?

Tapi pikirannya kembali dihantam kenyataan pahit. Seberapa keras mengelak, memang sepertinya sudah ada sesuatu yang terjadi di antara mereka semalam.

Kaisar bangkit dari ranjang memungut pakaiannya yang tergeletak di lantai. Segera ia kenakan turleneck dan celana panjangnya. Ah! rasanya dia ingin berteriak sekencang mungkin.

"Kita bicarain ini nanti, lo bersihin diri dan gue ke kamar," titahnya tanpa memandang Larissa.

Tak perlu waktu lama, ia melangkahkan kaki keluar menuju kamarnya yang hanya terpaut beberapa nomor.

"Kenapa bisa gini bangsat!"

Dia mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Bukankah kemarin mereka berjalan-jalan biasa saja? Mengunjungi Musee du Louvre, makan siang, memasang gembok cinta lalu ke Menara Eiffel? Memorinya bergulir pada kejadian kemarin sore.

"Yeey! Nah, lanjut ke Menara Eiffel."

Memiliki sejuta pesona dan sejarah yang panjang, Menara Eiffel memang masih menjadi magnet bagi para turis untuk datang dan menikmati pesonanya. Jarak menara dengan Sungai Seine memang tidak terlalu jauh. Ada dua pintu masuk untuk sampai sana, yaitu melalui jalur utara dan selatan.

Paris Changed My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang