Chapter 23 - Welcome back

176 43 350
                                    

September 2020
Bandara Soekarno-Hatta

Suasana di Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.20 WIB tampak normal. Tidak ada yang istimewa, orang-orang biasa berlalu lalang menenteng tas dan menyeret koper sibuk dengan kepentingan masing-masing. Dari arah pintu kedatangan penerbangan internasional terminal dua, terlihat wanita cantik berpenampilan elegan dan stylish berjalan penuh percaya diri.

Wajahnya awet muda dengan riasan natural, membuat siapa saja menebak jika dia masih berusia 20 tahunan yang gemar tampil seksi. Tak heran dengan hal itu, karena outfit yang dikenakannya selalu mencuri perhatian. Seperti sekarang, dia tampil feminim tapi tetap trendi dengan mengenakan brown neck sweater dan rok mini denim model straight yang pas badan, dipadukan blazer yang warnanya senada dengan sweater. Tak lupa over knee boots dan kacamata hitam menyempurnakan tampilannya.

"Jakarta makin panas," ucapnya sambil membuka blazer merasa gerah. Ya, busananya sangat bertentangan dengan cuaca di sini.

Di belakang wanita itu, seorang pemuda melangkah sambil menyeret dua koper besar. Wajahnya berseri dan binar matanya menyiratkan antusias selaras bibirnya melengkung ke atas tersenyum bahagia.

"I'm home."

Dia memperhatikan sekeliling, rasanya sangat asing. Mungkin itu karena ia baru pertama kali ke Jakarta. Asyik dengan hal-hal baru yang ditemukannya, dia tak sadar jika langkahnya tertinggal jauh.

"Mom, wait for me!" teriaknya. Dia menyusul kesusahan menarik dua koper besar yang mungkin lebih berat darinya.

Merasa terpanggil wanita itu berhenti, "Ayo cepet! Nanti Pakde mu keburu berangkat kerja!"

"Mom, tapi aku susah berbicara Jawa." Menyamai langkah ibunya.

"Can't you speak in Indonesian?"

"Baiklah," jawabnya tersenyum cerah.

Keduannya keluar mencari taksi untuk mengantar mereka ke tujuan. Sekitar 20 menit dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan rumah besar dengan gerbang besi yang menjulang tinggi.

"Cari siapa?" Suara dari interkom yang biasa mengontrol akses pintu gerbang.

Wanita itu melepas kacamatanya. "Ini aku Pak Amir, Vani."

"Siapa? Nyonya Vani?"

"Iya cepet buka!"

Tak berselang lama, gerbang rumah terbuka dengan sendirinya. Terlihat rumah mewah nan megah dengan hamparan taman yang luas. Untuk sampai rumah utama, tamu harus berjalan sekitar 500 meter.

Melihat siapa yang datang, pak Amir langsung menyambut gembira dan mengambil alih koper keduanya.

"Mas Leo udah berangkat, Pak?"

"Belum Nyonya. Ayo, saya antar."

Ketika akan mengetuk pintu rumah utama, gerakan pak Amir terhenti. Pintu telah dibuka dari dalam lebih dulu, menampilkan ayah Leo yang sudah berpakaian rapi siap berangkat kerja. Tidak bisa dipungkiri, saat membuka pintu ia terkejut melihat siapa yang ada di hadapannya.

"Sopo kowe?" sergah ayah Leo tak suka.
(siapa kamu?)

"Mas ...."

"Ayah kok masih di sini?" Bunda Maura mendekat karena melihat suaminya masih diam di depan pintu. Dia mendekat untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Ya ampun, Vani? Ayo, masuk." Dia menghampiri mereka. "Ini Moreno? Sudah besar ya," katanya lalu menuntun keduanya masuk.

"Ayah berangkat sekarang ya, Bun."

Paris Changed My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang