Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Langkahnya terasa berat, bulir air mata yang sejak tadi enggan surut terus saja membasahi kedua pipinya. Rossy benci akan malam ini, ia benci memutuskan untuk menemui kekasihnya. Mungkin jika ia tetap berada di rumah, Rossy tidak akan pernah merasa sesakit ini.
Tunggu! Jika ia tetap berada di rumah, maka selamanya ia akan menjadi wanita bodoh yang percaya pada cinta palsu sang Pujangga, bukan?
Kadar cinta Rossy pada pria itu sudah sangat pekat, hingga ia tak pernah menduga nyatanya rasa yang ia miliki seperti minyak dan air, bisa bersama, tapi tidak pernah bisa menyatu. Bukan hanya dia yang ada di kehidupan kekasihnya, bukan hanya dia yang mendapat untaian mesra mengukir rasa cinta.
Pembual!
Br*ngsek!
Berbagai makian kasar terus saja terlontar dari mulut Rossy. Selama ini ia terlena dengan tipuan manis pria tersebut. Selama satu tahun, ya ... satu tahun ia mengira semuanya indah dan sempurna, nyatanya semua hanya tipuan semata.
Coba kau bayangkan! Kau melihat sendiri pria yang kau puja, yang selalu engkau cinta, sedang melakukan kegiatan mesumnya dengan seorang j*lang yang kau tahu bahkan ia tak secantik dirimu. Mereka mendesah, menikmati setiap gerakan erotisnya.
Sakit?
Oh, tentu itu bukan seberapa. Tunggulah sebentar, kau akan tahu apa rasa sakit yang sesungguhnya.
Coba bayangkan lagi, saat kau menegur mereka, wanita itu malah tersenyum lebar seolah merasa menang bisa memiliki kekasihmu. Jika tidak ingat dosa, mungkin kau sudah ingin membunuhnya saja.
