Masalalu bukanlah hal yang harus disesali, analisa dan ambillah pelajaran kehidupan dari sana.
Seharusnya begitu bukan? Tidak bagi Rosè, sosok gadis blonde yang kini tengah duduk di depan minimart ditemani anjing ber-ras papillon yang terlihat gelisah di keranjangnya.
"Sabar ya Yeontan, bentarlagi kita pulang kok" Rosè berbicara seakan anjingnya itu mengerti apa yang dikatakannya.
Tungkai panjang Rosè terus mengetuk ngetuk lantai, bukan karna bosan menunggu, lebih tepatnya ia gerogi, sepertinya perasaannya telah disetting untuk selalu gerogi setiap kali hendak bertemu Taehyung.
"Lama nunggu?"
"Eh, baru aja" Kikuk. Rosè selalu begitu, tidak ingin membuat oranglain merasa tidak enak.
"Ey, Ada Yeontan" Sapa Taehyung saat ia menyadari Rosè tidak sendirian.
"Iya, barusan sekalian jemput Yeontan. Habis di treathment, bulunya suka rontok beberapa hari ini" Jawab Rosè diakhiri dengan senyum khasnya.
"Maaf ya aku gabisa bantu biaya hidup yeontan. Buat bayar sekolah aja, Taerin harus pinjem ke tantenya"
2 Tahun pacaran adalah waktu yang singkat bagi mereka, terlebih 10 bulannya dilalui Taehyung didalam sel tahanan atas kasus penyalahgunaan narkoba, tentu komunikasi mereka semakin terkendala. Jadi wajar saja, hingga akhir status pacaranpun mereka berdua tidak sadar bahwa mereka saudara se-ayah.
Rosè menyodorkan amplop berisi uang pada Taehyung, "Oh iya ini uangnya, Mas" Ada sekat diantara kalimat itu, masih sulit rasanya memanggil 'Mas' karna beberapa tahun lalu, ia terbiasa memanggil mantan kekasihnya itu 'sayang'.
Taehyung mengambilnya. "Terimakasih masih mau bantu aku"
Senyum khas kembali Rosè suguhkan diwajahnya.
"Selamat ulangtahun Yeontan, jangan nakal-nakal sama mami" Taehyung melanjutkan kalimatnya sambil melihat kearah Yeontan sebelum ia bangkit dari duduknya.
"Loh, Masih inget?" Rosè tersenyum getir, antara percaya dan tidak. Yeontan adalah Anjing yang mereka adobsi ketika masih pacaran dulu.
"Selalu inget, akukan papinya"
Rosè menatap kepergian Taehyung masih dengan senyuman, setidaknya ia tersenyum di atas kesedihannya sendiri, bukan kesedihan orang lain. Lagipula cerita masalalu itu sudah berakhir, rasa cinta Rose mengantarkannya ke jenjang pertunangan dengan Taehyung, namun Taehyung terlalu naif mengkhianati kesetiaan Rosè yang sudah menunggu dan menemaninya saat ia jatuh dan harus memulai segalanya dari 0. Sedangkan kini Rosè yang begitu tulus memilih untuk melupakan semua kesalahan Taehyung dan menyisakan kenangan manisnya saja, sayangnya hal itu malah menjadi bumerang kesedihan bagi dirinya sendiri setiap kali ia melihat wajah Taehyung.
Lucunya, Semesta seakan mendukung mereka untuk tetap bersama. Tuhan seakan mentakdirkan Rosè untuk Taehyung.
"Kalau aja dia bukan kakakku, mungkin aku sudah memberinya kesempatan ke tiga" Gumam Rosè pelan, tak bisa dipungkiri ia masih sangat mencintai Taehyung.
Ya, Tuhan yang maha adil mengutus Rose bak malaikat yang selalu menemani Taehyung, Untuk menemani bukan untuk disakiti. Berapapun kesempatan yang diberikan Rosè, Taehyung tidak akan berubah, jika ia tidak menginginkannya. Mungkin itu alasan Tuhan mentakdirkan mereka bersaudara.
Nyatanya, Kecantikan, kesetiaan, bahkan harta yang dimiliki Rosè tidak dapat mengubah Taehyung. Karna yang dapat mengubah seseorang adalah diri mereka sendiri.
Meski dibalik bayang-bayang perekonomian yang sulit, kini Taehyung sungguh bahagia dengan anaknya, Taerin. Dan Rosè? Tentusaja masih mencari cari kebahagiaannya, sambil membawa luka yang ia simpan sendiri.
