Change

662 84 31
                                    

Semenjak mendengar kabar tentang Kyungsoo, Chanyeol terpuruk. Ia mengurung diri di rumah dan tidak menjawab pesan maupun panggilan dari ponselnya. Entah sudah berapa lama ia menangis hingga berulang kali jatuh tertidur tanpa peduli makan atau tidak. Pikiran-pikiran buruk tentang Kyungsoo terus memenuhi otaknya. Sebenarnya Baekhyun khawatir, tapi ia ingin memberikan Chanyeol waktu untuk menenangkan diri. Sampai seminggu lamanya belum ada kabar dari Chanyeol, Baekhyun memutuskan untuk menemui sahabatnya itu.

“Chan..” panggil Baekhyun sembari mengetuk pintu. Baekhyun mencoba membuka pintu itu dan terbuka. Ia mengernyit bingung kenapa pintu itu tidak terkunci. Ruangan yang remang dengan tirai yang masih tertutup menyapa indra penglihatannya. Baekhyun menyalakan lampu dan terkejut melihat keadaan rumah yang berantakan. Beberapa barang terlihat pecah dan berserakan dimana-mana. Baekhyun berlari menuju kamar Chanyeol.

“Chan... buka pintunya!!” teriak Baekhyun. Ia mendobrak paksa pintu itu dan menemukan gulungan selimut.

“Chanyeol-aa.” Baekhyun mengguncangkan gulungan selimut itu pelan tapi tak kunjung mendapat jawaban. Baekhyun menyibak selimut itu.

“Chanyeol-aa, Irreona...” ucap Baekhyun saat melihat Chanyeol tak sadarkan diri dengan wajah pucat.

***

Jongdae berlarian di lorong rumah sakit ketika mendapat kabar Kyungsoo sadar dari komanya.

“Kyungsoo,” panggil Jongdae, tapi hanya keheningan yang ia dapat. Kevin berdiri tidak jauh dari Kyungsoo, tatapannya mengisyaratkan tanya pada Jongdae.

“Ada apa?” tanya Jongdae. Ia perlahan mendekat dan menatap manik mata Kyungsoo. Tajam. Kesan pertama yang ia dapat.

“Diyo?” Barulah setelah mendengar namanya di panggil Diyo tersenyum smirk.

“Bisakah kau keluar?” usir Diyo pada Kevin. Kevin mengangguk, ia juga tidak tahan mendapat tatapan tajam dari pasiennya yang terasa menusuk. Jongdae sempat menahannya sebentar, ia akan menjelaskan pada Kevin nantinya.

“Kau harus sopan Diyo-ya,” ucap Jongdae. Diyo hanya mendengus, ia mencoba bangkit tapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi.

“Yak!! Kau baru bangun, berbaring saja. “ Diyo menurut, keheningan sempat mengisi sebentar.

“Hyung, bolehkah aku meminta tolong padamu?” ucap Diyo, kali ini pandangannya melunak berubah menjadi sendu.

“Apa?” balas Jongdae.

“Bawa Kyungsoo ke kehidupan baru,” pinta Diyo.

“Maksudmu?” tanya Jongdae.

“Aku akan mengubah ingatannya. Akan kuhapus semua penderitaannya. Ku mohon bawa ia pergi ke tempat baru, suasana baru dan ehmm... bisakah kau membuatnya menjadi dokter?”

“Dokter??”

“Semuanya memang belum berakhir, tapi aku ingin menebus kesalahanku. Kita pernah dibawah bayang-bayang mafia dan sekarang terlepas. Aku ingin mengabdikan diri sebagai dokter hyung,”

“Apa kau sudah bicara pada Kyungsoo?”

“Sebelum insiden ini, aku sudah meminta padanya dan dia menyanggupi. Tenang saja, dia tetap memegang kendali penuh atas tubuhnya dan akan kupastikan aku tidak akan keluar,”

“Apa kau akan menghilang?”

“Tidak sepenuhnya, aku harus menjaga ingatan Kyungsoo. Apa kau mau membantuku hyung?” tanya Diyo.

“Arraseo, kita mulai awal yang baru,” balas Jongdae. Ia menampilkan senyum terbaik dan memeluk Diyo.

“Uljima hyung....” lirih Diyo ketika merasa bahunya basah. Jongdae tidak peduli, ia hanya ingin menangis.

Judicature ✔Where stories live. Discover now