🍒 Selamat Datang Cinta

1.4K 172 9
                                    

a story by @MarentinNiagara

✏️✏️

Terlahir sebagai anak kembar, mungkin menurut orang lain sesuatu yang begitu menggemaskan. Dulu ketika Adonia dan Adora kecil banyak sekali orang yang suka mentoel pipi mereka, menciumi bergantian atau justru bergantian menggendong keduanya.

Menginjak anak-anak keduanya mulai menampakkan bakat dan kesukaannya masing-masing. Adonia yang begitu aktif dan sangat ekspresif sementara Adora yang lebih pendiam namun justru menampakkan prestasi akademik lebih mumpuni dibandingkan saudara kembarnya. Allah selalu menciptakan manusia dengan takaran yang sesuai.

Jika ada yang bertanya, sebanyak apakah kemiripan mereka? Maka setiap pasang mata akan selalu berkata bahwa keduanya seperti dua hal yang sulit dibedakan jika mereka sedang diam dan tak bersuara.

"Ma, mengapa orang selalu memanggilku dengan sebutan Dora, padahal namaku Donia. Mengapa mereka tidak mengenaliku terlebih dulu?" Protes yang seringkali didengar dari bibir Adonia saat pulang dari sekolah.

"Karena kalian berdua kembar identik, Sayang. Lihatlah adikmu dipanggil Donia juga tidak masalah. Itu hal yang wajar karena kalian berdua nyaris sama, anak-anak Mama memang cantik dan menggemaskan." Shafira mengatakan untuk membuat putri kembarnya tidak saling menyalahkan untuk menunjukkan jati dirinya masing-masing.

Saat masa remaja pun masalah kembali datang karena keduanya merasa tidak ingin tersaingi satu dengan lainnya. Hingga ayah mereka turun tangan untuk memberikan nasihat. Keluarga itu bukan untuk saling membenci, harusnya mereka bisa saling menguatkan dan saling melengkapi.

"Kakak tahu? Apa yang membuat keluarga itu selalu utuh?" Adonia mengerutkan keningnya mencoba untuk mengerti apa yang dimaksudkan ayahnya.

"Keluarga itu akan utuh jika anggota keluarga saling menyayangi satu dengan lainnya." Dan semenjak itu Adonia dan juga Adora tak lagi pernah mempermasalahkan perkara kembar dan orang lain salah menyebut mereka.

Memainkan peran terkadang Adonia menjadi Adora begitu juga sebaliknya namun karena sifat dasar mereka saling berkebalikan maka seringkali orang lain menebak dengan benar siapa mereka yang sebenarnya.

"Wah ini Adonia bukan Adora, dia lebih lincah dan ekspresif." Adonia tersenyum lalu mengangguk. Dengan demikian orang tidak lagi memanggilnya dengan nama saudara kembarnya. Ternyata menjadi diri sendiri itu lebih menyenangkan dibandingkan dengan menjadi orang lain meskipun mereka lebih baik daripada diri kita sendiri.

Time flies so fast, tidak terasa Adonia dan Adora telah duduk di bangku kuliah. Bahkan kurang satu semester mereka akan menyandang gelar baru sebagai seorang sarjana. Lulus dan bekerja, banyak mahasiswa yang memiliki prinsip hidup seperti itu. Termasuk dengan Adonia salah satunya. Lulus sebagai sarjana akuntansi membuat dirinya ingin meniti karir di perusahaan yang membutuhkan tenaganya sebagai juru auditing atau staf accounting. Sedangkan Adora memilih untuk membantu mamanya mengembangkan warung makan milik keluarga.

"Kakak diterima sebagai pegawai di perusaahaan design dan konstruksi yang memberikan gaji lumayan loh Dik, kamu tidak ingin seperti kakakmu?" tanya Shafira kepada Adora. Dia hanya tidak ingin nantinya Adora menyesal karena keputusannya yang memilih membantunya. Padahal Shafira dan Amran, suaminya tidak pernah membedakan dalam segala hal untuk kedua putri mereka.

"Tidak Ma, kalau Dora sama seperti Kak Donia maka tidak ada yang nanti meneruskan usaha yang telah Mama bangun."

"Tapi warung makan kita hanya warung makan kecil, Dora."

"Karena itu, siapa tahu nanti dengan adanya Dora warung makan kita bisa berkembang menjadi besar." Shafira memandang lekat putrinya. Meski Adora bukan seorang chef namun untuk memberikan masukan demi memajukan warung makan mereka sangat penting. Dari ide-ide yang ditelorkan oleh Adoralah warung makan mereka sedikit demi sedikit mulai bertambah peminatnya.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now