||03||

5.9K 1.2K 512
                                    

"Hey, Jaylani!"

Muncrat. Air teh yang baru juga masuk, belum sempat meluncur ke tenggorokan terpaksa kesemprot keluar dengan tidak elitnya.

Jay lirik sinis si tersangka. Melongo takjub tak merasa bersalah di atas kasur. Muka bantalnya pingin banget Jay lempar pakek cangkir.

"Ngagetin aja! Kalau gue copot jantung, mati, gimana?!" omel Jay seraya mengelap bekas teh di area bibir menggunakan tisu.

Jake menguap malas. Menaruh bokong di kursi balkon berhadapan sama Jay. "Tinggal lempar aja jasad lo ke laut. Beres," timpal Jake menyomot satu buah biskuit tapi sigap Jay pukul.

"Haish ..., pelit!" berang Jake mengusap punggung tangannya.

"Biskuit ini hanya dimakan khusus untuk gue seorang sahaja. Rakyat jelata kayak lo tak diperbolehkan," tutur Jay kemudian mengisap sekali cangkir tehnya begitu anggun. Mirip pangeran di negeri antah berantah.

Jake mendelik sengit. "Songong banget! Gue tibanin satu karung duit dollar, modyar lo!"

"Udah." Jay letakan cangkirnya di tatakan. Jake bingung, Jay menatapnya sangat intens. "Ini saatnya kita menyusun rencana. Lo ada ide?" Jay bertanya mengidik dagu.

Alis tebal Jake bertaut. "Gue kira semua udah diatur Bang Seon sama Bang Heesung, lainnya tinggal ngelaksanain aja," tukas Jake disahut gelengan kaku dari Jay.

"Nggak gitu. Kita harus berimprovisasi. Buat sesuatu yang beda. Ini kesempatan besar yang nggak boleh di sia-siain, Jake," teguh Jay mengepalkan tangan tegas. Api semangat membara-bara di bola matanya.

"Hih, gak waras," gidik Jake geli. Terlintas di otaknya sebuah ide cermelang. Jake menggebrak pelan meja.

"Gue ada ide super duper menakjubkan," kata Jake berseri-seri.

"Apaan?" Jay penasaran.

"Sini deketan."

Menolak, cekatan Jay menjauh sambil memeluk diri. Tingkat kewaspadaannya naik tajam.

"Jangan mencuri kesempatan, ya, Jake! Mentang-mentang kita berduan di kamar dan lo seenaknya mau ngelakuin hal yang tidak baik dalam budi pekerti luhur, norma, agama, suku bangsa dan undang-undang. Gue normal, loh, ya," sergah Jay menjaga jarak antara dirinya dan Jake. Kursinya ia mundurin.

Wajah Jake langsung datar. Jay berpikiran yang enggak-enggak tentangnya. Kurang asem.

"Gue mau bisikin lo, Jaymet!" desis Jake menahan niat membanting Jay menerobos ke inti bumi.

"Oh."

"Lagian juga lebih menarik Si Sunghoon daripada lo," gumam Jake mengangkat bahu.

Jay melotot sambil menunjuk Jake tak terima. Dia mendengar jelas omongan Jake barusan. "Minta digampar, ya?! Gue aduin Bang Heesung, disruduk lo pakek jurus buwong puyuhnya!"

Jake tak menggubris umpatan kemarahan Jay. Perhatiannya teralihkan akan salah satu tetangga di kamar samping. Di balkon kamar, badannya condong ke depan, sibuk mengusir burung hitam dengan sapu ijuk.

"Si Jungwon nggak capek apa daritadi kerjaannya ngusir burung terus," celetuk Jake bertanya-tanya. Pasalnya sejak percakapannya dengan Jay, Jake sudah cermat melihat Jungwon sibuk mengomel-ngomel. Memaki burung gagak yang bahkan tak melakukan hal yang mengganggu ketentraman. Diam saja bertengger.

Jay menengok penasaran kemana arah pandang Jake. Kemudian membalik badan kembali ke posisinya, menyeruput sedikit teh dicangkir dan berujar, "Jungwon anaknya parnoan dan penakut, tahu kan burung gagak melambangkan apa? Kematian seseorang." Nada terakhir Jay dibuat se-horor mungkin. Ia lalu bergidik mendengar ucapannya sendiri.

KOST LAND ||KAMAR 13||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang