||10||

3.3K 840 190
                                    

'Mati bareng, yuk.'

Ponselnya spontan dibanting karena kaget. Untung lemparannya tepat di atas kasur, jadi Jake tak perlu khawatir mengenai keselamatan nyawa ponselnya.

Takut-takut dia menengok. Sambungan telepon terputus. Dia bangun dari tiarap dan memungut handphone nya dengan gusar.

"Njir, kenapa gue yang kena teror?" Jake mendengkus sebal. Menyimpan ponsel ke dalam saku celana. Tak ambil pusing, dia berjalan keluar kamar.

Di ambang pintu, Jake kebingungan dengan apa yang terjadi. Suara keributan anak-anak di lantai atas terdengar bersahut-sahutan di telinganya. Jake pastikan sumbernya berasal dari kamar Jungwon.

"Hei, Niel! Ada apa rame-rame?!?"

Daniel yang kebetulan melintas  sigap Jake cegah. Menarik lengan Daniel untuk menghadap ke arahnya. Dari rautnya tampak jelas Daniel ketakutan bercampur gusar.

"Enggak tahu," pungkas Daniel lirih. Menggeleng pelan sambil menggigit bibir bawah. Sinar matanya sayu.

"Niel." Daniel mendongak penuh tanda tanya menatap Jake.

"Lo takut mati nggak?"

Sedikit kaget tiba-tiba Jake bertanya perihal kematian. Namun Daniel berusaha bersikap tenang meskipun gemuruh detak jantung tak bisa disangkal jika dia risau.

"Ma-maksudnya gimana, ya, Bang? Gue enggak paham," kata Daniel gugup mengukur tengkuk belakang. Perasaannya berubah tak enak.

Jake tersenyum samar. Di pandangan Daniel ada kejanggalan di sana.

"Semangat, Niel." Kening Daniel mengerut. Menatap bingung bahunya yang ditepuk lalu berganti objek pada Jake yang tak melunturkan senyum.

"Kita udah terperangkap. Bentar lagi hidup kita bakal tamat."

Sama sekali tak paham, Daniel berdiri kaku di tempat. Sementara Jake terus menapuk kedua bahu si muda yang lebih tinggi darinya.

"Jake! Daniel!"

Serempak mereka menoleh. Tampak Jaeho menompang badan di dasar tangga. Niat awalnya diurungkan sebentar saat bertemu Jake dan Daniel.

"Cepet ke atas bantu yang lain bongkarin pintu kamar Jungwon!!" titahnya yang langsung Jake balas anggukan.

"Ayo, Niel!"

"Eh?! Iya-iya." Lamunan Daniel buyar seketika. Sebentar Daniel lihat punggung Jake yang berlari kecil menjauhinya. Ragu belum ingin beranjak.

"KUDANIEL CEPET!!"

"Iya-iya! Ini juga mau lari!!"

Jaeho tak sabaran, mendorong badan bongsor Daniel untuk naik tangga. "Apalagi?!?" senggak Jaeho saat Daniel menepis tangannya menyingkir. Jake lebih dulu menghilang, tinggal Jaeho dan Daniel di sana.

"Kita belum kenalan, Bang. Nama Abang siapa? Jae ..., Jae ..., Jaelek??" 

"JAEHO!!"

"Maaf!" Secepat kilat Daniel tapaki tiap-tiap anak tangga. Jaeho tersulut emosi. Memang baik niat Daniel, tapi tolong lihat situasi dan kondisi.

"Sabar, ritualnya baru dimulai biar pada kapok semuanya." Jaeho mengelus dada. Kehendaknya untuk menyusul tertahan. Rasanya ada keanehan di kamar sebelah. Kamar 13.

Penasarannya lebih unggul. Jaeho memutar kepala menelisik keadaan. Aman, tak ada siapa-siap. Pandangan Jaeho menyapu seisi ruangan. Mengintip dari cela kaca jendela yang bebas tirai.

KOST LAND ||KAMAR 13||Donde viven las historias. Descúbrelo ahora