||19||

1.9K 489 41
                                    

Croott!

"YA! MUKA GANTENG GUE NGGAK HIGIENIS LAGI!! MAMAAA!!"

"Lebay, anjir."

Datarnya triplek kalah sama ekspresi EJ. Sekotak teh disedotnya lagi sambil mata jelalatan mencari sasaran jambu. Si Daniel cemberut mengelap muka. Air teh muncrat langsung dari sumbernya, EJ tersangka seuprit pun nggak merasa bersalah.

"Niel, lo nggak khawatir apa?"

Daniel menoleh penasaran mendengar pertanyaan EJ. "Khawatir? Buat apa?"

Jawaban yang EJ nggak duga. Nafsunya buat metik jambu diurungkan. Situasi ini lebih penting.

"Bang Jaebeom ilang oy, lo nggak risau apa?" tangkas EJ sembari menoyor tengkuk Daniel. "Temen laknat lo!"

"Nggak usah pukul-pukul dong!" Segenggam rumput Daniel timpuk ke wajah beringas EJ.

"WOI, NEROBOS IDUNG!"

"MAMPUS!"

Percakapan unfaedah itu berhenti. Sepi keadaan kost. Yang terlihat di pekarangan cuma mereka berdua. Duduk bersilah di rerumputan bawah pohon. Dari situ, mudah menyaksikan tiap-tiap bagian bangunan kost-kostan. Auranya jadi terasa berbeda kalau begini.

"Udah tiga hari semenjak kita datang." EJ bersuara lagi. Menatap Daniel yang memandang jauh ke depan. "Ada keanehan di sini."

Sepenuhnya perhatian Daniel tertuju pada EJ."Bang sumpah, gue nggak mudeng lo ngomong apaan," katanya dengan kulit dahi berkerut-kerut.

"Pingin banget gue tonjok muka lo," ujar EJ usaha keras menahan gelora amarah.

"Iya-iya, ini serius." Daniel mengubah letak duduknya lebih mendekati EJ. "Jadi, apa yang aneh?" Kupingnya dipasang cermat-cermat.

Ucapan EJ dibuka dengan dengusan kecil. "Banyak." EJ dan Daniel saling bertukar pandang.

"Bang."

"Hm?"

"Tatapanmu sangatlah menghanyutkan jiwa dan ragaku."

"JIJIK, ANJIM!!"

Kali ini EJ nggak main-main sama perkataannya tadi. Sandal selop menerjang mulus mengenai pipi gembul Daniel. Sensasinya luar binasa. Daniel sekarat.

"Jangan bercanda bisa nggak?!? Gue serius ya!!" EJ murka.

"Omongan lo nggak jelas, Bang!! Banyak apa maksudnya?!? Ngasih jawaban itu yang lengkap, biar gue nangkepnya paham!" Daniel membela diri sambil mengelus bekas tamparan sandal.

EJ berdecih. "Isinya, semua." Wajah-wajah mereka memenuhi pikiran, EJ muak. Rasanya minta dilenyapkan.

Alih-alih merespons, Daniel justru diam. Semilir angin membawa kantuk. Daniel nggak kuat. Kelopak matanya berkedip-kedip sayu.

"TIDUR, BOKONG LO NEMPEL TANAH!"

Daniel sadar. Menggosok-gosok mata, dilihatnya muka EJ merah padam macam cabe keriting.

"Niel, kost-kostan ini nggak aman, kejadian-kejadian aneh, penghuninya yang tiba-tiba hilang nggak tau kemana, belum lagi orang orang sini perilakunya ...." EJ menggebu mengeluarkan unek-uneknya yang lama ini dipendam. Namun, tatapan Daniel membuatnya mati kutu.

"Beda kepala beda isi, itu menurut lo, tapi bagi gue enggak." Daniel berdiri, membersihkan celananya yang sedikit kotor. "Tenang, Bang, semua bakal baik baik aja, percaya deh." Lekat-lekat memandang Abangnya.

KOST LAND ||KAMAR 13||Where stories live. Discover now