||05||

4.9K 1K 259
                                    

"Aw! Aw! Aw!"

"Haish! Sakit, Bang! Pelan-pelan, kek!"

"Ah! AW! AAAAAWWW!!"

"Lebay, njir!"

Key dorong kepalanya Taki geregetan sampai Taki nya sendiri tersorong ke depan. Key merelakan waktu tidur siangnya guna membantu buntalan daging ini memisahkan rambut beda warna. Taki merengek, Key menurut. Taki kebanyakan mengeluh sakit, lantaran Key menyabutnya pakai tenaga dalam.

"Lagian masih muda udah ubanan aja, banyak lagi. Gimana kalau udah tua? Nggak kebayang, bulu-bulu badan lo pasti putih juga. Hiihh ...." Key geleng-geleng kepala. Segumpal rambut putih ada digenggaman, hasil jerih payahnya berpetualang di kepalanya Taki.

Mendengus sebal, Taki membual."Gue orang penting di sekolahan, Bang. Banyak kegiatan, harus mikir ini-itu. Tanggung jawab gue segunung. Bisa jadi ubanan ini efek samping gara-gara kebanyakan memikirkan hal berat."

Percaya? Tentunya enggak. Key tahu persis seluk beluk Taki di sekolah. Semua yang Taki katakan barusan hanya bohongan semata.

"Nggak usah nipu gue! Dikira gue nggak tahu apa kalau lo bagian dari gerombolan pencuri isi pulpen kelas!" sembur Key berang.

"Argh! LEPAS! NANTI TUMBANG SEMUA RAMBUTNYA!" Taki mengerang. Key lepas tautannya. Heran, padahal Key menjabak tak lagi pakai tenaga dalam. Lebay mendarah daging Taki itu.

Detik jam mendominasi suasana. Key dan Taki terkurung dalam keheningan. Key merebahkan badan di kasur dengan lengan sebagai bantalnya. Sementara Taki sibuk mengumpulkan helaian rambut yang berjatuhan di karpet lantai. Memasukannya ke plastik bening.

"Bang Key."

"Apaan?" Key tak bergerak dari posisinya.

"Ritualnya di--"

"Aaakhhh!! Gelap! Ini mati lampu atau mata Taki katarak tiba-tiba?!? TOLONG! BANG KEY!! TOLONGIN TAKI! TAKI NGGAK BISA LIHAT!!"

Taki berteriak histeris. Meronta-ronta panik. Semua terlihat hitam dimata Taki. Anak itu menggapai-gapai sekitar, berupaya mencari sesuatu yang bisa dipegang.

Nihil, semakin dicoba semakin runyam pula. Masalah di penglihatannya, Taki tak bisa melihat apa-apa di depan. Karena itu ubun-ubunnya terbentur ujung meja.

Duag!

"Bego dipelihara! Noh, kucing dipeliara biar beranak!"

Terang seperti semula. Taki mengerjap beberapa kali memastikan fungsi matanya. Di muka Taki, Key memandangnya jengkel. Ia berbalik badan kembali ke kasur sambil menenteng selimut beludru warna hitam.

Taki ingat sekarang. Tadi Key yang melempar selimut itu ke arahnya hingga menutupi pucuk kepala sampai mata kaki. Oleh sebab itu, Taki gelagapan macam ikan cupang keracunan borax.

"Bang Key gue mau ngomong!" rengek Taki cemberut. Mengambil duduk di sisi Key berbaring.

"Nggak usah bahas yang begituan di sini! Kalau ada yang denger gimana?!?" hardik Key marah.

Bibir Taki mencebik."Taki cuman mau nanya mulainya ka--"

"Besok." Key menyambar cepat.

"Sensian. Abang lagi PMS, ya?" Taki menyindir sengit. Merasa tak suka dengan sikap Key. Dia biasanya akan sangat sabar menghadapi Taki. Tapi tidak untuk sekarang.

"Woi, mau kemana?!?" Taki bertanya saat Key bangkit hendak menuju pintu kamar.

"Nyari angin. Sumpek lihat muka lu."

KOST LAND ||KAMAR 13||Where stories live. Discover now