06: Feelings

1.4K 232 7
                                    

2000+ words. wow gilasih. setelah dikasih moment berturut-turut selama dua minggu, gue bisa ngehalu dengan lancar. terimakasih inkigayo!

---

Setelah kejadian nggak sengaja ketemu di café dan pulang bareng (kalo ini sih disengaja), mungkin kalian akan berekspetasi kalau mereka sudah mulai chattingan atau sekedar pdkt ala-ala.

Namun ternyata nggak sama sekali.

Apa Jeffri yang kurang ngegas, atau Rosie yang cuek banget bisa jadi salah satu faktornya. Tapi kayanya memang salah Jeffri sih, dia nggak ada inisiatif untuk chat duluan. Padahal siapa coba yang suka duluan. Kalo kayak begini Rosie jadi makin bingung kan?

Sebulan berlalu setelah libur kenaikan semester 8 dan nggak ada progres hubungan mereka sama sekali. Sebenarnya kalau bisa dibilang, mereka ini sama-sama saling mantau via sosial media, walaupun ya nggak ada tuh interaksi sama sekali. Antara gengsinya ketinggian atau bingung mau ngobrolin apa.

Semester 8 merupakan momok terbesar bagi mahasiswa tingkat akhir. Walaupun mata kuliah sudah tidak banyak, tetap saja semester 8 merupakan penentuan hidup-mati mereka selama menjadi mahasiswa dengan mengerjakan skripsi. Begitu juga Rosie, dia udah ambis duluan dengan mencari referensi skripsi kating yang dia kenal. Rosie ingin cepat-cepat lulus dari kampus ini sehingga ia tidak perlu ngekos atau pulang-pergi dari rumahnya ke kampus dengan menggunakan KRL.

Kalau Rosie tahu bahwa tahun ini merupakan tahun yang paling bahagia baginya, mungkin ia tidak akan buru-buru lulus, bahkan ingin selalu berada di kampus ini. Karena nyatanya, ia akan menemukan kebahagiaan terbesar dalam hidupnya di kampus ini.

"Ci ci ci ci ci ci" Lisa menggoncangkan pundak Rosie. Rosie yang sedang mengerjakan tugas matkul menoleh dengan sinis, "Apa sih Lis?"

Lisa langsung mundur perlahan melihat Rosie yang moodnya lagi kacau. "Et kok lo marah sih?" Rosie menghembuskan napasnya dengan kasar, "Ya lo goyang-goyangin badan gue, nggak liat gue lagi ngerjain tugas? Jadi buyar tau."

"Jangan galak-galak apa, pantes aja si Jef nggak jadi ngedeketin lo." Mendengar Lisa menyebutkan nama Jeffri membuat Rosie makin jengkel, "Emang dia nggak suka sama gue sih, yaudah biarin aja pasti dia udah kesemsem sama anak teknik yang cantik."

"Tapi nggak ada yang kayak lo, Ci," ujar Lisa. Rosie melihat wajah Lisa dalam-dalam dan menaikkan alisnya, "Masa? Kok lo tiba-tiba ngomong kayak begini sih? Ada maunya ya lo?"

Melihat Lisa langsung tertawa cekikikan membuat Rosie makin curiga dan memicingkan matanya, "Cepet jujur sama gue. Ada apa nih lo kayak begini?"

"Ke FT yuk, Ci," ajak Lisa. Rosie langsung mengalihkan pandangannya kembali ke layar laptop sambil berdecih, "Ngapain? Jangan aneh-aneh dah lo."

"Jeffri mau nyanyi tau Ci," jawab Lisa. "Terus kalo dia mau nyanyi urusannya sama gue apa? Emangnya gue bakal dinyanyiin gitu?" tanya Rosie ketus. Lisa tertawa dan mengangguk-angguk, "Ini gue langsung dichat sama orangnya, ayo makanya kesana!"

"Kenapa sih dia nggak kesini aja? Kenapa gue harus kesana?" tanya Rosie lagi, kali ini benar-benar sangat ketus. "Anak FT lagi ada acara, mau ada demis BEM terus mereka mau nyanyi-nyanyi gitu. Makanya ayo kesana gue mau ketemu temen gue jugaaa" Lisa menarik tangan Rosie sehingga tangannya bisa terlepas dari laptop.

"Sejak kapan lo punya temen di FT?" tanya Rosie dengan penuh curiga. "Temen gue juga ada yang mau demis makanya mau ketemu juga sama dia,"

"Ngapain coba lo kesana? Lo kan anak Psikologi, ngapain ikut campur BEM fakultas lain?" Rosie masih dalam pendiriannya dan nggak mau diajak Lisa ke FT. "Ayolah Ci, sekali aja ini temenin gue. Itu mereka nyanyi di rotunda FT jadi semuanya boleh liat. Keburu rame fansnya Jeffri banyak banget Ci, ayo ah!"

Chasing Roses (Reborn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang