16: You Did Well, Rosie

1K 173 39
                                    

July, 18th 2019

Rosie tidak butuh berhari-hari untuk menunggu tanggal sidang karena nyatanya sehari setelah sidang Jeffri, dosen pembimbingnya mengabari via whatsapp kalau dirinya akan melaksanakan sidang pada tanggal 18 Juli, tepat seminggu setelah sidang Jeffri.

Selama seminggu terakhir, ia berlatih untuk menghadapi sidang hari ini. Kadang sama Alice, kadang sama Jeffri, kadang sama Lisa (oh iya, Lisa sudah sidang dari bulan Juni lalu). Rosie ini anaknya cukup nervous at the first time, makanya harus sering dilatih biar nggak terlalu keliatan kalau dia lagi gugup. Walaupun begitu—public speaking Rosie bisa dibilang cukup oke. Dulu Rosie sempat menjadi salah satu kadep BEM dan wakil ketua Psymphony yang membuat dirinya cukup mahir berbicara di depan banyak orang, yah walaupun nervous dikit.

Kalau seminggu yang lalu Rosie sibuk menyiapkan kue dan bingkisan untuk merayakan sidang Jeffri, bagaimana Jeffri sekarang? Sebenarnya sejak sidang kemarin dirinya sibuk menyelesaikan revisi yang mana deadlinenya adalah hari ini—hari sidang Rosie. Tapi dia santai karena revisinya nggak terlalu banyak (surprise: dia dapet pujian bertubi-tubi dari dosen penguji—gatau sebenarnya muji skripsinya apa tampangnya) makanya dia bisa nemenin Rosie latihan sidang h-3.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi di rumah Jeffri sementara di kampus Rosie baru memulai sidangnya. Jadwal yang diberikan Rosie mengatakan kalau Rosie akan keluar jam 11 siang—kalau sesuai jadwal. Jadi Jeffri masih santai di rumahnya yang notabennya jauh dari kampusnya.

Fyi, rumah Jeffri bertempat di Kebayoran, Jakarta Selatan. Biasanya memakan satu jam perjalanan agar bisa sampai ke Depok.

Dengan boxer yang masih menggantung di badannya, Jeffri berjalan gontai ke dapur rumahnya dan membuat kopi hitam tanpa gula. Memang motto hidupnya adalah coffee is my life.

Jeffri membuka kulkasnya—dengan niatan melihat kue yang sudah dibeli semalam. Wajah berserinya berganti dengan wajah muram. Ia melihat kue tersebut sudah dipotong setengah oleh entah siapa.

"Ini siapa yang makan kue gue?!" teriak Jeffri. Suaranya sangat kencang sehingga menggema satu rumah, namun tidak ada yang menyahut. Jeffri dibuat gusar karenanya.

Jeffri melirik jam yang ada di dapur, "Aduh jam segini mana ada toko kue yang buka... fuck..."

Saat tersadar bahwa dirinya belum mengecek handphonenya dari bangun tidur, Jeffri pun langsung ngibrit masuk lagi ke kamar dan mencari handphonenya. "Anjir hape gue dimana?"

"Sumpah nggak lucu banget..." Jeffri mengacak-acak tempat tidurnya, mengecek di sela-sela tempat tidurnya. Namun hasilnya nihil, ia tidak menemukan handphonenya. Jeffri makin kesal dibuatnya.

"Ada yang liat handphone aku nggak?!" pekik Jeffri setelah keluar dari kamarnya. Adiknya, Ica muncul dari teras rumahnya dengan wajah sebal. "Apasih kak daritadi teriak-teriak mulu?!"

"Dek, kamu liat handphone kakak nggak?" tanya Jeffri buru-buru. Ica pun tertawa, dan sekarang wajah Jeffri benar-benar terlihat sangat kesal. "Aku ambil. Daritadi hape kakak bunyi mulu ada yang nelpon. Aku bangunin tapi kakak nggak bangun-bangun."

"Yaudah dek mana sini aku butuh hapenya," Jeffri menengadahkan tangannya meminta handphonenya kembali. Ica berbalik badan masuk ke dalam kamarnya, mengambil handphone Jeffri, dan memberikannya ke Jeffri.

"Ditelpon mulu sama pacarnya tuh. Aku mau jawab tapi hape kakak dilock. Penting kayaknya tuh kak,"

"Duh emang penting dek," Jeffri buru-buru membuka lock handphonenya dan melihat di notification bar. 10 missed call dan 14 messages dari Rosie.

Chasing Roses (Reborn)Where stories live. Discover now