7| pabrik gula

209 41 2
                                    

Mobil Nara berhenti tepat di depan sebuah gerbang yang tertutupi oleh beberapa garis polisi. Gerbangnya bahkan sudah berkarat, banyak daun-daun kering berserakan. Hari sudah mulai malam sehingga minim pencahayaan. Hanya terdapat sebuah lampu kecil di depan gerbang yang sinarnya terlihat mulai redup.

Perlahan satu persatu dari mereka turun dari mobil Nara. Mereka berlima bediri didepan gerbang tersebut. Nara terlihat mulai menghidupkan senternya dan diikuti oleh keempat temannya yang lain.

"Beneran ini tempatnya?" Tanya Prilla. Terlihat jelas bahwa gadis ini merasa ragu untuk masuk ke dalam tempat itu.

"Iya, ini tempatnya." Sahut Teresa menjawab pertanyaan Prilla.

"Pabrik ini baru beberapa minggu yang lalu kan kebakarannya?" Tanya Carly yang terlihat penasaran.

Teresa menangguk.

Aneh sekali. Kenapa tempat ini terlihat seperti sudah dikosongkan selama bertahun-tahun padahal pabrik ini baru kebakaran beberapa minggu yang lalu?

"Ada korban jiwa nggak?" Tanya Prilla lagi. Dia terlihat bersembunyi dibalik tubuh Jihan.

"Yang gue liat di google sih gak ada. Semua korban selamat. Mungkin hanya beberapa yang kena luka bakar parah gitu." Jawab Nara dengan santai. Bahkan tidak menunjukan raut ketakutan sama sekali. Berbeda dengan Prilla yang langsung menutup matanya ketakutan.

"Aku dengar desas-desusnya sih karena kebakaran tempat ini jadi angker." Teresa ikutan menjelaskan.

"Oke guys, jadi kita udah sampe di tempatnya! Liat deh, serem banget gak sih? Kek tempat jin buang anak." Jihan terlihat merekam dan menyorot teman-temannya menggunakan kamera handphonenya. Dia juga terlihat menyorot sekelilingnya.

"Pasti buat tiktok?" Tanya Carly dan Jihan mengangguk dengan semangat.

"Sumpah deh gue yakin bakal viral nih!" Seru Jihan bersemangat.

"Duh Jihan lo udah ngomong itu seratus kali! Bosen banget gue dengernya." Sahut Prilla.

"Ih emang iya?" Tanya Jihan tanpa dosa. Prilla memutar bola matanya malas.

"Yuk, masuk." Nara berjalan ke arah gerbang mendahului yang lain. Namun ia berhenti tepat didepan gerbang tersebut karena melihat rantai yang melingkar pada lobang yang menyatukan kedua gerbang besi itu. Nara menghela nafasnya. Ia merutuki dirinya karena tidak pernah kepikiran tentang hal itu.

"Digembok ya?" Tanya Carly.

"Yah pasti digembok tuh!" Sahut Prilla menjawab pertanyaan Carly.

Mereka semua terlihat diam. Tidak mengeluarkan suara sedikitpun selama beberapa saat. Carly berjalan ke sebrang jalan pabrik tersebut. Dari arah sana dia melihat ke sekeliling. Mencoba mencari cara agar mereka bisa masuk ke dalam gudang itu. Melihat gerak-gerik Carly, Nara dan Teresa mulai ikut bergerak. Berbeda dengan Jihan yang terlihat sibuk merekam sekeliling menggunakan ponselnya dan Prilla yang sedari tadi tidak melepaskan pelukannya pada tangan kiri Jihan.

"Nara!" Seru Teresa memanggil Nara agar mendekat ke arahnya. Nara terlihat menghampirinya.

Teresa menunjuk ke arah semak-semak yang berada disekitar gerbang. Nara menyibak semak belukar tersebut dan menemukan sebuah cela yang dapat membuat mereka masuk kedalam pabrik tersebut.

"Nah sip, kita bisa lewat sini." Ucap Nara. Teresa mengangguk menyetujui.

Nara akhirnya memanggil yang lain, satu persatu mereka mulai masuk ke dalam pabrik melalui celah tersebut. Sesampainya didalam, Prilla langsung mengusap tangan dan kakinya yang terasa gatal karena terkena semak-semak.

"Ih harusnya gue pake baju lengan panjang tadi!" Eluh Prilla.

"Lagian lo mau ketempat gini ngapain pake dress?" Sindir Carly dan Prilla menanggapinya dengan menekuk bibir bawahnya.

Mereka berjalan perlahan menyusuri pabrik tersebut. Tujuan mereka sebenarnya ialah kedalam sebuah bangunan yang terlihat sangat usang di ujung sana. Itu bangunan yang paling mencolok diantara yang lain.

"Oh iya, gue baca semalem katanya pabrik ini udah ada sejak jaman penjajahan belanda ya?" Tanya Jihan sambil tetap fokus merekam.

"Hah serius?!" Seru Prilla tak percaya.

"Iya kata google sih gitu. Tapi gapapa malah makin seru! Hantunya noni-noni belanda hahaha." Jihan tertawa. Berbeda dengan Prilla yang melotot mendengar ucapan Jihan.

"Hus, di tempat gini tuh gak boleh ngomong sembarangan. Nanti kamu bisa di gangguin." Tegur Teresa. Seketika Jihan diam seribu bahasa.

"Iya han, katanya sih orang yang ngomongnya asal ceplos gitu tuh gampang kesurupan." Carly ikut menimpali. Membuat Jihan semakin terlihat ketakutan.

"EH STOP DEH," protes Jihan. Carly tertawa melihat reaksi temannya yang satu itu.

"Hihihihi."

DEG.

Seketika Prilla menghentikkan langkahnya. Prilla langsung memeluk tubuh Teresa yang berada disampingnya kencang. Ia merasa tidak salah dengar kalau ia mendengar suara cekikikan barusan. Ketika ia melirik ke arah Jihan, ternyata temannya yang satu itu juga terlihat membeku ditempatnya berdiri. Bibirnya seketika menjadi pucat. Carly juga terlihat diam tak berkutik.

"S-sumpah g-gue deng--" belum sempat Jihan menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba Nara tertawa kencang sekali. Membuat mereka seketika melihat ke arahnya.

"Hahahaha aduh--hahaha, muka kalian kocak banget." Nara tertawa sambil memegangi perutnya.

Carly seketika menghela nafasnya kasar. Ia baru sadar ternyata suara cekikikan barusan bersumber dari handphone milik Nara. Ia merasa kesal karena telah dibodohi temannya yang satu itu.

"Eh kampret lo ngerjain kita ya!" Sahut Jihan tidak terima. Namun dalam hati ia menghela nafas lega karena yang ia dengar barusan ternyata tidak sungguhan. Ia tidak dapat membayangkan jika tadi adalah suara sungguhan yang berasal dari mba-mba kunti. Kan serem banget.

"Aduh capek banget, langsung pada pucet. Hahahha." Nara masih terlihat tertawa.

"Haha." Teresa tertawa kecil menanggapi kejadian tadi. Carly langsung menengok ke arah Teresa. Tertawanya barusan terdengar memaksa. Ia menatap ke arah temannya itu heran.

"Kalah kalian sama Teresa, dia aja gak takut tadi." Lagi-lagi Nara tidak berhenti mengejek mereka.

"Dah yuk, lanjut." Kali ini Carly maju terlebih dahulu. Mengantikan posisi Nara yang tadi berada di depan.

Carly akhirnya memimpin mereka menuju tempat yang mereka tuju. Suasana malam membuat tempat itu terlihat semakin mencekam. Namun tetap saja tidak menggentarkan semangat mereka untuk bersenang-senang didalam sana.

Meskipun akhirnya mereka akan menyesali keputusan itu.

***

Bersambung...

Telat seminggu krn sumpah gue lupa trs mau update padahal udh ada di draft xixi maapin
Vote and comment🖤

SEMBUNYIWhere stories live. Discover now