8| siapa yang berjaga?

219 42 2
                                    

Suasana saat ini sangat mencekam. Suara-suara jangkrik terdengar sangat nyaring. Udara dinginnya malam juga turut menambah kesan mistis pada malam ini.

Mereka berlima sekarang berada di dalam salah satu bangunan terluas di pabrik gula itu. Tempat dimana api pertama kali tersulut sehingga membakar habis pabrik tersebut. Sebenarnya yang menyarankan mereka masuk ke dalam bangunan ini dibandingkan tempat lain di sekitar pabrik tersebut ialah Teresa. Dia bilang disini adalah pusat kobaran api tersebut sehingga membuat tempat tersebut berkesan horror. Sangat cocok untuk kegiatan yang akan mereka lakukan.

Tembok bangunannya bahkan terlihat bewarna hitam dan mengelupas juga menggelembung di beberapa bagian akibat terkena air hujan melalui atapnya yang bocor. Mungkin kobaran api telah melahap beberapa sisi atap gedung tersebut. Meskipun begitu, temboknya terlihat masih berdiri dengan kokoh.

"Okey. Disini aja." Ucap Nara sambil menyenter kesekelilingnya. Ia merasa disinilah tempat yang paling cocok.

"Kalian nyium bau-bau bangke gitu gak sih?" Tanya Prilla ketakutan. Dia terlihat mengusap tangannya yang merinding.

"Ya mungkin bangkai tikus kali." Sahut Carly menjawab pertanyaan Prilla, mencoba membuat Prilla tidak ketakutan.

Jihan terlihat antusias merekam keadaan sekitar menggunakan handphonenya.

"Sekarang kita tentuin siapa yang bakal jaga ya?" Sahut Teresa bertanya. Nara mengangguk menanggapinya.

"Gimana cara nentuinnya?" Tanya Prilla.

"Pake hompimpa?" Jawab Carly.

"Ayok." Nara memasang tangan kanannya sedangkan tangannya yang kiri ia pakai untuk memegang sebuah senter. Ia terlihat bersiap untuk melakukan hompimpa.

"Okey guys jadi kita bakal hompimpa dulu buat nentuin yang bakal jaga! Bismillah semoga bukan gue deh yang jaga." Ucap Jihan sambil fokus merekam.

Sekarang mereka terlihat melingkar dan masing-masing telapak tangan mereka tumpang tindih.

"Hompimpa alaium gambreng."

Telapak tangan Nara, Jihan dan Teresa terlihat menghadap ke arah yang sama sama. Sedangkan Prilla dan Carly sebaliknya.

"Yess!" Pekik Prilla senang.

"Bentar deh, yang banyak menang kan? BERATI PRILLA SAMA CARLY SUIT!" Seru Jihan bersemangat. Prilla melotot tidak setuju.

"EH GIMANA CERITANYA GUE YANG SUIT? KAN GUE MENANG!" Prilla menggelengkan kepalanya.

"Yang banyak menang pril, cepet suit." Ucap Jihan lagi.

Prilla seketika menekuk bibir bawahnya. Ini terasa tidak adil baginya. Dan sialnya lagi, Prilla gak pernah menang suit!

"Sini cepet." Carly mengulurkan tangannya untuk suit dengan Prilla. Prilla akhirnya dengan terpaksa menyambutnya.

Dan benar saja, Prilla mengeluarkan jari telunjuknya dan Carly mengeluarkan jari jempolnya. Kalah sudah Prilla.

"IH GAMAU JAGA PLIS GUE TAKUT!" Pekik Prilla ketakutan. Namun ternyata keempat sahabatnya terlihat mengabaikan hal itu.

"Jadi gini, Prilla bakal jaga disini. Di tembok yang itu." Ucap Nara menjelaskan sambil menunjuk ke arah tembok diujung.

"Terus kita sembunyi kan?" Tanya Teresa dan Nara mengangguk.

"Kita boleh sembunyi di mana aja dalem gedung ini. Tapi gak boleh pindah gedung! Ntar malah di culik kolong wewe kan bahaya. Lo itung sampe duapuluh baru mulai cari Pril. " Nara kembali menjelaskan.

"Oh iya, Prilla juga bakal tetep ngitung satu sampai sepuluh secara berulang pas nyari keberadaan kita. Jadi yang sembunyi jangan lupa nepuk tangan satu kali selama seling sepuluh detik. Biar clue gitu buat yang jaga!" Carly menambahkan.

"Dan lagi buat yang sembunyi, Kalian gak boleh ngidupin senter sama sekali selama sembunyi. Jadi yang boleh ngidupin senter cuma Prilla. " Ucap Nara.

Yang lain akhirnya mengangguk mengerti.

"Satu lagi, gak ada yang boleh sembunyi di tempat yang sama!" Sahut Carly.

"Oke oke gue ngerti paham dah yuk gas." Jihan ikutan menyahut. Dia terlihat bersemangat.

Dengan berat hati, Prilla berjalan menuju tembok yang tadi ditunjuk oleh Nara. Lalu melipat kedua tangannya di tembok.

"EH KALIAN GAK BAKAL NGEPRANK GUE KAN? Ninggalin gitu?!" Seru Prilla.

Carly menggeleng. "Nggalah Pril, kita gak setega itu."

"Yaudah cepet gue itung ya!"

"Satu...dua...tiga...empat..."

Nara, Jihan, Carly dan Teresa akhirnya melangkahkan kaki dari situ dan mulai mencari tempat persembunyian yang aman. Mereka terlihat melangkahkan kaki dengan tergesa.

Berbeda dengan Prilla yang terlihat tetap menghitung dengan tenang. Tangan kanannya menggenggam senter dengan kuat. Mencoba menghilangkan rasa merinding pada tubuhnya.

***

Bersambung...

Met lebaran ol
Vote and comment😉✨

SEMBUNYIWhere stories live. Discover now