Prolog

14.5K 677 18
                                    


Semoga kalian menikmati cerita ini seperti aku menikmati ketika menulisnya. 

1-10 part aku usahakan update setiap hari. setelahnya akan update sekali seminggu. juga siapkan uang dari sekarang ya kesayangan. soalnya ceritanya akan berakhir di playstore. jadi nabung dari sekarang. 

yeeayyy. kuharap kalian bacanya juga dengan intonasi yang bahagia.

***

Suaranya terdengar penuh dengan rintihan nikmat. Dia tidak pernah merasakan sentuhan yang mampu menggilakannya seperti sentuhan yang diberikan pria yang kini tengah berada di atasnya. Segala perlawananya meluntur. Akal sehatnya melayang entah ke mana. Hanya satu yang ada di kepalanya saat ini adalah bagaimana cara mendapatkan yang lebih dan lebih. Dia mencandu dan menggila.

Pria itu seolah menaburkan kegilaan padanya hingga dia tidak berkutik. Pria itu mampu mengendalikannya dan harusnya dia takut akan hal itu. Sayangnya segalanya terlalu indah malam ini untuk ditakutkan. Semuanya terlalu sempurna untuk dilewatkan. Jika dia tidak meraihnya sekarang maka selamanya dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Jika dia menghentikan dirinya sekarang maka sampai kapanpun dia akan terpenjara dalam ketakutannya yang tidak beralasan.

Biarkan dia meraihnya. Biarkan dia menikmatinya. Hanya malam ini. Resiko apapun itu dan dengan bentuk bagaimanapun, dia akan menerimanya dengan sukarela. Dia rela terkutuk ke dalam neraka sekalipun asal dia bisa menyelesaikan semua yang telah dimulai pria itu padanya.

Tangan pria itu mulai menyusuri bagian perutnya. Mereka berdua sama-sama telanjang. Tidak ada satu benang pun di tubuh keduanya. Mereka saling memberi dan menerima dengan intensitas yang pantas. Mereka menari dalam balutan hasrat dan gairah yang memudarkan tentang esok harinya. Dua deru nafas berirama dalam detik yang sama. Mereka tahu cara membuat satu sama lain menjadi lengkap. Seolah dua tubuh itu memang diciptakan untuk saling memuaskan.

Satu payudaranya tertangkap dengan sempurna di tangan kiri pria itu yang memperlihatkan jam tangan hitam yang melingkar di sana. Sementara tangan kanannya sibuk mengusap bagian kewanitaan si perempuan. Mencoba memasukkan jemarinya di mana selubung hangat itu menjepit dengan sangat kuat.

Perawan. Satu selibat tebakan saja membuat pria itu tahu kalau segalanya memang nyata. Dia tidak pernah menduganya. Ada perawan yang akan datang ke ranjangnya malam ini. Dia tidak juga tahu kalau Manhattan masih memiliki stok seorang perawan di usia yang bahkan pria itu yakini tidak lagi muda. Walau tidak melihat dengan jelas seperti apa wajah perempuan itu, tapi jelas pria itu bisa menebak umurnya hanya dari sentuhannya pada kulit lembut tersebut.

Pria itu mabuk. Tidak sepenuhnya mabuk. Hanya sedikit mungkin tapi kini dia lebih mabuk lagi. Tidak lagi karena alkohol melainkan karena perempuan di depannya yang seakan memberikan dia segalon bir. Entah bagaimana semuanya berakhir seperti ini, pria itu juga tidak tahu. Tidak ada yang bisa menjelaskannya. Yang pasti perempuan itu melawannya tadi. Di serangan pertama dan kedua, perempuan itu masih memberikan cakaran di tubuhnya.

Namun setelahnya, perempuan itu menyerah. Tubuhnya seakan paham kalau dia tidak akan mampu melawan sang pria. Jadi dia membuat dirinya pada akhirnya menyerah.

Pria itu harusnya merasa bersalah. Masih ada akal sehat di otaknya dan melihat ketidakberdayaan itu, harusnya dia menghentikannya. Sayangnya kelembutan sang dara tidak membuatnya bisa berpikir dengan jernih lagi. Dia hanya ingin menikmati secawan madu yang diteguknya dengan cara tidak pantas. Dia akan memikirkan hal lainnya esok hari. Mungkin sebuah pertanggungjawaban akan sepadan dengan itu semua. Dia sungguh akan memikirkanya besok saja. Sekarang, dia hanya ingin menyentuh dan menikmati madunya.

Tubuh itu menyatu. Memberikan kenikmatan yang akan sebanding dengan resiko yang akan mereka terima keesokan harinya. Mereka akan mendapatkan kejutan tidak terduganya dan dari sanalah segalanya berawal. Segalanya menjadi misteri pekat. Menjadi gairah gelap yang bahkan tiada orang mampu membuatnya berhenti. Juga tidak ada yang bisa memisahkannya. Tangan takdir menginginkan mereka bersama dan memang harus begitu.

Tapi bisakah mereka bersama dengan banyaknya rintangan yang menghadang keduanya?

***

Black Passion | Watson #1 ✓ TAMATWhere stories live. Discover now