Chapter 2

11.1K 703 16
                                    

Sentuhan di pipinya membuatnya tersenyum dengan bahagia. Dia bisa merasakan lembut tangan itu di dadanya. Juga dia bisa merasakan belaian hangat tangan itu yang membuat dia mendapatkan paginya yang cukup baik. Namun kesadaran merenggutnya. Tangan itu tidak sama. Caranya menyentuh juga tidak sama. Bahkan aromanya juga berbeda. Dengan kemarahan telak, segera dia meraih tangan yang masih ada di atas dadanya. Meremas tangan itu dengan keras hingga menyakitkan bagi siapapun pemilik tangan tersebut.

"Akh!! Al, kau menyakiti aku." Sosok itu berusaha melepaskan diri.

Mata itu terbuka. Menatap pada sosok di depannya dengan kemarahan yang hampir menakutkan bagi siapapun yang melihatnya. "Sekali lagi kau menyentuhku, tidak hanya sakit yang akan kau terima. Tapi kau akan menyesalinya. Mengerti?" suara itu begitu dingin dan tidak tersentuh. Siapapun tahu seperti apa Aldric Watson bertindak.

"Maafkan aku. Aku hanya ingin membangunkanmu dan..."

"Cukup!" serunya kesal. Melemparkan tangan itu dengan kasar dan segera bangun. Dia hendak langsung bangun dari ranjangnya namun dia sadar, tidak ada pakaian di balik selimut yang menutup tubuhnya. Dia telanjang.

Apa? Dia tidak bermimpi? Itu hal pertama yang terlintas di kepalanya. Lalu segalanya berputar bagai ada di depan matanya. Memberikan gambaran jelas atas apa yang sudah dia lakukan. Atas apa yang telah mereka lakukan. mereka? Dia bahkan tidak tahu dengan siapa dia melakukannya. Juga ke mana teman tidurnya tersebut.

"Ada apa, Al?" sebuah suara kembali menyadarkannya. Mengatakan padanya kalau dia tidak bisa berspekulasi sekarang.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Al tanpa mau menjawab pertanyaan gadis itu.

Meghan menatap pria dingin di depannya. Calon tunangannya. Begitulah mereka disebut. Namun jelas Al tidak sependapat dengan semua orang. Dia sibuk bersikap jahat pada Meghan dan membuat Meghan sadar kalau Al bukan pria yang harus dicintainya. Tapi Meghan sudah terlalu terjerumus pada hatinya sendiri. Jadi dia tidak bisa mundur lagi sekarang. Hanya menerima yang bisa dia lakukan.

"Ayahmu mengadakan acara sarapan bersama. Semua harus hadir. Tidak boleh tidak. Jadi kita harus pergi bersama."

"Aku akan pergi sendiri."

"Al!"

"Pergi sekarang, Meghan. Jangan membuat aku sakit kepala. Bisa?" pria itu tidak menatap ketika mengatakannya. Dia sibuk memindai kamarnya sendiri. Tidak ada tanda-tanda aneh di kamar itu. Siapa sebenarnya yang bercintanya dengannya tadi malam.

Meghan akhirnya beranjak dari duduknya dan segera pergi dari kamar itu dengan sakit hatinya yang tidak terkatakan lagi. Dia sudah coba menjadi perempuan kuat tapi pria itu selalu bisa meluluhlantakkan dirinya. Pintu ditutupnya dan dia berlalu.

Aldric segera bangun dari ranjangnya dan turun. Berjalan ke arah kamar mandi dan melihat kamar mandi itu kering. Tidak ada bekas pemakaian. Bahkan satu tetes air tidak ada. Jika perempuan itu langsung keluar tanpa membersihkan dirinya, apa dia memiliki kamar di dekat kamarnya? Itu jawaban yang sangat tepat.

Al sudah akan beranjak dari kamar mandi. Tapi pantulan kaca yang memperlihatkan dirinya membuat dia tidak bisa beranjak dari sana. Dia mendekat ke kaca itu dan melihat bekas gigitan di bahunya yang sebelah kanan. Gigi itu terukir dengan sempurna. Terlihat begitu cantik ada di atas kulitnya yang bersih. Dia tersenyum.

Untuk pertama kalinya seorang Aldric begitu menyukai tanda yang ditinggalkan teman bercintanya. Segera dia keluar kembali ke ranjang. Dia akan meminta CCTV di depan kamarnya agar bisa dia akses. Dia harus melihat gadis seperti apa yang membuatnya begini anehnya. Dia seolah tidak mengenali dirinya sendiri.

Al sudah meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Tapi matanya tiba-tiba tertuju ke arah ranjang. Di salah satu selimut yang tersibak cukup bawah. Kemudian dia melotot tidak percaya. Segera dia mengangkat seluruh selimut itu dan menemukan darah di sana. Cukup banyak hingga bahkan terlihat seperti peta dunia.

"Darah perawan," ucapnya pada dirinya sendiri.

Jadi seluruh keindahan yang dia nikmati tadi malam berasal dari tubuh perawan? Bagaimana bisa perempuan itu terasa begitu nikmat. Terasa begitu pas dan seolah wanita itu tercipta untuk dirinya.

Dia juga menemukan yang lain. Dia naik ke ranjang dan mengambilnya. Melihat dengan seksama cincin indah itu. Pasti cincin itu terukir indah di jemari gadis itu. Al akan menemukannya. Bagaimana pun caranya, gadis itu harus menjadi miliknya. Dunia bahkan tidak bisa mencegahnya mendapatkan apa yang dia inginkan.

Segera Aldric menghubungi bagian CCTV dan meminta agar bisa melihat rekaman di depan kamarnya.

"Kami akan memberikan videonya beberapa jam lagi, Sir. Apa anda bisa menunggu?"

"Kirimkan ke emailku. Aku akan menunggu. Bahkan selama apapun itu. Juga rahasiakan ini. Jika ada yang membocorkannya maka kalian harus mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaan dan hidup kalian."

"Baik, Sir."

Aldric memainkan cincin itu di tangannya dengan ingatan yang sungguh tidak memudar di kepalanya. Bagaimana sentuhan itu. Bagaimana ciuman itu dan bagaimana mereka saling mengisi. Sejak dulu Aldric tidak pernah memikirkan hubungan dengan lawan jenisnya namun gadis itu sanggup membuatnya merubah pikiran tersebut.

***

Black Passion | Watson #1 ✓ TAMATWhere stories live. Discover now