Chapter 5

9.6K 705 20
                                    

"Apa maksudmu?" tanya gadis itu dengan ketakutannya yang semakin nyata. Dia tidak mungkin tahu kan? Itu menjadi pertanyaan dasar di kepalanya.

"Tadi malam aku meniduri seseorang. Aku rasa gadis itu akan kembali cepat atau lambat ke kamar ini. Karena dia ketinggalan sesuatu yang berharga miliknya. Lalu aku menemukanmu di sini." Aldric tampak santai saja dengan penjelasannya. Tidak ada yang aneh pada pria itu. Hanya saja mungkin lebih terlihat menyebalkan saja. Dia memiliki pesona yang menyebalkan memang.

Iris berusaha tertawa dalam kerasnya dia menahan gerusan hatinya sendiri. Mengingatkan diri kalau dia harus mulai bersikap normal jika ingin keluar dengan selamat dari tempat ini. Atau setidaknya keluar saat ini. Dia tidak bisa memastikan apa Aldric tahu gadis itu adalah dirinya atau malah tidak. Pria itu tidak mengatakannya tapi bukan berarti dia tidak mengetahuinya walau Iris tentu saja berharap kalau Aldric memang tidak mengetahuinya.

"Lalu kau berpikir kalau gadis itu aku?" Iris menunjuk dirinya sendiri. Tampak terlihat begitu konyol dengan pertanyaannya sendiri dan Aldric memberikan dia senyuman terbaiknya.

"Aku tidak mengatakan gadis itu dirimu."

Iris menatap sekitar. Menghitung berapa langkah yang akan dia pakai untuk bisa sampai ke pintu dan keluar dari tempat ini. Jaraknya dan Aldric hanya sepuluh meter. Sangat dekat. Di belakang pria itu ada sofa berwarna coklat. Lalu ada dinding yang menghalangi dengan pintu keluarnya.

Gadis itu tidak akan bisa berhasil melewati Aldric tanpa sentuhan dari pria itu jika Aldric memang memutuskan untuk menahannya agar tidak pergi.

Pilihannya hanya diam di sini dan menunggu tanpa adanya sebuah kepastian. Dia bahkan tidak bisa memikirkan bagaimana Kelvin mencarinya saat ini.

Pria itu akan khawatir pada Iris dan beranggapan mungkin Iris pulang lebih dulu. Dia tidak ingin Kelvin menyalahkan orang lain atas tidak hadirnya dia di acara tersebut. Tapi Iris tidak memiliki pilihan lain saat ini. Dia harus menghadapi apa yang ada di depannya dan yang ada di depannya saat ini cukup sulit untuk dihadapi.

"Lantas?" tanya Iris dengan nada skeptis.

Aldric bergerak satu langkah dan Iris mundur dua langkah. Bukan cara yang tepat memang tapi apa dia memiliki pilihan lainnya? Dia terintimidasi. Mau mengakuinya atau tidak, itulah yang dia rasakan saat berada sejangku lebih dekat dengan pria itu.

Satu alis Aldrci terangkat dengan tantangan di sana. Melihat bagaimana gadis itu menjauh darinya membuat segalanya menjadi lebih menarik.

"Hanya katakan saja, Iris. Apa yang kau lakukan di sini?" Aldric memutuskan menyudahi segala basa-basi tersebut. Dia ingin mendengar alasan seperti apa yang akan keluar dari mulut cantik itu.

Iris menghelas nafasnya. Apa yang harus dikatakannya?

"Jangan katakan salah kamar lagi. Itu mengelikan. Mengingat satu lantai ini adalah milikku. Termasuk kamar-kamarnya."

Mata coklat gadis itu tidak percaya. Dia meragukan pendengarannya sendiri. Dia mulai yakin kalau ada yang salah memang dengan pendengarannya.

"Kau bercanda?" tuduh Iris tanpa memikirkan apa yang terlontar dari mulutnya.

Aldric mengerut. Tidak yakin. "Bercanda?"

Iris diam dengan kedua tangan mulai terkepal. Berusaha tetap di tempatnya saat Aldric begitu bisa membuat dia lari hanya dengan tatapannya.

"Apa kita seperti dua orang yang akan saling melemparkan candaan, Iris? Kupikir kita tidak sedekat itu. Mengingat statusmu."

Iris menelan air ludahnya. Dia tidak percaya akan ada di situasi semacam ini. Dia sungguh membutuhkan bantuan sekarang.

Black Passion | Watson #1 ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang