Chapter 9

7.9K 627 24
                                    

Iris menatap jalanan itu dengan mata sembab. Dia siap melangkah lebih jauh saat dia merasakan tekanan pada lengannya dan tubuhnya berputar begitu saja. Menghadap ke arah pria itu. Kelvin berdiri di sana dengan wajah takut. Pikiran kalau Iris akan melakukan hal yang buruk menjadi ketakutan utamanya.

"Apa yang kau lakukan di pinggir jalan seperti ini?" tanya pria itu dengan kemarahan yang mulai siap menyembur. Dia sejak tadi hanya takut dan tidak memiliki celah untuk merasa marah namun sekarang kemarahannya mulai tampak ada.

"Mencari udara segar," ucap Iris serak.

"Dengan wajah seperti itu? Kau menangis, kenapa?" Kelvin mengusap wajah gadis itu. Walau tidak ada airmata di sana. Setidaknya dia mengganti saat dia tidak bisa mengusap wajah cantik yang selalu ada untuknya itu.

Iris menggeleng. "Aku hanya lelah sepertinya."

"Sungguh?"

Iris mengangguk. "Tentu."

"Tidak ada yang mengganggumu? Kau biasanya memang mudah menangis. Tapi jarang sekali menangis karena lelah. Apa memang sungguh melelahkan?" Kelvin masih coba mencari alasan lain di balik tangis gadis itu. Dia yakin ada alasan lainnya tapi tidak ada dalam dugaannya apa itu.

"Aku hanya lelah, Kelv. Sungguh."

Kelvin menghela nafasnya. "Kalau begitu aku bisa tenang. Kau membuat aku ketakutan."

Iris memegang lengan pria itu. Dia mengusapnya dan kemudian memeluk Kelvin. Menyandarkan seluruh luka dan dukanya pada pria ini. Membuat kepalanya merasakan usapan lembut tangan besar Kelvin.

"Robert, siapkan mobil sekarang. Kita pergi," perintah Kelvin yang membuat Robert segera berlari pergi ke arah mobil mereka diparkir.

"Kita belum berpamitan pada semua orang," Iris mengingatkan.

"Kau ingin berpamitan?"

Iris memikirkannya. Dia akan bertemu dengan Aldric di sana dan dia tidak siap pada pertemuan itu. Dia tidak siap untuk melihat pria itu lagi setelah apa yang dilakukannya pada Iris. Membangkitkan ketakutan Iris pada hadirnya. Apalagi mengingat bagaimana marahnya Aldric saat Iris menamparnya. Iris tidak ingin Aldric melakukan hal yang buruk jika mereka bertemu kembali.

Kelvin akan terluka. Itu menjadi tumpuan Aldric dalam memberikan ancaman padanya. Jadi sudah pasti jika ditanyakan apa Iris ingin berpamitan dan membuat dia bertemu lagi dengan Aldric maka jawabannya adalah tidak.

"Kita pergi saja. Aku tidak ingin masuk lagi ke dalam sana."

"Jawaban yang pintar." Kelvin mencubit hidung gadis itu. Segera menggandengnya dan berjalan ke arah mobil mereka yang telah datang. Membukakan mobil untuk Iris dan masuk setelah gadis itu masuk.

Iris menatap ke jendela. Memperlihatkan siang yang sudah mulai meninggi. Mereka memiliki terlalu banyak hal untuk dipikirkan saat ini. Terutama Iris dengan pikiran apa yang akan dilakukannya pada Aldric dan juga ancamannya. Pria itu jelas belum puas dalam mengganggunya.

Yang menjadi pertanyaannya apa yang direncanakan Aldric sebenarnya? Dia tidak membuat Kelvin terlibat antara mereka jadi apa yang diinginkan Aldric pada Iris? Jelas sepertinya sebuah kesepatakan. Tapi kesepakatan seperti apa?

Kelvin menatap istrinya sejenak dan melihat gadis itu telah tenggelam dalam lamunannya. Terlihat berpikir dengan keras yang membuat pria itu ingin agar Iris membagi apapun bebannya pada dirinya. Tapi sepertinya itu mustahil.

"Jalan, Robert," pinta Kelvin.

Pria itu sangat terkejut saat melihat kaca spionnya di mana Aldric tengah berdiri di pinggir jalan menatap ke arah mobil mereka yang sudah berjalan menjauh. Tidak dia menghentikannya. Hanya menatap seolah dia begitu butuh untuk melihat mobil tersebut. Membuat Kelvin sungguh merasakan aneh pada situasinya hari ini.

Black Passion | Watson #1 ✓ TAMATWhere stories live. Discover now