Chapter 3

10.7K 721 25
                                    

Iris mengalihkan pandangannya. Dia segera berjalan dengan cepat ke arah makanan. Menghindari pria yang tampak hendak berjalan ke arahnya. Dia tidak tahu kan? Itu menjadi buah pertanyaan di kepalanya. Dia sudah yakin segalanya akan menjadi buruk. Tapi kenapa dia tetap saja berada di sini. Harusnya tidak dia pikirkan apa kata orang. Terserah saja. Dia hanya akan mendengarnya selibat saja dan segalanya akan baik-baik saja.

Dasar memang dirinya. Terlalu perasa menjadi buah kelemahan yang begitu menggelikan.

"Iris?"

"Ya?" Iris memutar tubuhnya. Menemukan Kelvin di sana sedang berdiri dengan gagahnya. Pria itu selalu bisa hadir dengan kehebatannya dalam berpenampilan. Membuat setiap mata hawa fokus padanya. Iris juga harusnya menjadi salah satu yang tertakhluk. Sayangnya tidak. Kelvin terlalu sempurna untuk disandingkan dengannya.

Walau Kelvin adalah suaminya tapi tetap tidak bisa dia jangkau posisi pria itu di sisinya. Banyak yang berdecak iri padanya. Pada apa yang menjadi takdirnya. Menjadi menantu keluarga Watson satu-satunya. Karena Kelvin memang menjadi salah satu penerus Watson yang menikah.

Tapi sayangnya mereka tidak pernah mengetahui kisah di belakangnya. Banyak yang terjadi, yang membuat Iris berakhir dilingkaran keluarga yang tidak membahagiakan ini. Dan dia sungguh ingin segera bebas dari lingkaran setan tersebut.

"Kau sangat lapar?" tanya Kelvin dengan senyumannya yang kerap begitu terlalu manis untuk di sia-siakan dengan tidak berarti.

Iris mengerut. Tidak paham kenapa Kelvin harus bertanya seperti itu saat dia tidak merasa lapar sama sekali. Dia hanya merasa tegang saja.

"Kau langsung ke tempat makan. Ini bukan dirimu jadi kupikir, mungkinkah istriku lapar." Kelvin menyeringai. Ada godaan di matanya yang cerah.

Dan sadarlah Iris apa yang dilakukannya. Ya. Dia ke tempat makan. Mereka harusnya berkumpul dulu di meja makan. Bukannya segera kemari saat dia baru saja menginjakkan kakinya di lantai hotel ini. Dia benar-benar bodoh.

"Apa aku membuatmu malu?" tanya Iris dengan bisikan yang sangat kecil. Dia akan menebusnya jika memang bersalah. Dia tidak suka mempermalukan Kelvin. Apalagi membuat Kelvin mendapatkan masalah karena dirinya.

"Tentu tidak. Tidak akan ada orang yang bisa menyalahkan orang lapar. Keluargaku bahkan tidak."

Iris menggangguk dengan lega. Setidaknya tidak akan ada masalah walau dia di sini bukan karena laper. Tapi menghindari seseorang. Tidak banyak yang ingin dia lakukan saat ini. Dia hanya ingin segera menyelesaikan acara tidak penting ini dan pulang.

Ekor matanya mencoba mencari keberadaan pria itu. Tidak dia temukan di mana-mana. Jelas dia dari tadi hanya parno saja karena berpikir kalau Al sudah menargetkan dirinya untuk sebuah pertemuan. Memastikan apa yang terjadi tadi malam. Tapi sepertinya pria itu tidak pernah melihat ke arahnya. Dia sibuk dengan orang-orang yang berpihak di sisinya. Termasuk gadis yang terus mengekor di belakangnya.

Jadi harusnya Iris merasa tenang. Aldric memang terbiasa membawa wanita ke atas ranjangnya dan tidur dengan orang asing. Harusnya Iris tidak merasa istimewa karena dia menyangka tadi malam itu memang istimewa. Belum tentu ia sama dengan Aldric. Ia harus berusaha mengendalikan dirinya sekarang. Hanya itu cara agar dia lolos dari skandal yang tidak penting.

Iris takut kalau apa yang terjadi akan dipakai Aldric untuk menghancurkan Kelvin. Iris tidak akan suka bahkan membayangkannya.

Kelvin memegang tangan gadis itu. Melihat jemarinya dan tidak menemukan apa yang harusnya ditemukannya. Iris yang melihat kerutan di wajah Kelvin bingung.

"Ada apa?" tanya gadis itu.

"Cincin pernikahan kita. Kau meninggalkannya lagi?" Kelvin tampak sedikit menyayangkan. Mereka akan menemukan pertanyaan lagi jika sampai wartawan melihat Iris tidak memakai cincinnya. Padahal Iris memang yang pelupa kalau Kelvin adalah suaminya. Jadi dia juga selalu lupa cincing pernikahan itu tidak boleh dilepaskan. Tampaknya sekarang juga begitu.

Black Passion | Watson #1 ✓ TAMATWhere stories live. Discover now