Snapshot 1 : Remember it.

70 5 0
                                    

[Picture hakyeon with Yeonji]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Picture hakyeon with Yeonji]

Yeonji ingin tidur namun matanya enggan untuk tertutup. Ia belum bisa tertidur. Ia menunggu kedatangan suaminya itu yang seharusnya pulang lebih awal. Hakyeon--suaminya itu berjanji akan pulang lebih awal tetapi lihat? Suaminya itu belum tiba.

Yeonji mendengus kesal, ia sangat benci mengapa dirinya belum bisa tertidur. Terpaksa memorinya satu tahun yang lalu mulai teringat ia merasa belum bisa membahagiakan suaminya itu.

Mengapa? Karena ia sangat ingin memiliki pewaris dari keluarga mereka. Sebenarnya, Hakyeon sudah mengusulkan bahwa dirinya akan mengadopsi anak laki-laki dari panti asuhan terkenal di Seoul tetapi sieomeoni menolak. Sieomeoni nya menginginkan pewaris keluarga mereka berasal dari darah daging keluarganya bukan salah satu diantara anak laki-laki yang beruntung di panti. Saat itu, jujur Yeonji sangat tertekan, mengapa ia tidak bisa mengandung.

Yeonji menitikkan air matanya merasa sangat bersalah karena tidak bisa memberikan seorang anak yang sangat didamba-dambakan kehadirannya itu. Yeonji selalu menyalahkan dirinya sendiri bahkan ia nekat untuk self harm sementara itu Hakyeon datang dengan tepat waktu. Ia mendobrak pintu kamarnya lalu menemukan Yeonji yang sudah memberikan noda darah pada silet yang tajam itu.

Hakyeon memeluk erat istrinya itu, Yeonji menangis hingga sesenggukkan. Bibirnya bergetar kemudian tangannya melepaskan silet dan terjatuh di lantai. Hakyeon enggan melepaskan pelukkan itu hingga istrinya itu merasa lebih baik, merasa terlindungi olehnya. Hakyeon sangat mencintainya.

Yeonji pun akhirnya tertidur karena merasa sangat letih menangis seharian, Hakyeon menggendongnya dan menidurinya dengan posisi nyaman. Hakyeon membiarkan istrinya terlelap agar rasa letihnya bisa berkurang sementara dirinya akan membersihkan kamar yang berantak kan. Ia juga harus menyembunyikan silet itu agar istrinya tidak melakukan self harm lagi dengan benda itu.

Tengah malam, Hakyeon selesai membersihkan kamarnya dengan rapih lalu ia merebahkan tubuhnya di samping istrinya itu--Yeonji. Mereka saling berhadapan memandang wajah mereka masing-masing. Jari tangan Hakyeon bergerak mengelus pipi Yeonji yang terdapat luka goresan akibat kebiasaannya itu semasa SMA dan Kebiasaan itu terbawa hingga mereka sudah menikah. Hakyeon menghela napasnya pelan.

"Kumohon jangan lakukan ini lagi."

Kilas balik memori itu masih teringat oleh Yeonji karena saat itu Yeonji tidak benar-benar tidur. Ia masih sadar disaat itu juga Yeonji berjanji untuk tidak melakukan self harm lagi. Ia masih punya tempat berlindung, ia masih punya rumah untuk kembali dan Hakyeon adalah rumah itu.

Hakyeon adalah rumah yang paling nyaman.

Pernikahannya dengan Hakyeon terjadi satu tahun yang lalu, dimana Hakyeon menerima segala kekurangan Yeonji tetapi tidak dengan kedua orang tuanya Hakyeon. Sejujurnya, kedua orang tua Hakyeon sudah mengetahui bahwa Yeonji tidak bisa mengandung tetapi cinta Hakyeon menjadi benteng pertahanan mereka. Keduanya saling mencintai dan akhirnya Yeonji benar-benar menemukan tempat berlindung nya dari bahaya yang sedang menunggunya.

📸📸📸

Anggap aja itu foto Hakyeon sama Yeonji ㅋㅋㅋㅋ

Snapshot✓ ju haknyeonWhere stories live. Discover now