Snapshot 12 : Take a break

20 0 0
                                    

[Picture yeonji]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Picture yeonji]

Today, 2019 january 12

Hakyeon point of view

Seoul National Cemetery adalah kunjungan yang aku datangi, tempat peristirahatan terakhir istri pertamaku. Dengan berpakaian serba hitam, aku melangkahkan kaki ku menuju pemakamannya. Aku menghela napas ku sejenak karena merasa sesak di hati, Yeonji pergi meninggalkan ku.

Satu bulan yang lalu tepat pada bulan desember, aku kembali. Aku menepati janjiku untuk kembali padanya, semua masalah telah aku selesaikan dengan ibu ku itu. Nyatanya, aku sudah terlambat.

Melihatnya sudah terkulai entah berapa lama di dalam kamarnya yang berantakan. Aroma mayat menguar kemana-mana pada saat aku memasuki kamar itu. Aku rasa Yeonji telah meninggal lama dan baru diketahui kematiannya olehku saja.

Disaat itu, aku tidak bisa menahan air mataku melihat Yeonji dengan kondisi yang sangat buruk. Tangannya penuh darah, beberapa luka hasil silet itu memenuhi sekujur tubuhnya. Aku bahkan tidak tega melihatnya seperti itu, tangan ku bergetar ketika menyentuh wajahnya. Wajah yang selalu aku dambakan, wajah yang sangat aku rindukan. Kini wajah indah itu tidak bisa aku lihat lagi.

Aku langsung memanggil ambulan dan mengiring jasad Yeonji menuju rumah sakit terdekat untuk segera di autopsi karena aku yang meminta. Dokter pun memberitahu bahwa jasad wanita itu telah meninggal belum lama atau sekitar satu minggu. Aku merasa menyesal karena tindakan yang aku ambil ini sangat bodoh. Aku seharusnya tidak meninggalkan Yeonji seperti itu dalam keadaan yang hancur. Akulah penyebab kematiannya. Aku sangat menyesal.

Jasad Yeonji pun di kubur pada esok harinya; tanggal 1 januari. Seharusnya pergantian tahun ini akan menjadi awal kehidupanku bersama Yeonji bukan awal untuk kehilangannya. Seharusnya aku menyelesaikan masalah itu dengan secepat mungkin aku akan menahannya agar tidak melakukan bunuh diri. Seharusnya, aku tidak meninggalkannya. Semua ini adalah salah ku, aku penyebab kematiannya itu.

Kini, aku melihat makamnya itu dengan perasaan bersalah. Aku tidak bisa mengampuni diriku sendiri karena telah membuatnya tersiksa bahkan luka yang aku torehkan padanya lebih besar daripada luka yang silet berikan pada tubuhnya itu.

Hanya ada rasa penyesalan yang tersisa, meratapi kejadian itu dengan linangan air mata. Aku membenci diriku sendiri, mengapa aku begitu egois? Yeonji hanya menginginkan kebahagiaan dan aku seolah merenggut itu darinya. Yang aku lakukan tahun lalu adalah kesalahan fatal ku, jika waktu bisa di putar pada kejadian itu, mungkin sekarang adalah waktunya aku untuk membahagiakan Yeonji. Memberinya kasih sayang, memberinya cinta hingga tua nanti.

Namun, itu hanya angan saja. Yeonji sudah tiada ia tidak bisa kembali lagi. Ia sudah bersama tuhan dan kedua orang tuanya.

Eomma, appa, mianhae. Mianhae, aku tidak bisa menjaga putri mu sesuai janji ku saat pernikahan. Aku mengingkari janji suci yang telah aku ucapkan pada saat pernikahanku dengan Yeonji. Mianhae, aku hanya bisa mengucapkan itu berulang kali agar kalian mau memaafkan ku ini.

Kini aku hanya bisa mengenangnya saja dari beberapa foto yang aku sengaja ambil. Aku akan merawat semua foto kita dan foto mu akan aku simpan dengan baik sama seperti memori ku tentangnya masih akan aku ingat sampai kapanpun.

Aku mengetahui Sangyeon karena orang yang terakhir dalam riwayat panggilan ponsel Yeonji adalah Sangyeon. Lantas, aku pun menghubunginya, meminta waktu untuk penjelasannya.

Aku pun berterima kasih pada Sangyeon, teman semasa kuliah Yeonji karena telah bersedia menggantikan posisiku pada saat Yeonji hancur. Sangyeon bercerita detail awal dimana aku pergi, saat aku menempelkan catatan kecil itu di kulkas, saat aku menghilang beberapa tahun. Aku sangat kejam. Memang.

Aku tidak bisa bersamanya saat keadaannya buruk dan putus asa. Suami macam apa aku ini? Sangyeon mengatakan tidak ada guna nya aku menyesal seperti itu.

Sangyeon benar. Tetapi, aku hanya dilingkup rasa bersalah sepanjang hari. Merasa posisiku adalah seorang pembunuh yang berusaha melarikan diri dari kebenarannya. Bahkan tuhan benar-benar sedang menghukum ku.

Setelah aku mengucapkan sederet kalimat permintaan maaf pada makam istri ku dan mertua ku itu. Langit sudah berubah menjadi gelap karena awan mendung sudah mengambil alih langit kota Seoul. Tetesan pun turun hingga aroma petrichor mulai tercium pada indra penciuman. Aku segera berlari menuju mobil ku.

Hingga akhirnya, tetesan itu menjadi hujan yang sangat deras. Aku sengaja tidak langsung pergi dari tempat itu, mungkin mendengar suara hujan yang mengenai mobil itu cukup membuat aku sedikit tenang. Aku sangat menyukai hujan sama seperti Yeonji, ia begitu sangat suka dengan hujan dan juga petrichor. Jika sudah hujan seperti ini biasanya ia akan hujan-hujan denganku sampai esok hari kita berdua demam. Haha.

Sudah cukup, kenangan bersamanya membuatku merasakan penyesalan.

Hanya penyesalan.

Penyesalan.

Terima kasih atas hukuman yang aku dapatkan setelah melakukan sebuah kesalahan. Hanya terima kasih dan maaf yang bisa aku ucapkan untuknya, wanita yang selalu aku cintai. Yeonji.

Fin.

So, the purpose of this story is simply to retell the story of two loving people who felt pain and loss at different times. 2017 - 2018 - 2019.


Huaaa, ide macam apa ini!! Kasian huhu mereka kenapa aku kejam ngasih alur yang kayak gini, APAAN siㅋㅋㅋ

Huaaa, ide macam apa ini!! Kasian huhu mereka kenapa aku kejam ngasih alur yang kayak gini, APAAN siㅋㅋㅋ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bye

juyeon_pdf 2021

Snapshot✓ ju haknyeonWhere stories live. Discover now