Snapshot 10 : Decision

15 3 0
                                    

[Picture hakyeon with yeonji]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Picture hakyeon with yeonji]

Kemarin setelah Hakyeon berbicara dengan eomma nya itu, Hakyeon memutuskan untuk membawa pulang Yeonji. Ia harus meluruskan ini dengan caranya, masalahnya dengan Ju Mina akan ia turuti sesuai janjinya yaitu menuruti segala keinginan nya itu. Hakyeon tahu, ia sangat lemah sekarang. Ia tidak bisa berkutik lebih dari sekedar menerima saja keputusan Ju Mina.

Setelah seharian Yeonji belum sadarkan diri, akhirnya ia tersadar juga. Siuman nya ini sudah membuat kepalanya sakit seperti pernah terbentur benda keras. Yeonji mengusap matanya guna mempertajam penglihatannya, ia sedang terbaring di kasur tanpa Hakyeon.

Dengan sekuat tenaga, Yeonji terbangun dari kasur untuk mencari keberadaan Hakyeon. Tetapi, kakinya begitu lemas sehingga ia terjatuh hampir mengenai ujung nakas. Penglihatannya sedikit kabur namun ia berusaha untuk tetap bangun dan hasilnya pun tetap sama saja. Ia tidak bisa bangun, ia terisak. Mengapa kakinya menjadi sangat lemas dan sakit di kepalanya malah membuatnya tersungkur. Yeonji merutuki dirinya sendiri sambil menatap nanar pada kedua kakinya.

Ponselnya berdering lalu Yeonji pun berusaha menggapai ponselnya yang berada di atas nakas. Panggilan dari Sangyeon. Ia mengangkat panggilan itu,

Yoboseyo! Apa kabar mu?

Sangyeon, aku-butuh-bantuan mu
Cepatlah-datang-ke-rumahku!

Baiklah, baiklah!

Panggilan pun berakhir. Yeonji melempar asal ponselnya kemudian tangannya sibuk memegangi kepalanya yang sakit. Yeonji pun meringis kesakitan di bagian belakang kepalanya, kilas memori pun tergambarkan lagi.

"Bagaimana aku bisa hamil?! Bagaimana?!"

"Berikan aku cucu."

"Aku tidak bahagia, aku ingin menjadi ayah!"

"Melihat anak kecil yang meminta permen sangatlah lucu. Jika saja aku memiliki seorang cucu maka aku akan belikan banyak permen untuknya."

"Mianhae, kamu tidak bisa hamil."

"Mianhae."

"Mianhae."

"Mianhae."

.
..
...
....
.....

"Berhenti, sialan!" Yeonji menangis dengan keras membuat kepalanya merasakan pening yang hebat, wajahnya merah, bahkan lehernya menimbulkan guratan urat disaat ia berteriak tadi.

Sangyeon mendobrak pintu kemudian menemukan Yeonji yang sedang berteriak kesakitan di dekat nakas. Pria itu langsung memeluk erat Yeonji yang masih berteriak meminta maaf pada ibunya Hakyeon. Ia berteriak lagi kemudian menangis, memohon agar Hakyeon kembali. Bibirnya selalu bergumam permohonan agar Hakyeon kembali. Yeonji masih meracau di dalam pelukkan Sangyeon.

Yeonji merasakan sebuah firasat buruk sedang terjadi. Ia seperti kehilangan seseorang, ia menjadi sangat kosong. Sangyeon tidak akan melepaskan pelukannya sebelum Yeonji tenang bahkan ia tidak memberontak sama sekali. Deru napasnya tidak beraturan, tangan Sangyeon pun bergerak mengelus puncak kepalanya kemudian membisikkan kata penenang padanya.

"Tenang, tenang aku di sini dan Hakyeon pasti akan kembali."  Yeonji mencoba mengontrol emosinya itu, menghentikan tangisannya agar ia tidak merasa pening lagi. Ternyata usaha Sangyeon berhasil, Yeonji berhenti menangis dengan sendirinya kemudian Sangyeon mengajak Yeonji untuk beristirahat terlebih dahulu dan Yeonji pun setuju. Ia menuntun Yeonji dan merebahkannya di atas kasur.

Membuatkan juk (bubur) karena terdapat persediaan itu di dapur, Sangyeon membuat itu sendiri kemudian memberikan semangkuk juk pada Yeonji agar ia merasa lebih baik.

Awalnya Yeonji menolak tetapi teman semasa kuliahnya itu tahu cara memaksa temannya dengan baik dan ia tidak bisa menolak lagi. Suapan demi suapan pun telah Yeonji habiskan hingga semangkuk juk pun habis olehnya. Yeonji memuji bubur buatan Sangyeon yang sangat enak.

Ia pun merasa lebih baik sekarang, tubuhnya kembali vit. Mereka pun berbincang ringan hingga membuat Yeonji merasa haus dan segera beranjak dari kasur tetapi Sangyeon menahannya. Sebaiknya dia saja yang membawakan minuman untuk Yeonji. Ia pun menganggukkan kepalanya. Sembari menunggu Sangyeon datang, Yeonji membuka ponselnya dan melihat fotonya bersama Hakyeon. Ia kembali tersenyum melihat ukiran dari senyuman khas milik suaminya itu. Hakyeon sangatlah tampan.

Saat Sangyeon ingin membuka kulkas dan matanya melihat sebuah catatan kecil yang menempel pada kulkas. Sangyeon tidak membaca itu karena dia tidak mempunyai hak sama sekali jadi dia lipat kertas itu kemudian mengambil dua botol air putih dari kulkas dan berlari menghampiri kamar Yeonji.

"Yeonji, sepertinya suami mu memberikan catatan untuk mu." Sesampainya Sangyeon di kamar Yeonji, dia memberikan catatan kecil itu pada Yeonji kemudian ia membaca itu di dalam hati.

From : Hakyeon
Mianhae, aku pergi sebentar ya! Sampai jumpa, aku harap kamu baik-baik saja. Tidak ada self harm lagi. Ingat. Aku sudah membuang silet sialan itu. Mian, aku tidak memberi tahu padamu. Intinya, kamu harus menunggu ya! Aku akan kembali, aku harus menyelesaikan urusanku terlebih dahulu. Jaga dirimu baik-baik.

Saranghae Yeonji❤️

Kenapa setiap ketakutan pasti akan terjadi dan itu terasa lebih buruk daripada ketakutan yang pernah ia bayangkan. Sekarang ketakutan Yeonji pun terjadi. Ketakutannya selama menjalin hubungan bersama Hakyeon pun terjadi. Tangannya mencengkram kertas itu kuat, membuangnya asal.

Bibirnya bergetar lagi seperti bereaksi akan meledak. Yeonji hancur, sangat hancur. Tetes demi tetes air mata berjatuhan di pipinya itu, ia menghela napas guna menenangkan tubuhnya yang mulai bergetar, Yeonji sangat takut sehingga Sangyeon berusaha untuk memeluknya tetapi Yeonji menolak. Ia menampar wajah Sangyeon.

Tangan bergetar hebat, deru napasnya tidak stabil, keringat bercucuran di pelipis hingga matanya tidak berhenti mengeluarkan air mata. Sial, kepalanya juga terasa sakit lagi. Yeonji mengeluh kesakitan, Sangyeon ingin menolong tetapi Yeonji berteriak menolak itu.

Yang Yeonji butuhkan saat ini adalah Hakyeon nya.
Suaminya itu harus kembali padanya sekarang. Yeonji membutuhkan pelukan dari Hakyeon.

📸📸📸

Snapshot✓ ju haknyeonWhere stories live. Discover now