Snapshot 11 : I don't know

15 2 0
                                    

[Picture hakyeon with yeonji]

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

[Picture hakyeon with yeonji]

Entah yang dimaksud Hakyeon itu apa, menyuruhnya untuk menunggu. Namun, Hakyeon tidak memberi tahu kejelasannya kapan; berapa lama lagi Yeonji harus menunggu.

Seharusnya Hakyeon tahu bahwa istrinya itu sangat penurut dengan perintahnya; Yeonji menunggu tuan rumahnya kembali. Menunggu Hakyeon hingga usianya memasuki kepala 4, ia masih menunggu maksud yang Hakyeon katakan. Menurutnya Hakyeon pasti akan pulang, Hakyeon tahu betul di mana rumah yang seharusnya ia tinggal. Ia tahu betul di mana rumah tua yang seharusnya menjadi rumah yang sangat nyaman.

Yeonji menginginkan Hakyeon kembali.

Ini sudah memasuki bulan ke dua belas dalam kalender dan Hakyeon masih belum kembali dengan kabar baiknya. Sebenarnya masalah seperti apa yang dia hadapi saat itu? Yeonji menundukkan kepalanya. Fisik dan juga batinnya tersiksa, mengapa Hakyeon begitu menyiksa keduanya secara bersamaan, apa Yeonji tidak berhak bahagia? Apa Yeonji tidak seharusnya hidup? Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Yeonji sebenarnya sangat lelah. Menjalani ini seorang diri tanpa seorang suami yang menuntunnya, mendukungnya, dan menyembuhkannya dari penyakit ini.

Kondisi Yeonji saat itu sangat rapuh, rambutnya yang biasa Hakyeon rawat dan rapihkan menjadi kusut dan acak-acakan. Tubuh ringkih nya itu bahkan terdapat lebam keunguan, luka besetan silet yang semakin menambah setiap harinya, hingga tulang pipinya nampak begitu jelas. Ia terlalu kurus. Kedua matanya sangat lelah hingga lingkaran hitam di kantung matanya terlihat jelas. Ini bukan Yeonji tetapi setan yang mengambil alih Yeonji seutuhnya.

Ia tidak punya siapapun lagi, Sangyeon pun sudah Yeonji suruh untuk menjauhinya. Yeonji tidak pantas bersanding dengan Sangyeon, kala itu memang Sangyeon datang melamar Yeonji di saat posisinya yang terpuruk. Jelas Yeonji menolak lamaran itu, Yeonji tidak ingin meninggalkan Hakyeon nya. Biar saja mereka menyebut Yeonji gila karena memang Yeonji sudah sangat gila.

Berharap, berdoa sudah Yeonji lakukan tetapi itu masih belum cukup. Ya, Yeonji tahu itu semua belum cukup karena keajaiban tidak begitu nyata menurutnya. Dua unsur itu kurang jika Yeonji belum melakukan usahanya untuk menghampiri Hakyeon. Yeonji tidak bisa keluar dari rumah, bagaimana jika Hakyeon akan datang saat Yeonji keluar? Bagaimana jika Yeonji tidak bisa menemukan Hakyeon? Bagaimana-- Yeonji sangat putus asa.

Tangannya bergerak mengambil serpihan cermin yang pecah, ia bercermin. Wajahnya bahkan tidak menguar aura kecantikan yang ia miliki saat muda, cukup melihat wajahnya saja sudah membuat Yeonji ketakutan. Ia melempar kaca itu lagi.

Apa yang seharusnya ia lakukan? Tidak ada. Dirinya hanya berdiam saja menunggu Sang Kuasa menjemputnya untuk menyusul kedua orang tuanya. Sepertinya itu adalah jalan keluar satu-satunya yang memungkinkan. Karena menunggu Hakyeon lebih lama lagi itu tidak memungkinkan.

Seharusnya langkah ini sudah ia ambil jauh jauh hari, tetapi Sangyeon selalu melarangnya. Sekarang adalah waktu yang tepat. Sangyeon tidak berkunjung lagi sejak 2 hari yang lalu.

Yeonji memaksakan senyum yang ada, tangannya mengambil serpihan kaca itu lagi.

let Yeonji rest in peace, this is enough for this life. exhaustion she always reached his last point. She didn't feel tired anymore now even this was his last breath. Yeonji thought Hakyeon will be happy even if it's not with her. thank you for all the feelings of joy, difficulty, happiness and depression. Yeonji has felt all of it at the same time.

let Yeonji rest, wish Hakyeon always happy!

📸📸📸

Snapshot✓ ju haknyeonDove le storie prendono vita. Scoprilo ora