12

6.9K 1.1K 95
                                    

Minggu pagi itu Jaemin, Jisung, dan ibu mereka tengah menikmati camilan di ruang tv. Beberapa menit yang lalu sang kepala keluarga sudah berangkat ke kantor untuk mencari nafkah.

Di depan mereka kini, tv sedang menayangkan sebuah film remaja berjudul Wild Child, yang kebetulan sekali merupakan tayangan favorit Jisung sejak masih di Korea.

"Ini film tahun 2008 tapi masih menjadi romance comedy favoritku.", Jisung memeluk bantal yang menjadi satu set dengan sofa yang mereka duduki sekarang.

Si sulung Na sibuk memeriksa ponselnya sejak tadi, berkali-kali memencet icon iMessage untuk melihat apakah Haechan sudah membalas pertanyaan terakhirnya. Jadi kemarin malam sepupu Jeno itu mengajak Jaemin untuk belajar bersama karena hell, pemuda soft blue itu adalah yang terbaik dalam pelajaran ekonomi.

"Jaemin-ah, ada apa? Sibuk sekali daritadi, menontonlah dengan kami, nikmati waktu bersama keluargamu ini.", tegur Mama Na.

Jaemin segera mencebikkan bibirnya dan menatap sedih sang ibu, "Dylan mengajakku belajar pagi ini, tapi dia belum membalas pesanku. Eomma tahu kan aku harus menghabiskan banyak waktu untuk bersiap-siap jika akan keluar rumah."

Kekasih Jeno itu adalah tipikal orang yang perfeksionis jika dihadapkan kepada penampilan luar. Dirinya akan mengerahkan segala tenaga dan pikiran untuk memilih dan memadupadankan atasan dengan bawahan atau bahkan outer yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Hanya saja untuk seseorang sepertinya, kesempurnaan bagi orang yang melihat adalah hal yang utama.

"Siapa tahu Dylan belum bangun, coba hyung telepon. Kata Jeno sepupunya itu memang sulit bangun pagi.", Jisung dengan pandangan mata yang masih terfokus dari tv memberi saran cemerlang kepada kakaknya.

Tanpa pikir panjang lelaki manis itu memanggil nomor milik teman sebangkunya.













"Ayo angkat."












"Bitch, what?"












"Kamu pasti tidak ingat ada janji belajar pagi ini."












"For God sake, kenapa tidak mengingatkanku?! Untung aku sudah mandi, lima belas menit lagi aku sampai ke rumahmu. Tunggu ya."












Dengan cepat panggilan itu diputus sepihak oleh Haechan, padahal seharusnya Jaemin lah yang mengakhiri panggilannya.

"Bagaimana? Kalian jadi pergi?", Mama Na bertanya kepada putra sulungnya, tangannya mengambil kukis coklat yang kemarin sore ia beli dari J.Co dekat rumah. Matanya menilik pada Jaemin yang kini sedang mengetik pesan singkat untuk Jeno.

Pemuda manis itu menganggukkan kepalanya singkat, senyum manis menghiasi wajahnya ketika manusia di sebelah rumah membalas pesan miliknya. "Jadi Eomma, aku pulang bersama Jeno saja. Dia bilang minta ditemani membeli sepatu setelah aku selesai belajar nanti."

Satu-satunya wanita yang berada disana  mengacungkan jempolnya pada Jaemin yang sudah berdiri dan akan berjalan masuk kamar untuk mempersiapkan dirinya yang akan pergi bersama Haechan.

"Salam kepada Dylan dan Jeno. Tolong beritahu pacarmu, kapan-kapan mampirlah ke rumah. Eomma akan dengan senang hati menyambutnya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Box of Happiness | Nomin☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang