20

5.4K 872 85
                                    

Minggu ujian.










Surga bagi yang pintar, neraka bagi yang pemalas.











Sejak seminggu yang lalu rasanya Jaemin terus uring-uringan, materi yang harus dipelajari menggunung sedangkan otaknya berkapasitas terbatas. Namun dari semua penderitaan itu ada satu yang mengganggu pikirannya sampai detik ini.













Jeno is gone.













Yankee boy yang menjabat sebagai kekasihnya itu hilang dari peredaran, entah kemana Jaemin tidak tahu menahu. Biasanya pemuda pirang itu akan berada di rumahnya sendiri atau di rumah Hyunjin, tapi sialnya Hyunjin sudah pergi dan kediaman Witcherson selalu kosong seminggu ini.

Sepupu Jeno memilih bungkam akan serentetan pertanyaan Jaemin soal keberadaan pemuda kapten football itu. Haechan tidak punya hak memberitahukan rahasia yang sudah diamanahkan kepadanya, jika Jeno ingin menghilang sejenak, maka Haechan akan mewujudkannya.

"I swear to god, once i found him. I'm gonna choke him to death"

Jaemin bergumam kasar setelah panggilannya kepada Jeno kelima puluh kalinya hari ini lagi-lagi tidak diangkat. Dirinya takut melakukan sebuah kesalahan yang membuat Jeno marah dan akhirnya menghilang, kalau memang iya dia memiliki kesalahan, Jaemin berjanji akan menebusnya asalkan Jeno kembali.

Pemuda dengan blue locks itu meneguk diet cokenya di kursi depan Seven Eleven, menekan fitur find my device untuk melacak iphone milik Jeno dan dapat ditebak, laki-laki itu mematikan gps pelacaknya. Jaemin berdecak dan mengusak rambut birunya, dia bingung harus melakukan apalagi, semua cara sudah dilakukan dan semuanya sia-sia karena Jeno seperti sengaja menghindarinya.

Hari sudah gelap dan besok hari adalah ujian akhir makroekonomi, ibunya sudah menelpon Jaemin sejak tadi untuk memintanya segera pulang dan menunggu Jeno di rumah saja. Exam week sangat penting dan Jaemin wajib menjaga kesehatan tubuhnya. Beberapa hari ini suhu sudah merendah karena musim gugur akan berakhir, balutan kemeja satin warna violet dengan loose jeans sama sekali tidak membantu si manis untuk menghangatkan tubuhnya. Uap tipis keluar dari tiap hembusan napasnya karena tiba-tiba termometer dari ponselnya menunjuk suhu sepuluh derajat celcius.

"Boy, i think you need to go back home" , Seorang wanita paruh baya yang menggenggam satu tas belanja reuseable mengingatkan Jaemin yang mulai menggigil, wanita itu melepas syal merah maroon rajutan wol dan memberikannya kepada pemuda asia yang duduk di kursi.

"Udara musim gugur minggu terakhir di Aisle bisa membuatmu demam tiga minggu. Jadi anak muda, selagi tubuhmu masih sehat bugar sudah sepantasnya kamu menjaga pemberian Tuhan bukan?"

Jaemin tersenyum dan menganggukkan kepalanya sambil menerima uluran syal hangat itu, melilitkannya di leher dan menggosokkan ujungnya pada kedua tangannya yang mulai memucat.

"Terima kasih banyak, Mam"

"No problem, anyway ada apa seorang anak muda sepertimu berdiam diri di depan minimarket saat udara sangat dingin seperti ini?"

Jaemin tersenyum tipis dan membenarkan poni birunya dengan gerakan anggun, "Ada sedikit acara, aku sedang menunggu seorang teman untuk pergi bersama"

Wanita paruh baya tadi lantas mengangguk dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku midi-skirt miliknya. Mengetikkan beberapa pesan sesaat setelah sebuah ford hitam berdiri di depan minimarket itu. "Kamu yakin tidak mau aku pesankan taksi untuk pulang? Suhunya hampir menunjukkan digit pertama dan satin tidak akan bisa melindungi tubuhmu"

A Box of Happiness | Nomin☆Where stories live. Discover now