07 : Dua Sisi Mata Pisau

304 52 14
                                    


"Duh Dilan, yang berat itu bukan rindu. Tapi yang berat itu, suka sama cewek yang justru suka sama cowok lain."

--- Quotes of Caplang Park ---

Kencan pertama, 2015 yang berbunga-bunga

Pagiku luar biasa indah. Asli, indahnya melebihi saat Bunda dan Ayah pulang dari Melbourne dan bawa boneka anak kangguru. Atau saat Nico membawakan album coldplay bertandatangan ekslusif. Lebih indah dibanding kakakku yang pendiam –Dimas– akhirnya curhat seharian karena galau putus dengan pacarnya. Lebih dari semua itu.

Dan itu semua karena satu manusia yang mendiami bumi dengan nama Sean Wiraguna.

Bagaimana senyuman tidak minggat-minggat dari bibirku kalau Sean benar-benar semanis ini. Dia membuktikan apa yang ia katakan sehari sebelumnya. Ia datang pagi-pagi, menjemputku untuk bisa berangkat sekolah bersama, dan saat sampai di sekolah –yang masih terlalu pagi– dia langsung menarikku duduk di dalam kelas. Membukakan sebuah kotak bekal berisikan sandwich.

"Sarapan dulu. Gue tahu lo jarang sarapan, kan?"

Dia duduk di sebelahku, dalam jarak yang dekat, dengan senyuman yang sangat rupawan melekat. Ia asik saja dengan musik dalam earphone-nya dengan mata terpejam. Menyandarkan punggungnya pada kursi dan membuat suasana kelas yang masih sunyi membius masing-masing diri. Aku berdebar. Pun, semoga ia juga sama berdebar. Menikmati geletar nada bernama jatuh cinta.

"Lo enggak mau?" Aku berbasa-basi menawari. Sebenarnya pasti Sean menolak, toh dia membuat ini untukku. Dia pasti sudah sarapan di rumahnya, kan?

"Boleh."

"Kampret!"

Uh ... kaget.

Dan yang terjadi membuatku tercengang. Saat Sean si laki-laki paling menawan dengan sikapnya yang tak acuh, justru mendekat, menggigit sandwich yang ada di tanganku. Setelahnya, ia kembali asik dengan musiknya dan memejamkan mata seraya mengunyah makanannya seolah tak ada yang terjadi. Padahal kalau dia tahu, hati ini sudah meronta-ronta. Rasanya ingin menjerit, guling-guking, terus lari keliling lapangan olahraga Bina Bangsa.

Asli, Sean kampretos banget!

"Jangan bengong, habisin sarapannya."

"L-lo sih, main sosor aja. Katanya ini buat gue, tapi lo makan juga."

"Lo tadi yang nawarin."

"Tapi kan basa-basi doang."

"Mau gue balikin?" Sean menoleh dan tersenyum jahil.

"Jijik Sean."

"Makanya enggak usah protes."

Aku diam pada akhirnya. Sean yang tersenyum jahil rasanya semakin membuat jantungku seperti siap meledak. Sebegitu parahnya pengaruh Sean Wiraguna dalam kehidupan Krystalia Jovanka.

Dan tepat ketika sandwich hanya tersisa sepotong, kelas mulai ramai. Ada Jennie dan Joy yang datang bersamaan. Di belakang mereka, Caplang dan Daelano jalan berdampingan. Aku tergagap, dengan cepat menyembunyikan kotak makanan yang Sean bawa ke dalam tas. Meski sudah dengan kecepatan ekspress, tetap saja mata elang Jennie mampu menangkap sesuatu yang mencurigakan. Terlebih, keberadaan Sean yang masih ada di sebelahku memicu mesam-mesem dari banyak pihak.

"Cuk, kalian udah jadian?" Jennie mendekat. Duduk di tempatnya dan berbalik menatapku dan Sean bergantian. "Jawab kampret, lo udah jadian sama Pak Ketos?"

"Asli, you dan you sudah jadian?"

Aku diam saja, tidak bisa menjawab apa-apa. Toh memang statusnya belum sejauh yang Jennie katakan. Kita hanya yeah dua manusia yang sedang sibuk mendalami hati masing-masing untuk kemudian bila merasa cocok maka akan menyatukan visi misi dan membentuk hubungan yang lebih serius.

How to be a Perfect Mama? [OSH x Krystal Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang