09 : Kekhawatiran Tanpa Alasan

296 49 5
                                    

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak berupa vote dan comment, ya. Kan gratis. Itu sebagai penambah semangat author untuk meng-update lebih cepat chapter-chapter berikutnya. Dan cerita ini memiliki alur maju dan mundur, tetap perhatikan tanggal atau waktu yang biasa eonni tulis di awal bab.

Selamat membaca.

_____________________

_____________________


"Untungnya saya bucin level Einstein, pinteran dikit, jadinya enggak panggil Ayah-Bunda seperti anak SMP samping rumah."

--- Krysy dan kebucinannya ---

Hidup itu berputar, kata orang. Selalu, tidak terduga. Satu tahun lalu, aku hanya terus menerus kesal saat Sean Wiraguna berganti pacar. Aku bahkan menangis hebat saat ia dan Roseanne benar-benar sedang hangat-hangat tai ayam. Jiwa iri meronta hebat. Tapi gengsi yang setinggi everest membuatku hanya mampu memendamnya sendiri. Tidak juga sih, aku menceritakannya pada Jennie, Joy dan Nico.

Tapi, berkat Caplang, hal yang tidak disengaja dengan keceplosan mengutarakan kejujuran di hadapan Sean Wiraguna, Allah seperti menjadikan itu jalan. Membuat tanpa ba-bi-bu lagi, aku dan Sean memulai langkah demi langkah kecil dalam menikmati cinta usia remaja.

Seperti hari ini. Sepulang sekolah, setelah pamit pada Bunda, Sean Wiraguna menjemputku ke sekolah untuk kemudian menikmati kencan pertama kami. Menikmati waktu bersama di bioskop guna menonton film horor terbaru. Ah ... apa aku berlebihan bila mengatakannya sebagai kencan?

"Kenapa bengong?" Sean, dengan pop corn terulur, membuyarkan lamunan. Aku menggeleng, memilih mengambil pop corn dan mengalihkan topik.

"Suka film horor, ya?"

"Selain film cinta-cintaan, suka."

"Beda selera dong, ya."

"Justru karena kita berbeda, makanya kita boleh saling suka, kan?"

Aku mengernyit, "Maksudnya?"

"Gue laki-laki, lo perempuan."

Aku tersenyum lebar. Sean Wiraguna niatnya bergurau tapi justru terasa krik-krik-krik. "Iya juga, serem kalau lo belok."

"Gue pasti naksirnya sama Dimas dong."

"Bukan Nico?"

"Enggak suka yang banyak omong."

"Cocok sih, Dimas pendiem."

"Tapi kakak lo yang satu itu protektif banget."

"Sorry ya, kemarin Dimas ngelantur ngomongnya."

"Rasanya kaya berjuang buat ngawinin anak orang."

Aku terkekeh, "Memang begitu kali kalau mau lamaran."

"Mau?"

"Apanya?"

"Aku lamar."

Demi nyonya Puff yang menggembung kalau tabrakan di perahu sama spongebob!

Aku tahu, sangat tahu, sadar sesadar-sadarnya. Sean Wiraguna itu sedang bercanda. Kalimat-kalimat gombalan ala Sule atau Andre Taulany di tv-tv. Tapi demi apapun, jujur, hatiku berdebar. Kalau saja Sean itu dokter dan bawa stetoskop sekarang, malunya bisa sampai ke luar angkasa. Deg-degan sekali.

"Enggak lucu, Wiraguna."

"Iya sih, gue selalu dibilang garing."

Tiba-tiba ko kecewa, ya?

How to be a Perfect Mama? [OSH x Krystal Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang