Chapter 13

722 44 15
                                    

Shakira berjalan keluar dari restoran tersebut. Jantungnya berdebar hebat hingga ia merasa jantungnya ingin meloncat dari tempatnya, cukup mengerikan, bukan?

Dengan lari kecil karena heelsnya yang membuatnya susah untuk berlari, Shakira memasuki berbagai toko. Dari toko baju sampai toko makanan, sebenarnya ia random saja ingin melakukan hal itu karena ia pikir itu akan terasa menyenangkan. Tetapi, Shakira tidak melakukan itu tanpa persiapan apapun, ia sudah memikirkan hal ini sejak tadi jika setiap toko yang ia masuki ia akan membeli sesuatu di dalamnya, seperti toko baju, ia membeli pakaian untuknya dan toko makanan, ia membeli sandwich untuk mengisi perut laparnya itu karena mereka tidak menyentuh apapun tadi saat di restoran itu dan membuat Shakira kelaparan.

Perhentian berikutnya yaitu toko topi, Shakira memasuki toko itu dan membeli sebuah topi pantai yang bundar hingga sedikit menutupi wajahnya. Dengan topi itu, Shakira harap Feligan agak susah untuk mengenalinya. Setelah membeli topi, Shakira berlari lagi hingga ke sebuah tepian danau dimana ia menghilang diantara para pengunjung yang memadati danau itu.

Waktu habis. Ini saatnya waktu Feligan untuk mencari Shakira.

Pria itu mengancingkan jasnya dan berjalan penuh kekuasaan keluar dari restoran itu. Dengan ponselnya, ia menelepon para bawahannya untuk mencari Shakira dan mengatakan jika siapa pun yang dapat menemukan wanita itu dalam waktu kurang dari dua jam maka akan diberikan kenaikan pangkat bagi mereka. Hal itu tentu saja membuat anggota mafia lainnya merasa ini kesempatan yang bagus karena Feligan tidak pernah meminta mereka melakukan sesuatu dengan imbalan sebagus ini. Juga, naik pangkat berarti kau bisa berada di atas anggota yang lain dan kau mempunyai kekuasaan sedikit, itu cukup menggiurkan bagi mereka.

Feligan tidak bodoh untuk melepaskan Shakira begitu saja, ia memiliki caranya sendiri untuk menemukan wanita itu. Juga, Feligan ingin tahu sebatas mana Shakira dapat menjauh darinya, apakah wanita itu cukup pintar untuk bersembunyi darinya.

Feligan menaiki mobilnya dan mengambil laptop yang berada di kursi belakang mobil. Ia membuka laptop itu dan tangannya bergerak bebas di atas keyboard dengan senyuman yang mengembang. Ya, Feligan sedang membobol cctv daerah itu dan matanya menulusuri setiap orang yang berjalan, mencari seorang wanita pemberontak yang bebas.

Sebuah panggilan tampak muncul di layar ponsel Feligan, nama seorang pria terlihat mengambang dari layar ponsel tersebut. Feligan mengambil ponselnya, menatap layar ponselnya terlebih dahulu dengan tatapan datar.

Apa lagi ini? Tanyanya dalam hati. Tapi, Feligan mengangkat telepon itu.

"Halo, Feligan!" Suara antusias dari seberang telepon membuat Feligan mengernyit karena terkejut.

"Ya, Conney. Ada apa meneleponku?"

"Aku hanya ingin tahu kabar dari seorang pria yang sukses! Haha ... Aku hanya bercanda, Feligan. Aku meneleponmu karena Diane mencemaskanmu sedari kemarin, oleh karena itu ia menyuruhku meneleponmu."

Feligan kembali mengernyit dan semakin bingung maksud dari pria yang meneleponnya saat ini.

"Apa Diane baik-baik saja?" tanya Feligan sedikit khawatir.

"Oh, ya! Jangan cemaskan hal itu... ."

Feligan menghembuskan napas kesalnya, pria tua ini susah sekali untuk mengatakan apa maunya hingga membuatnya geram dan ia benci dikelilingi pria-pria tua seperti ini.

"Aku akan kesana, sekarang."

Setelah itu Feligan mematikan ponselnya dan mengerutkan dahinya. Ia melihat sekeliling untuk berpikir kedua kalinya akankah ia pergi untuk menemui Diane yang mana adalah teman masa kecilnya atau kembali mencari Shakira yang tampaknya telah hilang tidak terlihat.

Feligan membuka kaca jendela mobilnya, ia menatap ke arah pohon yang berada sepuluh meter di depannya dan dengan gerakan dua jari yang ia layangkan pada seseorang yang tampaknya berada di belakang pohon dan hampir tidak terlihat itu, seseorang itu langsung menghampiri Feligan.

"Ya, Tuan."

Feligan menatap bodyguardnya yang selalu siap di tempat itu dengan masih kerutan di dahinya.

"Panggilkan beberapa orang lagi dan cari wanitaku. Kau sudah mengetahuinya, bukan?" tanya Feligan menatap bodyguardnya dengan pandangan menyelidik.

Pria itu mengangguk cepat. "Tentu saja, Tuan. Kami sudah mengetahuinya."

Feligan mengangguk. "Baiklah, kalau begitu temukan dia sesegera mungkin. Aku ingin dia ditemukan dalam waktu dua jam. Gunakan apapun yang dapat membuatmu menemukannya. Kabari aku jika ada sesuatu dan aku akan meneleponmu satu jam lagi. Ingat, kau yang memimpin dalam pencarian ini. Aku sudah menyuruh yang lainnya untuk mencari wanita itu juga, dan aku memberi kenaikan pangkat bagi siapa pun yang dapat menemukannya duluan."

Pria itu mengangguk mantap. "Tentu, Tuan. Kami akan menemukannya segera!"

"Jangan mengecewakanku," ucap Feligan dan setelah itu menutup kaca mobilnya dan menghidupkan mesin.

Mobil Feligan melaju melewati jalanan yang padat menuju rumah Diane, wanita itu sering kali sakit-sakitan dan kerap kali membuat Feligan cemas dengan wanita itu. Bagaimana jika Diane tidak memperhatikan dirinya dan membuat kondisinya semakin buruk, tentu saja Feligan tidak menginginkan hal itu.

Feligan menatap ponselnya, nama Conney kembali menghiasi layar ponselnya. Feligan mendesah keras dan terdengar sangat kesal. Ya, bagaimana ia tidak kesal jika Conney yang mana ayah dari Diane terus saja menelepon dirinya, entah kenapa pria itu terus saja menelepon dan mengunjungi dirinya semenjak ia menjadi ketua mafia ini. Bahkan terkadang Conney meminjam uang darinya untuk pengobatan Diane yang mana dirinya pun tahu jika Conney tidak membayar apapun karena semua biaya pengobatan Diane, dirinya sendiri yang menanggung hal itu.

Conney belum terlalu pintar untuk dapat mengelabuhinya.

Sepuluh menit lagi, ia akan sampai di rumah Diane tapi pikirannya terus saja berterbangan yang mana lebih di dominasi oleh Shakira. Feligan penasaran, kemana wanita itu pergi dan bersembunyi darinya. Sejujurnya ia sangat ingin mencari wanita itu sendiri dan melihat wajah kesalnya saat ia dapat menemukan wanita itu, tapi sayangnya hal itu menjadi sirna semenjak telepon yang ia dapatkan tadi.

Tidak terasa Feligan sudah sampai di kediaman Diane. Ia menuruni mobilnya dan mendapatkan Conney berada di depan rumah, terlihat sekali menunggunya.

Feligan mendekati Conney dan dengan pandangan mencari, ia mendapatkan Conney memberinya jawaban atasan pandangannya.

"Diane berada di kamar, kesehatannya memburuk semenjak tadi malam."

Feligan menatap Conney aneh. "Kau tidak membawanya ke rumah sakit?" Tanyanya dengan nada tidak suka.

Conney langsung menggeleng. "Aku sudah menyuruhnya dan membujuknya, akan tetapi ia masih saja kukuh untuk beristirahat di rumah saja."

"Huh," desah Feligan.

"Aku akan ke kamarnya," ucap Feligan yang disambut anggukan oleh Conney.

Feligan memasuki rumah yang bergaya Eropa itu, lantas ia menaiki tangga menuju lantai atas dimana kamar Diane berada. Setelah sampai di depan pintu, ia mengetuk pintu tersebut dan menunggu jawaban dari dalam.

"Aku tidak ingin ke rumah sakit, Ayah!" Teriak seseorang dari dalam membuat Feligan menghela napasnya.

"Kalau begitu kapan kau akan sembuh, Diane?" balas Feligan dan dari dalam ruangan tersebut tiba-tiba hening seketika.

Sebuah suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah pintu dan per sekian detik pintu itu terbuka dengan wajah seorang wanita muda yang terlihat pucat namun tersenyum indah saat melihat Feligan di depan pintu kamarnya.

"Feligan!" Pekik wanita itu.

Feligan mengangguk sembari terkekeh kecil. "Merindukanku, huh?"

"Tentu saja aku merindukan calon suamiku!"

To be continued ...

inhibitions of mafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang