Chapter 14

732 49 5
                                    

Shakira menaiki sebuah perahu yang dapat membawa dua orang dalam perahu itu, tapi kali ini ia akan menaikinya sendiri dan mengayuhnya.

Alasan ia memakai perahu dalam pelariannya kali ini ialah agar Feligan tidak bisa menangkapnya terlalu cepat dan ia akan berhenti di tengah danau untuk beberapa jam. Ingat, perjanjian mereka adalah dua jam. Jadi, ia akan berlama di tengah danau, untungnya hari ini keadaan sangat ramai sehingga banyak perahu yang berada di danau.

Shakira melihat jam di pergelangan tangannya, dua menit lagi akan menjadi akhir waktunya dan Feligan akan mencarinya. Ia memilih untuk tiduran di atas perahu itu dan membuatnya tidak terlihat sama sekali. Menutupi wajahnya dari sinar matahari dengan topi, Shakira bernapas lega bisa merasakan hal nyaman berada di perahu dengan keadaan yang menyenangkan seperti ini.

Terik matahari yang kian menyengatnya membuatnya merasa tidak nyaman, ditambah rok yang ia pakai minim sehingga panas matahari langsung menerpa kulitnya. Seharusnya ia tidak memilih rok saat berada di toko tadi, alhasil sesal yang ia dapatkan saat ini.

Menghembuskan napas, Shakira mengangkat tangannya dan melihat jam yang berada ditangannya. Sudah tiga puluh menit tapi tidak ada tanda-tanda Feligan akan mendapatkan dirinya, bukankah itu berarti cara pelariannya berhasil? Tinggal tunggu satu jam setengah lagi agar dirinya dapat kembali pulang ke apartemen kecilnya yang nyaman.

Shakira merasa mengantuk saat air danau beriak kecil ketika ia bergerak, itu membuatnya menutup mata dan akhirnya tanpa sengaja jatuh terlelap, membiarkan dirinya tenang untuk sementara waktu.

***

"Berhenti bercanda seperti itu, Diane," sahut Feligan sembari membuka pintu kamar wanita itu lebih lebar agar ia dapat masuk.

Diane tersenyum kecil. "Kau tidak pernah mengiyakannya, apa kau memang tidak pernah memikirkan hal itu sekalipun?" tanya Diane saat Feligan sudah duduk di sofa panjang dekat jendela.

Feligan mengedikkan bahunya sebagai balasan yang membuat Diane menghela napas kecil.

Diane mendekati Feligan dan duduk di samping pria itu. "Mengapa kau kemari?"

Feligan mengernyit ke arah Diane. "Tidak boleh?" Balasnya.

Diana terkekeh. "Kau tahu jika bukan itu maksudku, bukan?"

Feligan mengangguk, lalu melihat hamparan taman yang terhampar indah melalui jendela besar kamar Dianale ini. Setelah puas melihat taman, kini tatapannya menuju Dianale, membuat wanita yang ditatap itu sedikit tersentak saat sinar matahari yang masuk dari jendela membuat mata Feligan terlihat mengkilap.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu," ucap Feligan dan suara berat itu terus menggema di telinga Diane.

Wanita itu tidak bergerak sedikitpun bahkan tatapannya masih menatap Feligan dan mulutnya terbuka kecil. Jantungnya mulai berdetak lebih mendebarkan, pasokan udara juga terasa tipis. Diane tahu ada yang salah pada dirinya.

Perasaannya, itulah kesalahan pada dirinya karena ia telah jatuh hati berkali-kali pada pria yang kini terlihat seperti pria tertampan di dunia.

"Diane," panggil Feligan membuat Diane tersentak dari lamunannya.

"A-Ah ya!"

Feligan mengernyit sembari memperhatikan Diane dengan cemas. "Ada apa denganmu? Kau tiba-tiba diam seperti itu, apa kau merasa sakit?"

Diane menggeleng dengan cepat lalu menormalkan debaran jantungnya. "Tidak ada, kau tidak perlu cemas, aku hanya tersadar aku melupakan sesuatu!" Kilah Diane dan sangat jelas terdengar jika wanita itu menyembunyikan sesuatu.

inhibitions of mafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang