pertengkaran

3.1K 208 11
                                    

"Setitik darah dibalas dengan nyawa."

Bogeman dan sayatan belati kini memenuhi badan pria tersebut yang telah terkulai lemas.

Naufalpun mengangkat kepalanya memandang satu persatu pria yang ada didepannya yang mulai pucat.

"Pengecut,"satu kata yang diucapkan Naufal membuat emosi dari salah satu pria yang ada didepannya memuncak.

"Maksud lo apa hah!"

"Pe-nge-cut."

Saat naufal terkena bogeman dari pria tersebut dengan cepat ia menancapkan belatinya di lengan pria tersebut dan menariknya hingga di ujung jari.

"Aaaaaakkkkhhhhhhh"kini pria tersebutpun juga terduduk lemas sedangkan temannya yang melihat peristiwa tersebutpun melarikan diri.

Naufal perlahan mendekat ke arah pria tersebut dan membisikkan sesuatu.
"Yang perlu lo tau gue udah lama nggak bunuh orang karena permintaan orang tua gue,tapi karena ngeliat darah segar lo ini gue jadi---"

Belati yang di gunakan naufalpun kini telah tertancap di kelopak mata pria tersebut,kini pria tersebut sudah tak bernyawa.

"Pengen ngecongkel mata lo."lanjutnya.

Naufalpun mulai mencongkel kedua mata pria tersebut dan menggenggamnya hingga hancur.

"NAUFAL STOP,"Naufalpun menghentikan aksinya dan beralih menatap Nadia.

"Please stop,"ucapnya lemah dan ia pun pingsan. Sebelum nadia terjatuh Naufal dengan gesit langsung menangkapnya,iapun nengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

"Halo Fal kenapa?"

"Lo sekarang ke jalan ******* cepet!"

"Oke,"Naufalpun mematikan sambungan teleponnya.

"Nyusahin,"gumam Naufal sembari menatap wajah Nadia.

Tak lama kemudian orang yang dipanggil Naufalpun datang dengan motornya yang tak jauh beda dengan motor Naufal

"Woi itu siapa fal."

"Manusia."

"Gue juga tau anjing."

"Bantu gue!"

"Iyeiye."

Naufal dan temannya itupun membantu nadia agar naik di motor Naufal.

"bawa motor dia."

"Lah terus motor gue gimana?"

"Panggil yang lain,sekalian bawa tuh mayat jangan sampai ninggalin jejak."

"Siap pak Ketu."

Naufalpun menjalankan motornya menuju ke rumah sakit terdekat dengan Nadia yang masih pingsan dibelakangnya dan memeluk pinggang Naufal yang ditahan dengan tangan kiri Naufal agar tidak terjatuh.

~♥~~♥~

Perlahan Nadia membuka matanya hal yang pertama ia lihat adalah Mamanya yang memegang tangannya menunggunya yang sedari tadi pingsan

"Alhamdulillah sayang,kamu sudah sadar."

"Mama."

"Iya sayang,kamu ngga papakan?"

"Nggak kok Ma,"ucapnya dengan suara seraknya.

"KAK NADIA,KAKAK NGGAPAPAKAN?"

"Husttt,Cika inituh rumah sakit jangan teriak"tegur Adira pada anaknya.

"Hehe maaf Mom."

"Kak Nadia nggak papakan?ada yang sakit nggak?ada yang luka nggak?aduhhh kok ginisih itu yah emang Bang Naufal nggak becus jagain kakak!"

"Kakak nggak papa kok,Naufal juga becus kok jagain kakak,"ucap Nadia tersenyum.

"Emangnya tadi kamu kenapa pingsan sayang?"tanya Adira.

"Hm,karena Naufal bu..."

"Ketiban batu Mom,"potong Naufal.

"Gimana ceritanya?"

"Panjang"

Drtt..drrttt (getaran ponsel)

"Assalamualaikum Mas,kenapa?"

"........."

"Hm,oke aku kesana"Adirapun memutuskan sambungan teleponnya.

"Maaf ya ,sepertinya saya dan Cika harus pulang dulu"

"Iya Mba,makasih sudah repot-repot datang kemari"ucap Mama Nadia.

"Iya mba tidak masalah,Nadia tante pulang dulu ya."

"Iya tante makasih."

"Sama-sama sayang,ayo Cika"

"Iya Mom"Adira dan cikapun berjalan keluar ruangan Nadia namun langkahnya terhenti karena Naufal yang juga ingin keluar.

"Kamu mau kemana?"tanya Adira pada putranya.

"Pulang"

"Eits,kamu disini aja!"

"Kenapa?"

"Kamu kira Mama nggak tau kalau kamu yang udah bikin Nadia pingsan karena kamu bunuh orang di depannya"bisik Adira.

"Oke,aku disini aja"pasrah Naufal.

"Good boy!"


InachevésWhere stories live. Discover now