Luka

111 8 3
                                    

Sunyinya malam yang menyelimuti hati. seteguk minuman keras yang masih tersisa mungkin dapat menjadi penghangat tubuh yang semakin terasa beku. Bram berjalan dikeheningan malam tanpa cahaya.  menatap awan yang kelam adalah hal yang terindah baginya saat ini. Sebentar ia duduk dipinggir jalan. Sembari mengingat gadis yang ia  jumpai tadi siang dikampusnya,  Cantik dan anggun,  ingin sekali ia belai disemua sudut lekukan tubuhnya. Hayalannya semakin kotor tak  terkendali , hasrat dan syahwat senafas dalam benaknya. entah ia benar-benar cinta atau melihat fisik semata.

Bremm.. bremm .. bremm..

Suara motor itu merusak  hayalannya yang sudah jauh dari kata wajar.
Exel,  teman yang baru beberapa jam ia kenal, sekaligus menjadi partner judinya yang Tiba-tiba berhenti dibelakngnya dan menyapa si Bram. Namun Bram sama sekali tidak menghiraukan sapaan Exel yang dari tadi memanggilnya . Ia masih santai diselimuti hayalan nya yang sempat terpotong dan ia sambung kembali.
Sungguh,  saat ini ia sudah termakan oleh cinta.

Sekali lagi Exel memanggilnya dengan sedikit nada yang  keras sambil menepuk pundaknya. akhirnya si Bram terbangun juga dari hayalannya yang tak pasti.

"Ngapain sih lo nyet ?" Kata Bram dengan nada yang tak sopan. Namun Exel tetap santai, sebab ia tau bagaimana keadaan temannya yang satu ini. Exel menawari nya tumpangan. Namun si Bram menolak sebab, rasa gengsi membuat ia malas menerima bantuan dari seseorang. Apalagi tawaran dari seorang  Exel yang  baru saja ia kenal di Bar beberapa jam yang lalu. semenjak mereka berdua gabung dalam satu group judi.  Dan menerima kekalahan. Kali ini si Bram tidak mempunyai apa-apa , motor, Hp, dan benda berharga lainnya ludes dalam satu malam . Yang tersisa hanya sebotol minuman keras yang ia bawa pulang dan dihabiskan dijalan sebagai pelancar hayalan gilanya.

                               ●●●

Didepan gerbang  Rumah yang lumayan besar,  Bram berdir  matanya celingak-celinguk persis seperti maling. Bram berjalan pelan sambil mengendap-endap  hingga suara kakinya tak terdengar.  sesekali ia menghirup nafas dan menghembuskannya perlahan.
Kini ia sudah sampai didepan pintu yang lumayan besar. Sebentar ia mencari kunci cadangan yang ia taruh dibawah pot bunga. Namun lagi-lagi  kesialan menghampirinya . lampu yang tiba-tiba menyala  dibagian depan rumahnya, membuat ia terkejut. Ia berdiri dan melihat pintu sudah terbuka . Ia melihat a
Ayah dan Ibu tirinya berdiri didepan pintu. Celoteh Ayahnya terdengar bising ditelinganya. Namun ia tetap menghiraukannya. Nasehat ayah baginya adalah hanya omong kosong. Sebab rasa dendam yang masih melekat kuat dibenaknya. Hanya satu hal yang ia ingat pasti. ayahnya juga pernah melakukan hal yang sama. bahkan lebih parah  darinya. Ibunya pergi dalam keadaan sakit parah sebab ayahnya bermain dengan permpuan lain alias pelacur . Bahkan ayahnya menikahi seorang  pelacur yang saat ini menjadi ibu tirinya. Kedua adiknya  Rani dan Rani  pergi entah kemana . Kejadian beberapa bulan yang lalu membuat Bram prustasi,  Dan  Akhirnya ia menjalankan kehidupan seperti apa yang ayahnya lakukan dulu. Berjudi , mabuk-mabukan, bahkan bermain dengan perempuan jalang ia geluti demi menghilangkan stres di otaknya.
Kali ini Bram menjelma seperti ayahnya kala itu.

Sesekali bram dipukul sampai tergeletak oleh ayahnya , namun ia masih punya hati untuk tidak membalas pukulan itu. Perempuan yang ia sebut pelacur itu  terus memprovokasi dan membuat bara api diantara ayah dan anak itu. Memang ibu tiri bram tidak suka dengannya, bahkan ia berusaha menyingkirkan bram dari rumah itu Namun selalu gagal. sudah ribuan cara ia lakukan. namun Tidak ada hasil yang memuaskan. Kini ia menggunakan suaminya, ayah Bram untuk menyingkirkan bram dengan memprovokasi hingga marah ayah nya memuncak. sipelacur itu berharap suaminya bisa mengusir si Bram.

Malam itu, bram tidur dilantai yang  diselimuti oleh  luka hati yang mendalam. Sesekali ia berkata
"inilah didikan ayah yang bodoh"
Ia mengatakan ini berulang kali. Sampai ia tertidur.

Forbidden LoveWhere stories live. Discover now