Tukang Onar

49 5 1
                                    

Kegalauan bram semakin menggila. Ia selalu teringat kejadian kemarin, Dimana ketika batinnya tersayat oleh kecemburuan yang begitu sadis yang menikam jiwanya.  Tangan putih karin yang lembut dupegang erat oleh  presiden mahasiswa yang saat ini menjadi saingan terberat si Bram, Bram seakan tidak ikhlas. Kini ia termenung dikamar kecilnya sembari mencoret-coret temboknya yang sudah seperti koran, penuh dengan coretan. Terlihat matanya yang mulai memerah, pelupuk mata bram tidak sanggup membendung air mata yang sebentar lagi akan tumpah. Premanismenya rontok seketika. Jiwa kenakalannya hangus terbakar oleh api kecemburuan yang mendalam.

Tet.. tet.. tet..
Tet.. tet.. tet..

Suara handphone genggamnya berbunyi. Handphone yang ia pinjam dari Siska teman ranjangnya beberapa hari yang lalu.
Sejenak ia melihat handphone genggamnya  Dengan nafas yang tersedu-sedu. Masuk panggilan dengan nomor yang tidak dikenal.

"Hallo.!!"  Bram menyapa

Woi jing lo lagi dimana ?
Ucap sipenelpon itu.

"Dirumah nih , lo siapa ? "
Tanya Bram.

"Gua , Randi teman lo."
Randi..mmm sejenak ia mengingat nama  Randi, nama yang Tidak asing dalam ingatannya. Sekejap ia ingat,  ternyata itu Randi, Teman band nya dulu, yang sempat bubar.

"Oh Randi , bangsat tumben lo hubungin gua nyet, lo lagi dimana bangsat ?"

"Nih gua lagi dimarkas , lo kesini dong."
Ucap Randi teman koplaknya.

"Oke On The way nyet." Ucap Bram menerima ajakan teman lamanya yang sempat hilang beberapa tahun lalu.
Ia segera  pergi dan melupakan sejenak coretan dinding yang penuh dengan kegalauan dan kekhwatiran.

                              ●●●●

Sampai disana, markas yang dulu ia bangun bersama temannya. Sekaligus tempat judi kecil-kecilan. Kini terlihat usang. sebab, sudah beberapa tahun markas itu kosong tak berpenghuni.
Ia melihat si Randi duduk santai layaknya bos.

"Hai bro apa kabar lu ?" Ucap Bram yang pertama kali menyapa .

"Baik gua"  jawab Randi penuh dengan kegirangan.

Dua sahabat koplak bertemu  ditempat dimana dulu ia mengisi hari-harinya. Tentunya dengan berjudi. Usai menanyakan kabar, Bram duduk disamping sahabat lamanya si Randi. Randi langsung menyodorkan Tembakau yang sudah terlipat kertas. Pastinya bukan tembakau sembarangan. tembakau yang sudah dicampuri sabu-sabu, barang yang diharamkan oleh negara.
Melihat Randi menyodorkan barang Haram itu, Bram langsung menolak ,

"maaf ya, gua lagi males." Ucap bram menolak.

"Bangsat lo emang,sudah taubat lo ya."
Kata si Randi sambil mendorong otak si bram.

"Sekali ini aja kok nyet," ucap Randi merayu.

Hati bram mulai tergoyah, pertama ia memang tak mau lagi hisap barang itu, dan kedua ia ingin menghormati teman yang baru saja bertemu dan saat ini mereka berjumpa lagi , tentu kerinduan menyelimuti hati bram dan Randi.

"Ya udah, tapi kali ini aja ya. Kata bram .

"Oke dah nyet nih!"  Randi menyodorkan barang itu.

Dan Bram mulai menghisapnya. Sehisab dua hisab Bram mulai terbang melayang, angan nya singgah di sela-sela langit yang bolong , canda tawa mereka bising tak terkendali. Ketawa yang gempar menggelepar menyelimuti markas yang usang dan berdebu.
Mahasiswa semester akhir si bego ini alias si Abram Saputra bolos,  Bagi Bram masalah bolos-membolos itu sudah biasa, baginya itu hal yang lumrah.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang