kembalinya keluarga Bram

14 0 0
                                    

Pagi yang indah, pesona angin sepoi berhembus menggoda tubuh Bram yang sedang duduk santai sembari melihat fhoto karin, yang saat ini hanya menjadi sebuah kenangan. Secangkir kopi hangat  disuguhkan oleh Rani sembari berdehem , mencoba menggoda Kaka nya Bram, yang saat ini  sedang dilanda kegalauan, sebab kekasih terbaiknya ternyata saudarinya sendiri.

Waduhhh pieee ikiiii..

Dua puluh lima menit mereka membicarakan kejadian kemarin malam . Hari ini mereka berdua, Rani dan Bram berencana mengajak ayahnya ke rumah ibunya. Namun mereka masih ragu, sebab kejadian masa lampau sangat amat menyedihkan bagi ibunya, segelintir pertanyaan yang menggerogoti kepala mereka. Apakah ibu sudah memaafkan ayah ? Ataukah ibu masih menyimpan luka? Pertanyaan itu membuat mereka pusing, namun bagaimanapun merka harus memberitahukan ayahnya.

Rani dan Bram masuk kedalam Rumah setelah merka mendiskusikan masalah yang dihadapinya, Bram duduk didepan ayahnya dan Rani masuk kedapur untuk menyiapkan sarapan .

"Yah, ayah mau tidak ketemu sama ibu ?" 

Ucap Bram 

Mendengar ucapan itu, ayahnya langsung memandangi Bram

"Apa ibu? , kamu sudah ketemu sama ibu ?" 

Tanya ayahnya.

"Iya yah"

jawab Bran dengan nada darar 

"Bagaimana ceritanya kamu ketemu sama ibu"

ucap ayahnya kegirangan.

"Panjang ceritanya yah, intinya nanti selesai sarapan kita ke ibu ya"

ajak Bram.

"Mmm mmm tapi, ayah malu Bram"

Jawab ayahnya sembari menundukkan kepala.

Bram paham apa yang menjadi masalah sampai ayahnya malu bertemu sama mantan istrinya itu
Tapi Bran terus meyakinkan dan memberi sedikit energi mental kepada ayahnya sampai akhirnya ayah nya mau walau penuh dengan keraguan.

Selesai sarapan mereka sekeluarga berangkat menuju suatu kampung dimana tempat ibu dan karin tinggal .
Kurang lebih satu jam mereka dalam perjalanan akhirnya sampai juga.

dirumah lumayan besar, dan penuh dengan tanaman yang menghiasi halaman rumah. Berdiri Karin yang sedang menyirami bunga-bunga yang mekar, tapi jika dibandingkan dengan bunga itu , Karin lebih indah. Bagi Bram,  tapi sayang itu hanya sebuah kenangan

"Assalamualaikum"

Bram mengucap salam dengan nada yang sedikit rendah

"Waalaikumussalam wr . Wb."

Eh , bang Bram.
Jawab karin sembari menebarkan senyuman manis nya .

Entah kemana kata ayang, sayang , yayang, yang selama ini mereka rawat dan pamerkan di depan teman teman kelas. Hilang tertindas oleh sebuah ikatan.

"Ayo masuk "

Ajak karin Ramah .

Teeguncang hati Bram seakan Terasa remuk tak berdaya, semua kenangan indah bersama karin kembali menggerogoti otaknya , ingatan mesra nya , panggilan sayang nya bahkan pohon mangga di depan yaman mili milik kampus yang sudah menjadi saksi menghantam ingatannya.

Rani hanya bisa melihat Raut wajah kakanya yang sudah mulai berubah, sesekali Rani memanggil Bram , agar tatapan Bram yang hancur dapat di alihkan .

Ayah Bram masih tertunduk malu, sebab kesalahan yang lalu masih melekat dibenaknya kesalahan yang sangat patal dengan mengusir ibu Bram dan lebih memilih pelacur ranjangnya.

Lewat lima menit meraka duduk dan mengobrol santai diruang tamu.

"Assalamu'alaikum wr. Wb"

Ucapan salam itu menghentikan obrolan mereka.

"Waalaikumussalam wr wb"
Serempak menjawab .

Ayah Bram terkejut ternyata yang mengucapkan salam itu adalah ibu Bram, ya mantan dari istri ayahnya.
Bram langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengambil tangan ibunya untuk bersalaman begitu juga dengan Rani dan Karin.

Ayahnya hanya diam, sesekali ia mengngkat kepalanya untuk melihat Mantan istrinya Dengan tatapan yang  canggung.

"Eh mas Putra kapan kesini ?"

Tanya Ibu Bram keda ayahnya.

Ayah Bram masih malu untuk mengeluarkan suaranya , penyesalannya masih menghantam perasaannya.

"Bagaimana kabarnya mas ?"

Tanya ibu Bram dengan nada yang sangat Ramah.

"Mm ..mm .. baik"

Jawab ayahnya dengan nada yang sedikit terbata-bata.

Bram tersenyum, Rani menggoda ayahnya dengan menyenggol bahunya. Sebuah isyarat Harus ayahnya fahami.

"Mmm.. oh iyya Maaf ya, kejadian yang dulu, sungguh aku minta maaf dan aangat menyesalinya."

Kata ayah Bram dengan nada yang lirih dengan penuh permohonan.

"Ya tidak  apa-apa, masalah itu aku sudah maafin dari dulu.  itu juga masa lalu , setiap orang pasti mempunyai kesalahan, tapi orang yang hebat adalah yang memperbaiki kesalahannya"

Ucap ibu Bram dengan sangat Bijak.

Mendengar ucapan itu ayah Bram semakin menyesal, andai dulu ia peka akan sifat seorang wanita, pasti ia tidak akan meninggalkannya.
Tuntutan ayah Bram sangat menyesali perbuatannya dahulu. Ia semakin berandai-andai di tengah lamunannya   , ia semakin merasa menjadi orang yang paling bodoh sedunia. Namun harapan untuk kembali sangatlah sulit melihat rasa sakit hati yang di deritanya bertahun-tahun tidaklah sembuh. walau begitu, sekarang mereka sudah berkumpul layaknya keluarga yang dahulu walaupun ayah dan ibunya tak menjadi sepasang suami dan istri. Ditambah lagi kedatangan Karin si belahan jantung Bram dulu, mewarnai keluarganya.












Forbidden LoveWhere stories live. Discover now