4. Bully

246 37 3
                                    

Pagi ini cuaca mendung. Aku segera berlari kecil untuk menghindari air hujan yang bisa membasahi baju dan tasku.

Aku mengibaskan percikkan air yang ada di rokku. Aku berjalan menuju ke kelasku.

"Oh, ini murid teladan itu ya?"

"Murid teladan kok, nggak ngerjain PR?"

"Dia adeknya Kak Seonghwa itu, kan?"

"Iya, katanya dia adek tiri,"

Aku terhenti mendengar percakapan dua kakak kelasku. Mereka membiarkanku?

"Mm, maaf kak, apa maksud kakak?" aku memberanikan diri bertanya.

"Eh, kamu anak kesayangan guru yang dihukum kemarin lusa, ya?" salah satu dari mereka bertanya balik.

Apa? Mereka mempersalahkan saat aku dihukum? Hei, memangnya mereka tidak pernah dihukum?

"Kenapa memangnya, kak?" tanyaku lagi, "ada masalah apa?"

"Hey, adik kelas ini nantang kakak kelasnya," kata kakak kelasku yang berpenampilan sok cantik.

"Mau diapain dia nih, guys?" tanya temannya.

"Kak, maaf. Jangan mentang-mentang kakak disini lebih tua, kakak berbuat seenaknya kepada adik kelas? Situ pantas dibilang kakak kelas? Bukannya kakak kelas itu harus dijadiin contoh sama adik kelasnya?" kataku panjang lebar dengan emosi yang masih ku tahan. Aku tidak mau bermasalah dengan mereka yang sok senior.

"Berani kamu nantang, ya?" kakak kelas yang dilihat dari nametagnya bernama Dessy ini mencengkram lenganku. Itu lumayan sakit.

Tunggu, orang ini yang naksir sama Kak Seonghwa? Dia ternyata kakak kelasku saat aku SD, dan aku baru tahu bahwa dia juga kakak kelasku di SMP.

Saat ini sekolah masih sepi karena hujan yang cukup lebat. Senja dan Atees sepertinya belum datang.

"Maaf, kak. Kalau kakak seperti ini, aku kehilangan rasa untuk menghormati kakak sebagai kakak kelas," ucapku sambil membalas cengkraman Kak Dessy. Ia mengaduh kesakitan.

Halah, lebay. Teman-temannya panik dan segera menghampiriku. Mereka memarahiku. Aku hanya diam. Aku tidak mau terlihat lemah di depan mereka.

"Hei, kenapa kalian berkerumun di sini?" itu Kak Jeffry.

Semua menoleh ke arahnya. Teman-teman Kak Dessy langsung mundur saat melihat Kak Jeffry datang.

"Ada apa kalian pagi-pagi bikin ribut?" tanyanya dengan suara yang dingin.

Semua orang membisu. Dasar mereka semua pengecut.

"Hai, semuanya, kok pada disini?" itu Kak Malvin.

"Lah, Selena?" sambung Kak Uyong yang berjalan di belakang Kak Malvin.

"Selena, tangan kamu kenapa?" tanya Kak Johan yang datang setelah Kak Malvin dan Kak Uyong tiba. Sepertinya Kak Johan sadar bahwa pergelangan tanganku memerah.

gadis yang merindukan cahaya rembulan Where stories live. Discover now