8. Korea Selatan

179 34 0
                                    

Kak Seonghwa menceritakan semuanya kepada ibu. Raut wajah ibu terlihat sangat khawatir dan terlihat kesedihan yang sangat mendalam, namun ia menutupinya berusaha menutupinya. Aku yang sedari tadi melihat itu hanya bingung sendiri. Sungguh kasihan diriku.

"Kamu tidak akan kemana-mana, kamu anak ayah dan ibu, kamu kakaknya Selena, sayang," kata ibu dengan suara bergetar. Ibu memeluk Kak Seonghwa seperti tidak mau kehilangan anak laki-lakinya.

Mendengar namaku disebut-sebut, aku makin bingung. Tolong siapa saja, jelaskan padaku ada apa ini? Kak Seonghwa memang kakakku. Kak Seonghwa memang anak ibu dan ayah. Kenapa ibu menjelaskannya lagi?

"Ibu, kakak, sebenarnya apa maksud orang itu?" karena penasaran, aku memberanikan diri untuk bertanya.

Bukannya menjawab. Kak Seonghwa menundukkan kepala dan ibu semakin terlihat sedih. Apa kata-kataku ada yang salah?

"Belum saatnya kamu tau, Selena," ucap ibu akhirnya.

Aku menelan ludah. Seberapa penting rahasia itu sehingga aku tidak boleh mengetahuinya?

Tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat ayah datang dengan wajah yang kelelahan, namun ia tutupi dengan senyuman.

"Loh, ada apa ini?" tanya ayah bingung. "Ibu kenapa nangis? Kak Seonghwa kenapa mukanya lebam?"

Mau tak mau cerita tadi harus diulangi lagi. Reaksi ayah hampir sama dengan reaksi ibu. Hanya saja ayah tidak menangis. Melihat itu aku, hanya menghela napas pelan.

Aku berlari menuju ke kamar. Aku ingin chatting dengan Senja.

Senja meow🐱

Ja|
Dimana?|

|Aku lagi di mall sama
kak San
|kenapa Sel?

Ouh|
Gajadi hehe|

|Kok nggak jadi?
|Kenapa woi?

Gak papa woi|
Sana gih, jajan|
Tumben jalan sama kak San?|
Biasanya gelud mulu|

|Dia lagi kerasukan jin
baik hehe..
|Lagian kita gak beli
apa-apa
|Dia cuma ngajak nongkrong

Oh gitu|
Yaudah|
Selamat nongkrong senja hehe|

|Hehe

Senja lagi di luar sama Kak San. Sebenarnya aku mau nyusul Senja bareng Kak Seonghwa, tapi di rumah lagi ada masalah.

"Selena, ayo makan malem," ajak ibu yang muncul di balik pintu kamar.

"Iya, bu," aku turun dari ranjang dan menyusul ibu.

Aku duduk di sebelah Kak Seonghwa yang berhadapan dengan ayah. Suasana meja makan agak berbeda dari biasanya. Tidak satupun yang berniat memulai percakapan. Aku kurang nyaman dengan situasi ini.

"Emm.."

"Kenapa Selena?" ayah bertanya.

"Gak tau," ucapku sambil menyengir. Kak Seonghwa mencubit pipiku gemas.

"Napa kak?" aku menoleh padanya.

"Kamu gemesin," katanya sambil meletakkan lagi sendoknya dan mencubitku.

gadis yang merindukan cahaya rembulan Where stories live. Discover now