12. Pulang

132 30 0
                                    

"Sel, mau pulang?" tawar Kak Seonghwa.

Kami sudah hampir 1 jam berada di bangku, melihat orang-orang ramai berlalu-lalang. Kami sudah menghabiskan Bungeoppang, makanan yang berbentuk ikan biasanya berisi kacang merah manis atau krim susu. Walaupun sekarang memasuki musim panas di Korea, tetap saja saat malam aku kedinginan.

"Bentar lagi," aku menolak ajakkan Kak Seonghwa.

"Okey,"

Besok kami akan kembali ke Indonesia. Rasanya aku belum puas berada di sini. Aku masih mau mengunjungi tempat-tempat keren yang ada di Korea Selatan. Dan juga, aku masih khawatir akan meninggalkan tante Hyerin di sini.

"Kak, kalau kita pulang, tante Hyerin gimana?" tanyaku.

"Kan ada suaminya," jawab Kak Seonghwa.

"Tapi...," aku menggantungkan kalimatku.

"Tapi kenapa?" Kak Seonghwa bertanya sambil menolehkan kepalanya padaku.

"Suaminya kejam," tuturku.

"Hush, ga boleh ngomong gitu. Emang kamu udah pernah ketemu sama suaminya?" kata Kak Seonghwa.

"Enggak pernah, sih. Tapi aku bener, kan?" ujarku sambil balas menatapnya.

"Memang, sih. Tapi kita harus pulang," kata Kak Seonghwa, "kamu harus sekolah,"

"Kan, masih lama liburnya," kataku sedikit merengek.

"Kenapa kamu khawatir banget sama tante Hyerin?" aku diam karena pertanyaan dari Kak Seonghwa.

Aku bukan siapa-siapanya. Aku baru kenal dengannya 2 hari yang lalu. Aku juga baru mengenali Chaewon, anaknya. Tiba-tiba air mataku mengalir di pipi. Kenapa aku mengingat Chaewon?

Chaewon, teman baruku. Dia seperti sebuah potongan lirik lagu. Ia terlalu indah untuk dilupakan, dan terlalu sedih untuk ku kenang.

Aku belum memberi tahu Senja tentang Chaewon. Mungkin nanti, saat kami sudah bertemu. Aku tidak mau menangis di depan HP karena berbincang dengan Senja melalui ponsel. Aku akan menceritakan langsung kepadanya saat bertemu nanti. Aku juga tidak mau mengganggunya sekarang, yang mungkin sedang menikmati liburan.

"Sel, kamu belum jawab pertanyaan kakak," suara Kak Seonghwa menyadarkan aku dari lamunanku.

"Aku nggak tau, kak. Aku kayak ngerasa tante Hyerin itu..," aku kembali menggantungkan kalimatku.

"Apa?" tanya Kak Seonghwa.

"Aku ngerasa kalau beliau adalah seseorang," jawabku dengan suara pelan.

"Seseorang? Maksudnya?" Kak Seonghwa semakin penasaran.

"Aku gak tau gimana jelasinnya. Tante Hyerin kayak udah kasih sesuatu di keluarga kita, tapi aku gak tau itu apa," aku melanjutkan jawabanku dengan kepala yang menunduk.

Kak Seonghwa diam. Ia menghela nafas pelan. Aku menoleh. Wajahnya menunjukkan kesedihan.

"Kakak kenapa?" aku bertanya sambil memegang tangannya. Kemudian aku mengusap punggung tangannya. Seakan menenangkan Kak Seonghwa.

gadis yang merindukan cahaya rembulan Where stories live. Discover now