Chapter 1 : Behind the Fire

26 1 4
                                    

Januari 2021

"Hiduplah untukku. Kumohon," kataku, menyampaikan permohonan terakhirku pada Axel.

Sesaat, dia terdiam. Aku juga tidak mengatakan apapun, karena aku ingin sekali untuk menikmati saat yang mungkin jadi momen terakhir aku bisa bertemu dengan Axel. Tepatnya, aku tidak bisa mengatakan apapun. Aku tidak akan sanggup untuk mengatakan lebih dari itu, tanpa membuat diriku sendiri menangis. Pada akhirnya, Axel mengangguk, kemudian dia langsung mengikuti Hendra, untuk segera pergi dari sini.

Hendra memerintahkan Axel untuk berpegangan padanya, dan mereka langsung berlari menuju ke satu celah. Hendra menarik tali yang tadi membantunya masuk, dan dia mulai berayun ke gedung yang ada di sebelah markas Le Masquerade. Tak lama kemudian, mereka sudah menghilang di balik kepulan asap.

Aku bernapas lega. Akhirnya Axel bisa keluar dari sini dengan selamat. Tujuanku kemari untuk menyelamatkan Axel sudah terpenuhi, dan bersama Hendra tentunya dia akan aman. Sekarang, tidak ada lagi yang perlu aku khawatirkan. Kemudian, bisa kudengar suara Brian dari earbud.

"Rupanya kau benar - benar melakukannya ya?" tanya Brian.

"Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan," jawabku.

"Kalau memang itu maumu, baiklah ...."

Aku tersenyum. Bisa kulihat jalan keluar mulai tertutup, dan asap semakin tebal. Kelihatannya tidak ada cara untuk aku bisa keluar dari sini dengan selamat. Bukan sesuatu yang kupedulikan sebenarnya. Walau begitu, sebenarnya aku sudah punya rencana. Satu rencana yang tadi sudah kubicarakan dengan Brian.

"Tentu, Brian. Karena Hendra sudah membawa Axel pergi, kau bisa kemari dan tolong aku. Ada reruntuhan yang menindih kakiku, dan aku tidak bisa bergerak. Atau siapapun yang bisa mendengarkan juga boleh, kalau kalian sempat," kataku.

"Masih ada beberapa bandit yang harus di kalahkan. Bersabarlah, Sherry. Bantuan pasti akan datang," ujar David.

"Yah, aku bilang kan kalau kalian masih sempat. Kalau tidak, jangan pikirkan soal aku. Setidaknya aku sudah berhasil menyelesaikan misiku. Selain itu aku juga sudah menyelamatkan Axel."

"On my way, Sherina," sahut Brian.

"Kalau tidak sempat tidak apa kok, Bri. Jangan cemaskan keadaanku. Aku sudah cukup puas karena sudah bisa membalas apa yang di perbuat Kyle padaku dan juga kakakku. Setidaknya aku juga tahu kalau Heinrich tidak mati di tangan Kyle. Semuanya sudah cukup untukku. Jadi kalau harus aku mati sekarang, maka aku mati dengan bahagia. Karena aku akan bisa bertemu dengan kakakku segera."

"Oh fockin' come on! Don't ye give up like that! Ye still have Toby before this masked shite finished! This is not quite finished yet, and ye fockin' know it! Cheer up a bit, will ye? I almost there!"

Aku terkekeh. Brian memang selalu bisa menghibur rekan - rekannya, bahkan di saat seperti ini sekalipun. Aku memang sudah memiliki rencana untuk bisa menyelamatkan diriku, tetapi bangunan bobrok ini berguncang semakin kuat, dan tubuhku tidak bisa menahan banyaknya asap yang masuk ke dalam sistem tubuhku. Sepertinya aku tidak akan bisa selamat.

Hingga akhirnya bisa kurasakan diriku mulai melemas, dan sepertinya aku akan jatuh ke dalam tidur yang panjang. Aku bisa melihat sebuah bayangan ada di depanku, yang kurasa adalah tanda bahwa aku akan segera mati. Tetapi, sebuah sentuhan di kakiku menyadarkanku. Mataku terasa berat, walau begitu aku bisa rasakan kalau beban di atas kakiku kini terangkat.

"Don't ye fockin' die on me like that, Sherina. Not like this. Don't ye fockin" dare," kata Brian.

Aku terbatuk, berusaha untuk mengeluarkan asap yang berada di dalam tubuhku. Mataku terbuka sedikit, dan bisa kulihat Brian berada di dekatku dan menjauhkan berbagai material yang menindih kakiku. Aku tersenyum. Rupanya aku masih sempat untuk melakukan rencana terakhirku yang agak berbahaya ini. Sepertinya keberuntungan berada di sisiku, dengan adanya Brian sebagai penolongku.

MasqueradeWhere stories live. Discover now