Chapter 8 : Friend for Party

6 1 2
                                    

Setelah aku selesai makan siang dengan Dion, hariku kembali berlanjut sebagaimana biasanya. Aku menjaga butik dan melayani beberapa pelanggan yang datang ke toko, hingga akhirnya waktu menunjukkan jam 4 sore. Saat aku melirik jam tanganku, lonceng yang terletak di atas pintu masuk berbunyi, menandakan seseorang masuk ke dalam butik. Ketika aku mendongakkan kepalaku, aku bisa melihat seseorang yang sangat familiar, dengan sebuah senyuman menghias wajahnya.

Pada awalnya, sebuah pertanyaan muncul di kepalaku akan kenapa Garen bisa ada di butik padahal aku tidak punya janji dengannya. Hingga akhirnya aku teringat kalau hari ini dia ada janji untuk mengepas jas yang sudah dia pesan. Memori akan hal itu membuatku langsung saja menghampirinya.

"Ah, halo Sherry! Bagaimana keadaanmu?" tanya Garen.

"Baik, kurasa. Jadi, sudah siap untuk mengepas jasmu?" tanyaku.

"Tentu saja! Aku tidak sabar untuk melihatnya!"

Aku mengangguk. Bisa kulihat Noah dan Charlotte tengah mencuri pandang ke arah kami berdua dengan sebuah senyuman yang mencurigakan. Aku sudah terbiasa dengan pandangan mereka berdua, tetapi ketika aku melirik ke arah lain, bisa kulihat kalau Dion juga melirik ke arah Garen.

Bukan hal yang aneh, karena Dion biasa melakukannya setiap kali Garen kemari. Tetapi kali ini pandangannya berbeda. Biasanya, Dion akan menatap Garen dengan tajam. Kali ini, dia hanya memandang Garen dengan tatapan biasa, lalu melirikku. Aku sempat beradu pandang dengannya sekejap, kemudian semuanya kembali sebagaimana normalnya.

Kuharap Dion memahami sepenuhnya pembicaraan yang terjadi antara kami berdua tadi siang. Kadang, walau Dion berkata bahwa dia akan mencoba untuk mengerti akan hubunganku dengan laki - laki lainnya, tetapi bisa saja dia kembali lagi melakukan keisengannya. Semoga saja kali ini dia tidak melakukannya, karena aku tidak ingin kalau sampai Garen dan Dion berkelahi atau apalah.

Setelah sesi tatapan tadi, aku mengantarkan Garen menuju ke bagian belakang butik. Ibuku berada di sana, tengah memeriksa beberapa pakaian yang sudah diselesaikan oleh para penjahit di hari sebelumnya.

Ibuku dan Garen mengobrol sejenak, sebelum akhirnya kami beralih pada sesi pengepasan jas. Jasnya sudah cukup pas dengan tubuh Garen, hanya saja masih ada beberapa hal yang butuh disesuaikan untuk sentuhan akhirnya. Warna keperakan yang gelap sesuai sekali dengan karakter Garen, membuatku tidak bisa menahan diriku untuk memandangi Garen dari atas ke bawah.

"Bagaimana Sherry? Apa kelihatan bagus?" tanya Garen, lalu berputar di hadapanku.

"Ya, cocok sekali denganmu. Aku ... entahlah, aku tidak tau harus bilang apa. Tapi kau terlihat sangat memikat dengan jas itu," jawabku.

"Wah, terima kasih! Aku rasa ini akan jadi salah satu jas favoritku. Semuanya terlihat keren sampai sejauh ini."

Pengepasannya berjalan sebagaimana pada umumnya. Sedikit koreksi, beberapa pembicaraan yang biasa saja, hingga akhirnya semuanya selesai. Pas sekali, ketika Garen selesai dengan pengepasannya juga beretepatan dengan saatnya butik untuk tutup. Kukira dia akan pergi, tetapi ketika ada di depan konter, dia memandangku dan Ibu yang ada di sebelahku secara bergantian.

"Uh, Madame Louvre, apa boleh kalau hari ini Sherry tidak ikut beres - beres butik? Aku ingin mengajaknya jalan - jalan," kata Garen.

Aku mengerutkan alis, lalu melirik Garen yang memberikanku sebuah senyuman. Dari sudut mataku, aku bisa melihat ibuku tersenyum, walau di wajahnya tergambar sebuah ekspresi penasaran.

"Huh? Sherry tidak bilang kalau hari ini kalian ada janji. Memangnya kamu mau mengajak Sherry ke mana?" tanya Ibu.

"Eh, aku cuma ingin berjalan - jalan di kota sedikit, karena ada beberapa hal yang menggangguku akhir - akhir ini. Jadi, aku hanya ingin sedikit bercerita pada Sherry, sambil menikmati suasana kota di sore hari. Boleh kan? Aku akan antarkan Sherry pulang setelah jam makan malam."

MasqueradeWhere stories live. Discover now