Chapter 7 : Jealousy vs Strategy

8 1 0
                                    

Entah bagaimana caranya, dua minggu bisa berlalu begitu saja dengan sangat cepat. Mungkin tidak banyak yang terjadi pada kehidupanku yang "membosankan" ini, selain fakta bahwa kabar soal pestanya Toby sepertinya sudah menyebar ke seisi Paris. Selain itu, aku hanya menjalani keseharianku dalam rutinitas bekerja di butik.

Tidak mengejutkan kalau kabar soal pesta itu sudah menyebar, karena memang selain karena reputasinya, Toby juga di kenal oleh kalangan atas di Paris karena pesta - pesta yang dia selenggarakan. Tetapi, kali ini bukan hanya para kalangan atas yang membicarakannya. Aku terkadang juga mendengarkan pembicaraan soal ini dari beberapa penduduk kota yang lainnya.

Tidak hanya di kota Paris, kabar ini juga sudah menyebar di antara teman - temanku yang sesama agen. Bahkan Monsieur Justine yang sebenarnya tengah fokus pada satu misi lain yang tengah di hadapinya juga mencoba untuk mengumpulkan beberapa informasi yang bisa di dapatkannya dari kalangan atas untuk membantu kami dalam mencari tahu akan detil pesta itu. Tidak banyak yang bisa dia dapatkan, selain fakta bahwa pesta ini akan jadi sangat besar dan mengundang banyak sekali orang penting, yang daftarnya tidak bisa di sebutkan satu per satu.

Meski informasi soal pesta ini sudah mulai tersebar, kami belum punya rencana yang bisa digunakan sampat saat ini, mengingat akan minimnya data yang kami miliki. Halangan utamanya adalah, kami belum mengetahui di mana pesta itu akan diselenggarakan. Kalau memang kami akhirnya bisa mengetahui di mana pesta itu akan di selenggarakan, cara terakhir yang kami miliki untuk masuk ke dalamnya adalah dengan menyelinap, seperti yang sudah sering terjadi sebelumnya. Mungkin kalau sudah seminggu sebelum pestanya, kami akan membahas rencana apa yang bisa kami gunakan.

Kemudian, selama dua minggu ini hubunganku dengan Garen berjalan dengan cukup baik. Dia sudah beberapa kali mengajakku untuk makan siang bersama di beberapa tempat menarik di sekitar tempat kerjaku. Aku sendiri tidak berusaha untuk menyinggung apapun soal pesta itu, karena sejak awal aku tidak berniat seperti itu. Jadi, hubungan kami berkembang seperti bagaimana normalnya.

Aku dan Garen mulai mengetahui satu sama lainnya dengan lebih baik. Mulai dari kesukaan, hobi, dan beberapa hal kecil lainnya. Tapi, tidak ada sesuatu yang spesial di antara aku dan Garen. Dia tidak pernah menyentuhku, begitu pula sebaiknya. Tetapi aku menyukai pertemanan yang terjalin di antara kami berdua. Jarang sekali aku bisa merasa senyaman ini dengan orang lain, apalagi dalam waktu singkat seperti ini.

Hanya itu saja yang terjadi di antara kami. Aku tidak kaget karena Garen tidak tahu banyak soal pesta yang di adakan Toby, seperti kebanyakan orang lainnya yang kadang aku curi dengar di butik. Sebelum pesta, biasanya tidak akan ada banyak hal yang bisa diketahui, tapi biasanya akan ada banyak cerita yang menarik akan terdengar setelah pesta selesai. Aku juga tidak membahas banyak soal pekerjaan Garen, karena Garen sudah terlalu sering membahasnya dengan orang lain dan menurutnya itu akan sangat membosankan.

Kalau boleh jujur, itu bisa dibilang adil. Karena aku sendiri juga tidak menceritakan apapun soal pekerjaanku yang sebenarnya. Jadi, aku hanya menikmati bagaimana pertemananku dengan Garen berkembang. Sesuai penilaian awalku, Garen memang pria yang baik. Dia tidak berlebihan, dan juga teman mengobrol yang menyenangkan.

Semuanya berjalan baik - baik saja antara aku dan Garen. Yah, walau kadang teman - temanku di butik selalu berusaha menggoda soal Garen. Terutama karena Garen beberapa kali mampir ke butik dan mengajakku pergi bersamanya. Mereka tentunya mengira kalau kami punya hubungan tertentu, tapi aku selalu berusaha untuk menangkisnya. Karena memang tidak ada apapun di antara aku dan Garen.

Ibuku sendiri, beliau senang karena aku bisa berteman dengan Garen. Kuakui, beliau tidak melebih - lebihkan saat mengatakan bahwa Garen akan jadi anak yang sama menyenangkan seperti ayahnya. Aku sendiri sudah pernah melihat Monsieur Geoffani, ayahnya Garen, yang beberapa kali datang ke rumah atau mengajak ibuku untuk pergi makan malam bersama. Monsieur Geoffani rupanya juga salah satu teman ayahku, yang ketika ayahku pergi untuk tugasnya, dia masih dekat dengan ibuku. Ini berarti kalau kedua orang tuaku sudah mengenal keluarga Garen sejak lama. Kalau mau aku akui, setelah kuingat lagi, Garen dan ayahnya terlihat tidak asing bagiku, dan mungkin berada dalam beberapa potongan masa laluku. Jadi, aku tidak kaget kalau mereka mengatakan bahwa aku pernah bertemu sebelumnya dengan mereka saat aku masih kecil.

MasqueradeWhere stories live. Discover now