Bab 7 Taruhan

13 7 0
                                    

"Oh ya?",
" Iya, terus Devan itu orangnya baik, dan beda banget sama  yang gue denger dari orang", ketika Raira dan Diana sedang asyik bicara tiba - tiba saja Devan datang dan langsung duduk di tengah - tengah antara Raira dan Diana, seketika Raira dan Diana pun terkejut.

"Hai manis, lagi ngomongin gue ya?", tanya Devan sambil menggoda Raira, seketika pipi Raira pun memerah.

" Devan, apaan sih",
"Ih, kamu manis banget sih, aku tambah tergoda loh", ( gombal Devan ), seketika jantung Raira berhenti berdetak.

sedangkan Diana yang melihat Devan  menggoda Raira pun langsung merasa  tidak ingin  mengganggu dan memutuskan untuk pergi, "Ra gue ke kelas duluan ya",
" Eh, Di tungguin gue, saat Raira ingin bangun dari duduknya dengan cepat Devan menarik tangan kanan Raira untuk kembali duduk.

"Eh mau kemana?", udah duduk aja yang diam!", dengan gugup Raira menjawab perintah dari Devan, " Ta...., ta...., tapi Dev gue harus masuk kelas", sambil tersenyum manis Devan menjawab pengakuan dari Raira, "Kan belum lonceng masuk kelas, jadi makan bareng gue aja ya manis!", dengan pasra Raira tersenyum pada Devan dan dengan senang Devan membalas senyuman Raira, saat itu juga semua siswa yang berada di kantin menatap Raira dan Devan, terlebih bagi siswa Cewek yang melihat kemesraan Devan dan Raira pun menjadi geram dan jengkel pada Raira.

" Lo jahat banget deh Di ninggalin gue sama Devan",
"Ya habisnya kalian berdua mesra banget sih, jadi gue gak mau mengganggu",
" Ih lo apaan sih",
"Oh ya lo gak pulang bareng sama Devan?",
" Enggak, soalnya tadi dia udah pulang bareng sama keempat sahabatnya",
"Tu kan apa gue bilang Devan itu suka sama lo",
" Ih, lo ngaco", karena tidak mau mendengarkan omongan dari Diana akhirnya Raira pun meninggalkan Diana, "Eh Ra tunggu dong!", Diana pun berusaha mengejar Raira.

" Hah....,  Raira menghembuskan nafasnya dengan perlahan, dan tanpa alasan tiba - tiba saja Raira membayangkan wajah senyuman Devan, seketika Raira terkejut dan dengan cepat Raira menggelengkan kepalanya untuk berusaha menghilangkan Devan dari pikirannya.

"Aduh gue udah gila ya, masa iya gue jatuh cinta sama Devan", saat Raira sedang berdebat dengan hati kecilnya tiba - tiba saja bel pintu rumahnya berbunyi.

TING...., TONG...., " Hah, siapa tu, kok tumben malam begini ada yang bertamu di rumah gue", dengan cepat Raira melompat turun dari tempat tidurnya dan menuruni tangga rumahnya dan menuju ke ruang tamu untuk membukakan pintu.

Saat Raira membuka pintu dan menolehkan kepalanya keluar untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya pada malam hari begini, namun beta terkejutnya Raira saat tahu yang bertamu di rumahnya adalah Devan, dengan perlahan Raira mundur ke belakang.

"De...., Devan lo ngapain malam begini ke rumah gue?",
" Gak usah terkejut manis, kedatangan gue kesini cuma mau ngajak lo jalan", seketika Raira pun terkejut saat mendengar jawaban dari Devan.

"Tapi Dev ini udah malam, emangnya lo mau ajak gue kemana?", sambil tersenyum Devan memegang kedua pundak Raira.

" Itu gak penting gue mau ajak lo kemana yang penting sekarang lo ganti baju!", Devan pun membalikkan tubuh Raira dan mendorongnya untuk segera menggati bajunya, Raira yang melihat sikap Devan pun langsung menatapnya, sedangkan Devan hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya agar Raira lekas menggati bajunya, Raira pun berbalik dan menuju kamarnya agar segera menggati baju.

Setelah beberapa jam menunggu akhirnya Raira pun datang.

"Ayo Dev berangkat!", Devan pun berbalik melihat Raira dan beta terpikatnya Devan saat melihat kecantikan Raira apalagi di tambah Raira mengenakan baju kaos berwarna putih polos, celana panjang ripped, sepatu sneakers berwarna putih, dan di tambah lagi dengan aksesoris anting dan tas selempang yang menambah kesan nakal pada Raira.

" Wau....,  lo cantik banget", seketika pipi Raira pun memerah, namun karena tidak mau Devan mengetahui bahwa ia malu akhirnya Raira pun mengajak Devan untuk segera pergi.

"Ayo berangkat!", sambil tersenyum Devan pun berjalan bersama Raira keluar rumah.

Dengan cepat Devan membawa motornya menjauh dari rumah Raira.

Motor Devan pun berhenti di sebuah arena balap motor, Raira yang menyadari hal itu pun langsung bertanya pada Devan.

" Dev kok kita ke sini sih?",
"Iya soalnya gue bakal buat lo merasakan keseruan balap motor", seketika Raira pun terkejut.

" Apa", Devan pun hanya tersenyum manis saat melihat ekspresi wajah Raira , tiba - tiba dari kejauhan datanglah seorang cowok menghampiri Devan.

"Hai Dev", Devan pun hanya menatap cowok itu sambil menjawab sapaan dari cowok tersebut.

" Hai",
"Gimana udah siap buat balapan motornya?", sambil tersenyum Devan menjawab pertanyaan cowok tersebut.

" Gue udah siap",
"Ok kalo gitu kita tinggal nentuin hadiahnya", seketika cowok tersebut menatap Raira.

" Gimana kalo gue menang cewek yang lo bonceng ini bakal jadi milik gue", seketika Raira yang mendengar pernyataan dari cowok tersebut pun langsung menatapnya dengan penuh amarah, sedangkan Devan pun hanya tersenyum sinis pada cowok tersebut.

"Tapi kayaknya lo gak bakal menang dari gue", seketika muka cowok tersebut pun menjadi jengkel saat mendengar pernyataan dari Devan.

Dengan kesal cowok itu pun menaiki motornya dan mulai bersiap - siap untuk balapan dengan Devan.

" Ra?",
"Iya Dev, ada apa?",
" Lo meluk pinggang gue yang erat ya, soalnya gue bakal ngebut!",
"Iya", Raira pun melingkarkan kedua tangannya dengat erat di pinggang Devan.

Dalam hitungan 1...., 2...., 3...., Devan dan cowok tersebut pun melajukan motornya.

Devan dan cowok itu pun berusaha menjadi orang nomor satu yang bakal sampai di garis finis, sedangkan Raira dengan perlahan membuka matanya dan melihat Devan yang sedang berusaha melajukan motornya, bukan hanya itu tapi juga Raira melihat saat perbelokan di tikungan lutut Devan pun hampir akan mengenai aspal, karena Raira tidak tahu harus menyemangati Devan dengan cara apa lagi akhirnya Raira dengan perlahan mengangkat kedua tangannya keatas sambil berteriak sekencang mungkin, "WUHUUUU...., Devan pun menambahkan kecepatan motornya dan saat Raira sadar bahwa Devan mennambahkan kecepatan motornya akhirnya Raira pun segera memeluk dengan erat pinggang Devan, dan saat itu juga cowok yang berada di sebelah mereka ingin menendang motor Devan agar terjatuh, namun syukurnya Devan dapat menyilit, karena jengkel Raira pun membalas perlakuan cowok tersebut dan akhirnya motor cowok tersebut oleng sebelum akhirnya terjatuh ke aspal, Raira yang melihat hal itu pun langsung menoleh ke belakang sambil mengejek cowok tersebut barulah setelah itu Raira kembali menghadap ke depan.

Dan pemenang pembalap tersebut adalah Devan, seketika semua orang yang di arena balapan pun memberikan sorak sorai yang meriah dan keempat sahabat Devan pun datang.

" Wis bro menang terus"( puji Andri )
"Eh Raira lo ikut juga ?"( tanya Maikel ), seketika Raira tersenyum manis pada Maikel sambil menjawab pertanyaan dari Maikel.

" Iya",
"Wah, kalo gitu lo termasuk geng kita dong, tos dulu", Aldi menyodorkan kepalan tangannya pada Raira dan dengan senang hati Raira menyambut kepalan tangan dari Aldi.

" Wis mantap",
"Udah dulu ya, kalian berempat tunggu gue di Club nanti gue nyusul, soalnya gue harus antar Raira pulang dulu",
" Ok siap" ( jawab Riko ), seketika keempat cowok tersebut pun melajukan motor mereka menuju ke Club, sedangkan Devan melajukan motornya menuju ke rumah Raira.

Sesampainya di rumah Raira.

Raira pun turun dari motor Devan sambil tersenyum.

"Makasih ya Dev udah buat gue senang malam ini", Devan pun tersenyum pada Raira, " Iya sama - sama, ya udah masuk sana", Raira pun berbalik untuk masuk ke rumahnya, namun saat itu juga Devan menarik tangan Raira dan membalikan tubuh Raira, dan dengan cepat Devan mencium kening Raira, seketika Raira pun terkejut.

setelah selesai mencium kening Raira akhirnya Devan pun kembali menaiki motornya dan menunggu Raira masuk ke dalam rumah.

Dan dengan cepat Raira berlari masuk ke dalam rumahnya, dan setelah itu barulah Devan bisa beranjak pergi dari rumah Raira, namun entah mengapa jantung Raira terus berdetak kecang apalagi saat Devan mencium keningnya.

I Turned TalkativeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang