Bab 11 Tawuran

6 6 0
                                    

Kini Raira Sudah tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Aduh apaan sih Dev dari tadi yolek lengan gue?", dengan ekspresi seperti anak kecil Devan menatap Raira.

" La, sebental kita jalan yuk", Raira yang melihat sikap Devan pun menjadi gemas.

"Ih, lo ini kenapa sih Dev?", Diana yang melihat Raira dan Devan pun hanya bisa tersenyum.

" Ih, La mah gitu gak pernah peka",
"Ye, justru gue yang ngomong gitu bambang", seketika Raira berdiri dari duduknya.

" La mau kemana?",
"Mau ke rooftop",
" Itut",
"Gak boleh ya!",
" Hah, itut pokoknya", Devan pun bangun dari duduknya dan langsung menggandeng tangan Raira seperti anak kecil.

"Ya ampun Dev jangan gitu, malu di lihatin sama yang lain!",
" Gak peduli", dengan wajah yang malu Raira berjalan keluar dari kantin.

"Ya ampun ternyata ketua manja juga ya", ( kata Andri )
" Lo baru tahu", ( kata Maikel ).

Kini Raira tahu sifat Devan Juga sangat manja, namun dari sifat Devan yang seperti itu membuat Raira tambah
sayang kepadanya.

"Ra, mana tangan lo?",
"Kenapa?",
" Udah mana tangan lo, cepat!", Raira pun memberikan tangan kanannya, dan saat itu juga Devan memakaikan cincin di jari manis Raira, seketika Raira terkejut.

"Dev ini?",
" Jaga baik - baik cincin ini, dan di cincin itu ada ukiran nama gue, itu supaya lo bisa selalu ingat gue, dan gue juga memakai cincin yang sama dan ada ukiran nama lo", Devan pun menunjukan jari manisnya pada Raira sebagai bukti, seketika Raira tersenyum manis pada Devan dan langsung memeluk Devan dengan erat begitu juga Devan membalas pelukan Raira, dan untuk sekian kalinya Raira merasa akan kehilangan Devan.

Angin berhembus dengan perlahan yang menambah ketenangan dia antara Raira dan Devan.

"Ra?",
" Iya, ada apa Di?", Diana berusaha mengatur nafasnya yang masih tersenggal - senggal.

"Ada apa Di, lo kok kayak lagi di kejar setan aja",
" Ini bukan di kejar setan, tapi di depan sekolah ada satu gerombolan geng motor yang datang untuk tawuran sama gengnya Devan", seketika Raira terkejut saat mendengar pernyataan dari Diana.

"Apa, terus mereka sekarang dimana?",
" Mereka sekarang lagi di depan gerbang sekolah",
"Ya udah Di sekarang lo antar gue kesana!", Raira dan Diana menuju ke depan gerbang sekolah.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Raira melihat Devan yang sedang berkelahi.

" Dev?",
"Eh, Ra lo mau kemana?",
" Ya mau ke Devan lah",
"Eh, lo jangan gila, lo gak lihat Devan lagi berkelahi nanti kalo lo di sana bisa - bisa lo bakal kena pukul sama musuhnya Devan",
" Tapi", saat Raira dan Diana sedang berbicara tiba - tiba saja Maikel datang.

"Ra, ayo ikut gue!",
" Maikel, tapi",
"Lo gak usah kawatir sama Devan karena dia udah terbiasa berkelahi satu lawan 10 atau 20 orang sekali pun dan lagian teman - teman yang lain juga lagi bantuin dia, dan ini perintah dari Devan supaya lo bisa pulang dengan selamat", dengan pasra Raira mengikuti Maikel, Maikel pun menunjukan arah jalan keluar dari sekolah.

" Oke, sekarang kalian cepat pergi!",
"Makasih ya Maikel",
" Iya sama - sama", Raira dan Diana pun segera pergi.

Sejak tadi Raira mondar mandir seperti sedang mengawatirkan seseorang.

"Aduh gimana keadaan Devan ya?, gue takut dia kenapa - kenapa", tiba - tiba saja bel pintu Raira berbunyi ting - tong, Raira segera menuju ruang tamu.

" Iya sebentar!",
"Hai Ra",
" Devan, lo gak papa kan?", Raira sambil membolak balikkan badan Devan, dengan tersenyum Devan menjawab,

"Iya gue gak papa kok", dengan segera Raira memeluk erat tubuh Devan.

" Gue kawatir sama lo Dev", dengan lembut Devan mengelus rambut Raira.

"Iya manis sekarang kamu gak usah Kawatir soalnya gue baik - baik aja",
" Dev?",
"Hm...",
" Ngomong - ngomong lo ngapain ke rumah gue?",
"Gue cuma mau cek keadaan lo doang kok",
" Oh gitu",
"Ra, udah dong peluknya!",
" Mmmm...., gak mau",
"Ya ampun manja banget sih",
"Gak mau pokoknya",
" Iya, terserah deh", dengan penuh kasih sayang Devan memeluk Raira dalam dekapannya.

I Turned TalkativeWhere stories live. Discover now