Bab 10 Pertama Kali Lihat Kemarahan Devan

6 6 0
                                    

"Ra, kok gue lihat lo sama Devan makin dekat aja ya",
" Hah, bukan gue yang makin dekat sama Devan, tapi dia yang makin dekat sama gue",
"Ya elah sama aja kali",
" Ya gak sama lah Di", karena kesal Diana menonyor kepala Raira.

"Aduh apaan sih Di",
" Hah susah ngomong sama orang bego kayak lo", saat Raira dan Diana sedang asyik mengobrol tiba - tiba saja Devan datang dan menarik tangan Raira.

"Eh apa - apaan nih?", Devan menoleh ke arah Raira.

" Syuttttt....., Devan memberi tanda agar Raira diam.

"Tenang manis gak usah panik!",
" Hah De....., Devan", sambil tersenyum manis Devan terus membawa Raira pergi, dan ternyata Devan membawa Raira ke rooftop.

"Dev ngapain kita ke rooftop?",
" Udah diam aja, mendingin kita berdua di sini aja oke?", Raira hanya terdiam melihat sikap Devan padanya.

"Hah segar banget deh, oh iya Ra kalo lo lagi bete atau lo rasa kesepian lo datang aja ke rooftop ini, karena lo bakal rasain kehadiran gue disini walaupun gue gak ada bersama lo", entah mengapa Raira merasa bahwa ia akan kehilangan Devan, tapi Raira menganggap itu cuma perasaannya saja.

Kini Raira dapat mengagumi ketampanan Devan apalagi saat angin menerpa wajahnya dan rambutnya menjadi berantakan, seketika Devan menatap Raira, Raira yang tadinya sedang fokus memerhatikan wajah Devan pun langsung menjadi salah tingkah.

" Eh, ah gue harus masuk kelas Dev",
" Ra?", seketika Raira berbalik menatap Devan.

"Iya, ada apa Dev?",
" Entar malam lo mau gak bareng gue ke club?", Raira pun terkejut saat mendengar ajakan dari Devan.

"Mmmmm...., boleh deh",
" Beneran?",
"Iya, tapi gue emang belum pernah sih ke sana",
" Gak papa kan ada gue sama teman - teman gue, jadi lo gak bakal di ganggu",
"Oke, ya udah gue masuk kelas dulu ya",
" Iya", Raira pun menurunih anak tangga dan segera menuju kelasnya.

Kini Raira sedang melihat penampilannya di kaca.

"Kayaknya udah oke nih", Raira benar - benar tampil cantik dengan menggunakan baju kaos lengan pendek berwarna hitam, celana panjang ripped, sepatu sneakers berwarna pink putih, di tambah anting dan rambut yang di biarkan tergerai, menambah kecantikan alami Raira tanpa makeup.

Seketika terdengar bel rumah Raira berbunyi, Ting...., Tong...., Raira segera turun ke lantai satu dan segera membuka pintu.

" Wah, cantik banget deh", Raira pun tersipu malu, karena tidak mau membuang waktu akhirnya Raira dan Devan segera menuju club.

Sesampai di club

Musik keras dan keramaian menyambut kedatangan Raira dan Devan.

"Ra",
" Iya Dev",
"Kita kesana, soalnya teman - teman gue ada di sana", Devan sambil menunjuk di sebuah meja bundar yang sedang di duduki oleh empat orang cowok, dengan segera Raira dan Devan menuju ke meja tersebut.

" Wis, ada yang bawa cewek nih", ( rayu Andri ), Devan hanya tersenyum.

"Ya udah duduk dulu Ra!", ( kata Maikel dengan sopan ), Raira pun duduk di samping Devan.

" Ra lo biasa minum?", ( tanya Aldi )
"Enggak, jadi biar gue minum yang gak beralkohol aja.
" Oke", Devan dan kawan - kawannya mulai minum, sedangkan Raira hanya melihat Devan dan kawan - kawannya saja, tapi entah mengapa Raira merasa senang karena Devan dan kawan - kawannya sangat asyik.

"Maikel?",
" Iya, ada apa Ra?",
"Toilet dimana ya?",
" Oh, lo lurus aja dari sini terus lo belok kiri",
"Thanks ya Maikel",
" Eh, tunggu lo mau gue antar?",
"Gak usah, biar gue sendiri aja",
" Oke, cepatnya!",
"Iya", Raira pun menuju ke toilet.

Tidak berapa lama kemudian

" Ra....,
"Raira lagi ke toilet",
" Apa, siapa yang nemenin dia", ( tanya Devan dengan kahwatir ),
" Tadi gue mau anterin dia, tapi dia bilang biar dia sendiri aja",
"Apa, terus lo biarin dia pergi sendiri?",
" Iya",
"Aduh Maikel, lo seharusnya tahu kalo Raira itu baru pertama kali datang ke club dan lo gak sadar kalo di sini banyak cowok yang kurang ajar", dengan segera Devan bangun dari duduknya.

" Eh Dev lo mau kemana?", ( tanya Riko ),
"Gue mau cari Raira",
" Waduh gawat nih pasti bakal rame apalagi dia lagi mabok", seketika keempat cowok itu pun menyusul Devan.

Devan membuka satu persatu pintu toilet dan dia tidak dapat menemukan Raira, namun Devan mendengar teriakan seorang cewek minta tolong dari sudut toilet, Devan pun menuju ke sedut toilet dan betapa terkejutnya Devan saat melihat Raira sedang berusaha menahan cowok yang sedang ingin memperkosanya, dengan emosi yang meluap Devan menarik belakang baju cowok tersebut.

"Woi lo mau apaain cewek gue brengsek?", tanpa basah basih dan emosi yang tak terkendalikan Devan pun menonjok cowok tersebut hingga tersungkur ke lantai, namun cowok tersebut memberi perlawanan, saat cowok itu hendak memukul Devan dengan cepat Devan menyilit pukulan dari cowok itu dan menendang cowok itu tepat di perutnya, dan tanpa ampun Devan memukul cowok itu dengan membabi buta, Raira yang melihat sikap Devan pun menjadi takut, tak lama kemudian keempat sahabat Devan datang.

" Ra ada apa?", ( tanya Maikel ), namun Raira tidak menjawab pertanyaan dari Maikel dan hanya terus menatap Devan, Maikel pun mencoba menoleh ke arah yang sejak tadi Raira tatap, dan betapa terkejutnya Maikel saat melihat Devan sedang memukul seseorang dengan membabi buta dengan cepat Maikel dan ketiga sahabatnya menahan Devan.

"Stop Dev....., Devan gue bilang stop!", Devan pun berheti memukul cowok tersebut.

" Hah...., dasar brengsek beraninya lo kurang ngajar sama cewek gue", dengan kesal Devan meninggalkan cowok tersebut dengan berlumuran darah, dan pergi bersama Raira.

Raira hanya bisa terdiam apalagi saat ia melihat Devan memukuli cowok tadi, dan Raira baru pertama kali melihat ke marahan Devan.

Seketika Devan berhenti dan berbalik menatap Raira.

"Hah...., lo tahu Ra gue benar - benar suka sama lo", seketika jantung Raira berdetak dengan kencang.

" Lo itu cuma buat gue", lanjut Devan dan tanpa basah basih Devan mencium Raira tepat di bibirnya, seketika Raira terkejut, dan Raira berusaha melepaskan bibir Devan dari bibirnya karena Raira merasah nafasnya mulai tak beraturan, namun semakin Raira berusaha melepaskan bibirnya dari bibir Devan semakin membuat Devan tidak ingin melepaskan ciumannya dari Raira, dan Kini nafas Raira Sudah setengah mati, akhirnya Raira menggigit bibir Devan agar Devan bisa melepas ciumannya, seketika Devan merintih kesakitan.

"Au..., aduh Ra sakit tahu", Raira berusaha mengatur nafasnya.

" Ha...., ha....,ha...., Dev nafas gue hampir abis tahu",
"Hah...., masa sih tapi perasaan gue perlahan aja kok ciumnya",
" Perlahan kepala lo peang",
" Ya udah sekarang lo jawab, lo mau jadi pacar gue apa enggak?", seketika Raira menatap Devan dan dengan malu Raira mengangguk kan kepalanya tanda ia mau jadi pacar Devan, seketika Devan berteriak karena senang.

"Wuhuuuuu...., akhirnya, ya udah kalo gitu kita lanjut yang tadi ya", dengan polos Raira bertanya.

" Lanjut apaan?", dan Devan pun menujuk bibirnya, seketika Raira menjawab.

"Enggak, gak mau",
" Ya, Ra kan gue pingin", seketika Raira berjalan mendekat ke arah Devan dan mencium pipi kanan Devan.

"Udah kan?",
" Cuma itu doang, di bibirnya enggak?",
"Enggak", Raira pun berbalik dan berjalan meninggalkan Devan, sedangkan Devan tersenyum sebelum mengejar Raira.

" Ra tunggu!",
"Makanya jalanya cepat dong!".

I Turned TalkativeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang