ELINAII11

205 21 9
                                    

Kita langsung aja y.

Happy reading💋

***

Sekarang, markas sedang makan makan besar. Markas yang di penuh dengan kotoran. Di kelilingi candaan, tak urung mereka menjahili Elina, dengan sabar Elina mengelus dadanya. Bahkan tak segan segan mereka menyuruh Elina membersihkan bekas makanan mereka, lagi dan lagi Elina hanya mengelus dadanya mendapati anggotanya yang gak ada akhlak. Tapi jika keadaan dalam genting, mereka tak main main. Dengan serius mereka melakukan apa dalam rencana licik Elina.

Kok berani mereka menyuruh Elina? Itu sudah biasa terjadi. Elina juga tak mempersalahkan, itu terserah mereka, yang penting harus tetap menjaga kepercayaan yang di beri oleh Elina. Karna Elina membenci kebohongan. Elina dengan pasrah membersihkan, tapi di bantu oleh anggota markas, termaksud Satria dan Reza. Reza si biang kerok, suka jahilin anggota markas, termasuk Satria dan Elina.

Elina mengusap bulir bulir keringat di pelipisnya. Di ambilnya minuman di kulkas, meneguknya hingga tandas. Elina melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan
tangannya. "Bang, Elin pulang dulu. Entar Elin di cari ama Mommy."

"Mau abang anterin? Atau di anterin bang Reza?" Tanya Satria sembari mengelus rambut Elina.

"Gak ah bang, Elin bawa mobil kok tadi. Yaudah Elin pulang ya. Bye bang Sat, bang Reza, dan semuanya." Ucap Elina, setelah itu Elina melangkah keluar dari markas.

Elina menjalankan mobilnya, melihat penjual eskrim, Elina rasanya ingin memakan. Elina pun turun membeli eskrim.

"Pak, eskrimnya 2." Ucap Elina tersenyum tipis.

Sambil menunggu, Elina duduk di kursi dekat penjual eskrim tersebut. Matanya memandangi pemandangan yang indah. Anak anak yang berlalu lalang, sambil bermain. Tak urung sang orang tua ikut andil dalam permainan tersebut.

"Nihh neng, makasih ya neng."

"Sipp pak."

Elina memakan eskrimnya sambil menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Elina terburu-buru ingin pulang, badannya terasa gerah. Elina memasukkan mobilnya di garasi yang berumah tingkat 2.

Saat hendak melangkah menjauhi mobil, langkah kaki Elina terhenti. Mendengar suara tangisan. Kening Elina mengkerut, mendapati asal tangis dari dalam mobilnya. Dengan perasaan ingin tahu, Elina membuka kembali pintu mobilnya. Matanya melotot tak percaya melihat bayi mungil di depan matanya.

Terpaksa Elina masuk kembali di mobil, sedikit mengintip agar tak ada yang melihatnya bahwa Elina sudah datang sepulang sekolah. Elina dengan hati-hati menggendong bayi berumur sekitaran 3 tahun, matanya menangkap sebuah surat.

"Isyalili Thalita. Umur 3 tahun, tepat besok."

"Berarti lahiran 2017, tepat tanggal 5 oktober." Batin Elina.

Elina mengangguk kepalanya pertanda mengerti, mungkin Elina lagi membeli eskrim, baru bayi itu di masukkan di dalam mobilnya. Elina tersenyum smirk.

Elina berpindah kursi di jok depan, yang tadinya Elina dan Lili berada di jok tengah. Elina juga memindahkan Lili tersebut di jok sampingnya, Lili sedikit menggeliat, mungkin tidurnya di ganggu. Menyalakan kembali mesin mobil lalu keluar dari garasi. Hingga Elina sampai di sebuah mansion besar. Elina pun turun, sambil menggendong Lili.

Elina menekan sidik jari di dekat meja, tepatnya di dalam vas bunga. Sehingga mansion tersebut terbuka lebar. Tertampang jelas, bahwa mansion Elina sangat indah, dan juga bersih. Di bagian dinding nya, terdapat pedang, pistol, pisau, dan juga nama Elina yang di tulis pakai darah hitam.

Elina memasuki kamarnya, menaruh Lili itu di ranjang yang bertema warna merah bercampur hitam. Mata Lili perlahan terbuka. Mata bulat yang bernetra biru laut, hidung yang mancung, dengan bibir yang tipis dan kecil. Oh jangan lupakan alisnya yang tebal. Elina merasa gemas, dengan jahil Elina mencubit hidung mancung bayi itu.

Sedetik Elina terkekeh geli, melihat Lili menangis karna Elina mengganggunya. Hanya sekejap tangisan itu, karna Elina mencumbunya dengan ciuman di pipinya yang chubby.

"Apa Gue harus membuat kamar untuk Lili ya? Ah iya segera ku buatkan."

"Hmm bertema? Ah warna merah hitam aja. Kan bagus." Lanjut Elina.

Elina menepuk jidatnya kuat, sekejap ia meringis pelan. Dengan cepat Elina menelpon anggotanya. "Beli kebutuhan untuk bayi umur 3 tahun, secepatnya!" Tanpa menunggu balasan dari seseorang di sebrang telpon, Elina langsung mematikan.

Memandang Lily dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Isyalili Thalita, hm gue pangil Tata aja, biar beda."


VOTE+SPAM KOMEN NEXT!!

Fllw Ig author:
@dhyynn_ard

SEE YOU NEXT PART!

ELINA [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now