ELINAII17✔

217 13 0
                                    

SIDER= JOMBLO ABADAI✨💫

VOTE+KOMEN= GAK PELIT.

-o0o-

Setelah kejadian di kantin tadi, Elina kini berjalan menuju toilet. Guna membersihkan diri atas kejadian tadi. Mengingat kejadian tadi, Elina jadi misuh-misuh gemas, gemas pengen membunuh maksudnya.

Elina menatap pantulan muka di cermin, merogoh handphone lalu menelpon seseorang. "Baju." Ucap Elina singkat tapi di pahami dari seseorang di sebrang telepon.

Elina bersenandung ria, sambil menunggu seragam baru. Suara pintu toliet yang terbuka membuat Elina menoleh, ternyata anggotanya yang masuk. Elina menggangguk dan mengusir anggotanya, tapi sebelum itu Raiza membungkuk hormat kepada Elina lalu keluar dari toilet.

Sesudah membersihkan diri, Elina pun keluar dari toilet. Langkahnya terhenti oleh suara telepon yang bergetar. Elina pun segera mengangkat saat melihat nama yang tertera 'Pengawal Tata'.

"Kenapa?" Tanya Elina tanpa basa-basi.

"Ma-maaf Angle, nona Lili ping-pingsan akibat pembull--"

Elina langsung mematikan tanpa mendengar lanjutan informasi yang di laporkan oleh pengawal putrinya. Dengan tergesa-gesa Elina ke kelas melewati guru yang sedang mengajar lalu keluar tanpa sepata kata apa pun.

Elina mencengkram kuat-kuat stir mobil yang sedang Elina bawa, memikirkan siapa yang membully putrinya membuat darah Elina naik. Berani-beraninya. Putrinya yang baru berumur 3 tahun di bully, sedangkan Elina tak pernah melakukan kekerasan terhadap Tata-nya. Dan seenaknya mereka mengangkat tangan.

Sesudah sampai di sekolah Lili, Elina segera memakirkan mobilnya. Lalu turun menuju uks, karna Elina yakin putrinya pasti berada di situ. Dobrakan pintu membuat mereka mengalihkan mata kepada Elina yang menendang kuat pintu tanpa sabar. Napas Elina memburu, dadanya naik-turun.

Tatapannya redupnya kembali tajam melihat pipi Tata-nya memerah bekas tamparan. Elina menghampiri Lili, megelus pipi yang merah dan mengecupnya dengan lembut. Elina menarik kursi, menatap guru di hadapannya yang sudah berkeringat dingin.

"J-jadi gini No-nona Elina, Lili di bully oleh Aira dan kami sedang rapat. Maaf kan atas perlakuan Aira dan teman-temannya Nona." Ucap Bu Ana dengan terbata-bata, dan menjelaskan tanpa Elina minta.

Elina yang mendengar itu, terkekeh geli. "Lalu, hanya bisa minta maaf tanpa melakukan apa pun? Bagaimana dengan mental p.u.t.r.i saya?" Ucap Elina dengan menekan kata 'putri', duduk dan menyilangkan kaki di atas kursi tersebut.

"Penyuntikan dana di Tk ini saya cabut, Aira akan di keluarkan. Tidak akan di terima di Tk mana pun. Dan akan jadi--"

"Gelandangan." Lanjut Elina tanpa basa basi. Elina pun menatap putrinya lalu mengangkat dengan hati-hati. Keluar meninggalkan guru yang terdiam mati. Apa jadinya jika nona mereka mencabut dana yang di sekolah ini?

Elina pun segera membawa Lili di rumah sakit. Elina tidak mau kalau Lili ada apa-apa dan Elina tidak mengetahui. Akan gila rasanya jika begitu.

Turunnya Elina dari mobil, Elina langsung saja menggendong membawa di ruangan VIP.

-o0o-

Sepulang sekolah, Dreynan dan kawan-kawannya berniat ke suatu tempat. Pulang di malam hari, suatu kemalasan bagi seorang Dreynan. Bukan karna apa, hanya kalau pulang untuk bertengkar, Dreynan bosan mendengar suara memasuki gendang telinganya yang menurutnya gak bagus di denger.

Dreynan dkk pun turun dari atas motor. Memasuki salah satu tempat di mana Dreynan merasa lega karna beban. Beban yang buruk?

Walaupun Dreynan sudah terbiasa memasuki, tetap saja Dreynan jijik dengan tempat ini. Lampu-lampu yang berdisko, dengan tubuh yang bergoyang kesana-kemari. Meliuk-liukkan badah yang seksi? Menurut Dreynan sih gak seksi sama sekali. Okw kita skip.

Setelah memesan minuman yang berakohol, dan memesan aatu ruangan yang tak boleh di ganggu, Dreynan dkk pun duduk dengan kaki yang tersilang Mengedarkan mata di sekitar.

"Gue mau main dulu. Kalau minuman dah dateng panggil gue." Ujar Rey.

"Eh gue ikut juga."

"Ayoklah gue juga.

Mereka hanya menggangguk, membiarkan Rey, Aldo dan Aldi pergi bermain-main.

Bagaimana es dengan es berada di satu ruangan? Hanya ada suara jangkrik yang terdengar.

Dreynan yang tak ada niat membuka suara, Leo yang sudah memang dingin, dan Daniel yang tidak tau mau membahas apa.

"Gimana dengan Billa?"

*

Dreynan melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata. Sunyi di malam ini, membuat hawa dingin menembus jaket Dreynan yang sedang ia pakai. Pikirannya tertuju pada pertanyaan Leo.

"Gimana dengan Bella?"

Entah mengapa Leo mempertanyakan perihal itu tentang Billa dan dia. Hanya satu yang Dreynan bertanya-tanya, dari mana Leo tau? Itu lah pertanyaan sedari tadi yang bersarang di pikirannya.

Dreynan memakirkan motornya di garasi mansion yang mewah, indah san bersih. Dreynan mengdengus malas saat matanya menangkap sebuah mobil yang tak asing di matanya.

Dreynan membuka pintu dengan hati-hati, lalu hendak berjalan menaiki tangga. Tapi suara seseorang menghentikan langkahnya. Dia lagi!

"Jangan lupa satu hal, tentang Billa. Gue gak main-main dengan ucapan gue sebelum datang kesini."

Ucapan seseorang membuat Dreynan tersenyum kecut. Benci dengan dirinya yang tertangkap basah. Benci dengan dirinya yang terkurung di kandang sendiri.


Hah mau ampe 1000, tapi mata dah mau merem.

SIDER= JOMBLO ABADAI✨💫

VOTE+KOMEN= GAK PELIT.

ELINA [TAHAP REVISI]Место, где живут истории. Откройте их для себя